Kembali ke Surat Al-A'raf

الاعراف (Al-A'raf)

Surat ke-7, Ayat ke-94

وَمَآ اَرْسَلْنَا فِيْ قَرْيَةٍ مِّنْ نَّبِيٍّ اِلَّآ اَخَذْنَآ اَهْلَهَا بِالْبَأْسَاۤءِ وَالضَّرَّاۤءِ لَعَلَّهُمْ يَضَّرَّعُوْنَ

Dan Kami tidak mengutus seorang nabi pun kepada sesuatu negeri, (lalu penduduknya mendustakan nabi itu), melainkan Kami timpakan kepada penduduknya kesempitan dan penderitaan agar mereka (tunduk dengan) merendahkan diri.

📚 Tafsir Al-Muyassar

Dan kami tidaklah mengutus seorang nabi ketengah satu negeri yang akan mengajak mereka untuk beribadah kepada Allah dan melarang mereka dari adat istiadat yang mereka perbuat yang mengandung syirik, lalu kaumnya mendustakan nabi itu, kecuali kami akan menimpakan cobaan kesulitan dan kesengsaraan hidup. Kami timpakan kepada tubuh-tubuh mereka penyakit-penyakit dan wabah-wabah, pada harta benda mereka kemiskinan dan kekurangan, dengan harapan agar mereka tunduk dan taubat kembali kepada Allah dan kembali ke jalan kebenaran.

Sumber: https://tafsirweb.com/2548-surat-al-araf-ayat-94.html

📚 Tafsir as-Sa'di

94 Allah berfirman “kami tidaklah mengutus seorang nabi pun kepada suatu negri” yang mengajak mereka untuk beribadah kepada Allah dan melarang keburukan yang ada pada mereka tidak tunduk kepadanya, kecuali Allah akan menimpakan kepada mereka “kesempitan dan penderitaan” yakni dengan kemiskinan, penyakit dan musibah-musibah lainnya, ”supaya mereka” jika musibah itu menimpa mereka, jiwa mereka tunduk lalu mereka merendahkan diri dan menaati kebenaran.

Sumber: https://tafsirweb.com/2548-surat-al-araf-ayat-94.html

📚 Tafsir Al-Wajiz

94. Dan tidaklah Kami mengutus seorang nabi pada salah satu negeri lalu didustakan penduduknya kecuali Kami memberi mereka kesengsaraan, kefakiran, musibah, dan penyakit supaya mereka tunduk, lalu beriman dan bertaubat

Sumber: https://tafsirweb.com/2548-surat-al-araf-ayat-94.html

📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas)

Ayat 94-95 Allah SWT berfirman seraya memberitahukan tentang sesuatu yang digunakan untuk menguji umat-umat terdahulu yang diutus kepada mereka para nabi, berupa penderitaan dan kesengsaraan. Penderitaan yang menimpa mereka berupa penyakit pada tubuh mereka, dan kesengsaraan yang menimpa mereka adalah kemiskinan dan hal semacamnya (supaya mereka tunduk dengan merendahkan diri) yaitu mereka berdoa, tunduk, dan memohon kepada Allah untuk mengangkat sesuatu yang menimpa mereka. Maknanya adalah bahwa Allah menguji mereka dengan penderitaan agar mereka tunduk, lalu mereka tidak melakukan sesuatu yang Dia inginkan pada mereka.

Lalu Dia membalik keadaan mereka menjadi keadaan yang sejahter agar Dia bisa menguji mereka dengan itu. Oleh karena itu Allah SWT berfirman: (Kemudian Kami ganti kesusahan itu dengan kesenangan) yaitu Kami mengubah keadaan mereka dari keadaan menderita menjadi sejahtera, dari sakit menjadi sehat, dan dari miskin menjadi kaya, agar mereka bersyukur atas hal itu, lalu mereka tidak melakukannya. Firman Allah SWT: (hingga keturunan dan harta mereka bertambah banyak) yaitu jumlah mereka semakin banyak, begitu juga harta dan anak-anak mereka.

Dikatakan frasa “’Afaa asy-syai’u” jika sesuatu itu bertambah banyak. (dan mereka berkata, "Sesungguhnya nenek moyang kami pun telah merasakan penderitaan dan kesenangan." Maka Kami timpakan siksaan atas mereka dengan tiba-tiba, sedangkan mereka tidak menyadarinya) Allah SWT berfirman,”Kami menguji mereka dengan hal ini dan itu agar mereka tunduk dan kembali kepada Allah. Tetapi hal ini dan itu tidak berguna bagi mereka. Mereka berhenti dengan kedua hal itu.

Bahkan mereka berkata,"Kami telah ditimpa penderitaan dan kesengsaraan, kemudian setelah itu kesejahteraan seperti yang dialami oleh nenek moyang kami di masa lalu. Sesungguhnya hal tersebut terjadi masa demi masa" Bahkan mereka tidak mengerti perkara Allah atas mereka, dan tidak pula mereka merasakan cobaan Allah atas mereka dalam dua keadaan itu. Hal ini berbeda dengan keadaan orang-orang mukmin yang bersyukur kepada Allah atas kebahagian, dan bersabar atas kesengsaraan, sebagaimana yang disebutkand dalam hadits shahih Bukhari Muslim,”Hal menakjubkan bagi seorang mukmin, tidak sekali-kali Allah memutuskan baginya suatu keputusan melainkan hal itu menjadi kebaikan baginya.

Jika dia ditimpa kesengsaraan, dia bersabar; dan itu baik baginya, jika mendapatkan kesenangan, dia bersyukur; dan itu baik baginya” (maka Kami timpakan siksaan atas mereka dengan tiba-tiba, sedangkan mereka tidak menyadarinya) yaitu Kami memberi mereka siksaan secara tiba-tiba sehingga mereka tidak menyadari kedatangannya, seperti yang disebutkan dalam hadits,”Kematian tiba-tiba merupakan rahmat bagi orang mukmin dan merupakan siksaan dan sesuatu yang menyedihkan bagi orang kafir”

Sumber: https://tafsirweb.com/2548-surat-al-araf-ayat-94.html

Informasi Tambahan

Juz

9

Halaman

162

Ruku

133

Apabila kamu membaca Al-Quran, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk

Surah An-Nahl: 98

Adab Membaca Al-Quran

1. Suci dari Hadats

Pastikan dalam keadaan suci dari hadats besar dan kecil sebelum memegang dan membaca Al-Quran. Berwudhu terlebih dahulu merupakan salah satu bentuk penghormatan kepada kitab suci Al-Quran.

2. Niat yang Ikhlas

Membaca Al-Quran dengan niat mencari ridha Allah SWT, bukan untuk pamer atau mencari pujian. Niat yang ikhlas akan membawa keberkahan dalam membaca Al-Quran.

3. Menghadap Kiblat

Diutamakan menghadap kiblat saat membaca Al-Quran sebagai bentuk penghormatan dan mengikuti sunnah Rasulullah SAW. Posisi duduk yang sopan dan tenang juga dianjurkan.

4. Membaca Ta'awudz

Memulai dengan membaca ta'awudz dan basmalah sebelum membaca Al-Quran. Ta'awudz merupakan permintaan perlindungan kepada Allah dari godaan syaitan yang terkutuk.

5. Khusyuk dan Tenang

Membaca dengan tenang dan penuh penghayatan, memahami makna ayat yang dibaca. Tidak tergesa-gesa dan memperhatikan tajwid dengan baik.

6. Menjaga Kebersihan

Membaca Al-Quran di tempat yang bersih dan suci, serta menjaga kebersihan diri dan pakaian. Hindari membaca Al-Quran di tempat yang tidak pantas.

7. Memperindah Suara

Membaca Al-Quran dengan suara yang indah dan tartil, sesuai dengan kemampuan. Tidak perlu memaksakan diri, yang terpenting adalah membaca dengan benar sesuai tajwid.

Masukan & Feedback:info@finlup.id
© 2025 quran.finlup.id - All rights reserved