Kembali ke Surat Al-Baqarah

البقرة (Al-Baqarah)

Surat ke-2, Ayat ke-102

وَاتَّبَعُوْا مَا تَتْلُوا الشَّيٰطِيْنُ عَلٰى مُلْكِ سُلَيْمٰنَ ۚ وَمَا كَفَرَ سُلَيْمٰنُ وَلٰكِنَّ الشَّيٰطِيْنَ كَفَرُوْا يُعَلِّمُوْنَ النَّاسَ السِّحْرَ وَمَآ اُنْزِلَ عَلَى الْمَلَكَيْنِ بِبَابِلَ هَارُوْتَ وَمَارُوْتَ ۗ وَمَا يُعَلِّمٰنِ مِنْ اَحَدٍ حَتّٰى يَقُوْلَآ اِنَّمَا نَحْنُ فِتْنَةٌ فَلَا تَكْفُرْ ۗ فَيَتَعَلَّمُوْنَ مِنْهُمَا مَا يُفَرِّقُوْنَ بِهٖ بَيْنَ الْمَرْءِ وَزَوْجِهٖ ۗ وَمَا هُمْ بِضَاۤرِّيْنَ بِهٖ مِنْ اَحَدٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۗ وَيَتَعَلَّمُوْنَ مَا يَضُرُّهُمْ وَلَا يَنْفَعُهُمْ ۗ وَلَقَدْ عَلِمُوْا لَمَنِ اشْتَرٰىهُ مَا لَهٗ فِى الْاٰخِرَةِ مِنْ خَلَاقٍ ۗ وَلَبِئْسَ مَاشَرَوْا بِهٖٓ اَنْفُسَهُمْ ۗ لَوْ كَانُوْا يَعْلَمُوْنَ

Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh setan-setan pada masa kerajaan Sulaiman. Sulaiman itu tidak kafir tetapi setan-setan itulah yang kafir, mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua malaikat di negeri Babilonia yaitu Harut dan Marut. Padahal keduanya tidak mengajarkan sesuatu kepada seseorang sebelum mengatakan, “Sesungguhnya kami hanyalah cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kafir.” Maka mereka mempelajari dari keduanya (malaikat itu) apa yang (dapat) memisahkan antara seorang (suami) dengan istrinya. Mereka tidak akan dapat mencelakakan seseorang dengan sihirnya kecuali dengan izin Allah. Mereka mempelajari sesuatu yang mencelakakan, dan tidak memberi manfaat kepada mereka. Dan sungguh, mereka sudah tahu, barangsiapa membeli (menggunakan sihir) itu, niscaya tidak akan mendapat keuntungan di akhirat. Dan sungguh, sangatlah buruk perbuatan mereka yang menjual dirinya dengan sihir, sekiranya mereka tahu.

📚 Tafsir Al-Muyassar

Orang Yahudi mengikuti apa yang dibisikan setan-setan kepada tukang-tukang sihir pada masa kerajaan Sulaiman Bin Dawud Alaihissalam. Dan Sulaiman itu tidak kafir dan tidak pula belajar sihir, akan tetapi setan-setan lah yang kafir kepada Allah ketika mengajarkan sihir kepada manusia, guna merusak agama, dan demikian pula kaum Yahudi mengikuti sihir yang diturunkan pada dua malaikat Harut dan Marut di negeri Babilonia di Irak, sebagai ujian dan cobaan dari Allah bagi para hamba-Nya. Dan tidaklah dua malaikat-malaikat itu mengajarkan kepada seseorang pun sampai mereka menasihatinya dahulu dan memperingatkannya dari bahaya belajar ilmu sihir, dengan berkata, “janganlah kamu kufur dengan belajar sihir dan tunduk kepada setan-setan”.

Maka manusia mempelajari dari dua malaikat sesuatu yang menimbulkan kebencian antara pasangan suami istri hingga akhirnya mereka berdua bercerai. Dan para penyihir tidak mampu mencelakai seseorang pun kecuali dengan izin Allah dan ketentuan-Nya. Dan tidaklah para tukang sihir itu mempelajari kecuali sesuatu keburukan yang memadorotkan mereka dan tidak memberi mereka manfaat.

Dan setan-setan telah memindahkan sihir kepada kaum Yahudi, sehingga tersebar di tengah mereka sampai mereka lebih mengutamakannya diatas kitab Allah. Dan sesungguhnya kaum Yahudi telah mengetahui bahwa orang yang lebih memilih sihir dan meninggalkan kebenaran, dia tidak akan mendapatkan bagian dari kebaikan di akhirat. Dan itu benar-benar seburuk-buruk imbalan ketika mereka menjual diri mereka dengan sihir dan kekafiran sebagai penukar keimanan dan mengikuti Rasul, sekiranya mereka memiliki pengetahuan yang membuahkan amal dengan nasihat yang diberikan kepada mereka.

Sumber: https://tafsirweb.com/511-surat-al-baqarah-ayat-102.html

📚 Tafsir as-Sa'di

102-103. Seperti itu juga orang-orang Yahudi ketika mereka melemparkan Kitabullah, mereka akhirnya mengikuti apa yang dibaca oleh setan dan diciptakan dari sebuah sihir pada masa kerajaan sulaiman, di mana setan-setan mengeluarkan sihir kepada manusia hingga mereka menyangka bahwasanya Sulaiman memakai sihir dan menggunakannya untuk mendapatkan kerajaan yang besar. Mereka adalah pendusta dalam hal itu karena Sulaiman tidak memakainya, karena Allah telah menyucikannya dalam firmanNya, “Padahal Sulaiman tidaklah kafir, ” yakni dengan mempelajari sihir karena dia tidak mempelajarinya, ” akan tetapi setan-setan itulah yang kafir (mengerjakan sihir) “ dalam hal itu, ” mereka mengajarkan sihir kepada manusia “ karena usaha penyesatan mereka dan semangat untuk menggoda anak Adam, begitupula kaum Yahudi juga mengikuti sihir yang diturunkan oleh dua malaikat yang berbeda di Babil, negeri Irak, dimana sihir diturunkan kepada mereka sebagai ujian dan cobaan dari Allah untuk hamba-hambaNya, lalu mereka berdua mengajarkan sihir kepada orang-orang, ”sedang keduanya tidak mengajarkan kepada siapapun hingga“ mereka berdua menasehatinya, dan “berkata, ’ sesugguhnya kami hanya cobaan bagimu, sebab itu janganlah kamu kafir’.“ maksudnya, janganlah kamu mempelajari sihir, karena sihir itu adalah kekufuran, mereka berdua melarangnya mempelajari sihir seraya mengabarkan tentang tingkatannya.

Pengajaran setan akan sihir dalam bentuk pengaburan dan penyesatan lalu menisbatkan dan melariskannya kepada seseorang yang telah disucikan oleh Allah dari sihir, yaitu Nabi Sulaiman. Adapun pengajaran kedua malaikat itu adalah sebagai cobaan dengan adanya nasihat keduanya, agar tidak menjadi hujjah bagi mereka. Orang-orang Yahudi mengikuti sihir yang diajarkan oleh setan dan sihir yang diajarkan oleh kedua malaikat tersebut, kemudian mereka meninggalkan ilmu-ilmu dari para Nabi dan Rosul, dan menerima ilmu-ilmu setan, maka masing-masing orang akan cenderung kepada hal yang sesuai dengannya.

Kemudian Allah menyebutkan tentang kemudaratan sihir seraya berfirman, ”maka mereka mempelajari kedua malaikat sihir yang membuat mereka dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan istrinya” padahal cinta kasih kedua suami istri tidaklah dapat diukur dengan cinta kasih selain mereka. Karenanya Allah berfirman tentang hak keduanya : "dan Allah menjadikan diantara kalian rasa cinta dan kasih sayang" Dalam hal ini menunjukan bahwa sihir itu memiliki hakikat dan bahwa dia dapat memudaratkan atas ijin dari Allah dan atas kehendak Allah.

Adapun izin itu ada dua macam : izin yang bersifat takdir (penciptaan) yaitu yang bersangkutan dengan kehendak Allah sebagaimana yang ada dalam ayat ini, dan ijin yang bersifat syariat sebagaimana firman-Nya dalam ayat yang lalu : "maka sesungguhnya Dia telah menerunkannya kedalam hatimu dengan izin Allah" Dalam ayat ini dan ayat-ayat yang semisalnya menjelaskan bahwa apapun sebabnya walaupun ia memiliki pengaruh yang sangat besar, ia tetap mengikuti qadha dan takdir dimana sebab-sebab tersebut tidak berdiri sendiri dalam pengaruhnya, dan tidak ada satupun dari kelompok-kelompok umat islam yang menentang dasar kerangka ini selain al-qadariyah dalam pembahasan perbuatan-perbuatan hamba, dimana mereka menyatakan bahwasanya perbuatan-perbuatan hamba itu terpisah dan tidak tunduk kepada kehendak, mereka mengeluarkannya dari takdir Allah dan mereka menyalahi Kitabullah dan Sunnah Rosululloh serta ijma’ para sahabat tabi’in. Kemudian Allah menyebutkan bahwa ilmu sihir itu murni berbahaya, tidak ada manfaatnya sedikitpun, baik secara agama maupun dunia, sebagaimana terdapat beberapa manfaat pada beberapa kemaksiatan seperti dalam firman Allah tentang khamar dan judi : "katakanlah didalam keduanya terdapat dosa yang besar serta manfaat-manfaat bagi manusia, dan dosa keduanya lebih besar daripada manfaatnya" Sihir itu murni berbahaya bahkan ia tidak memiliki factor penunjang sama sekali, dan hal-hal yang dilarang itu semuanya murni berbahaya atau mudaratnya lebih besar daripada manfaatnya, sebagaimana perkara-perkara yang diperintahkan itu juga murni bermanfaat atau manfaatnya lebih besar daripada mudaratnya. “Sungguh mereka telah meyakini,” yaitu orang-orang Yahudi, bahwa “barangsiapa yang menukarnya dengan sihir itu,” yaitu menyukai sihir sebagaimana pembeli menyukai suatu barang dagangan, “tiadalah baginya keuntungan di akhirat,” maksudnya tidak mendapat bagian, bahkan hal itu mengakibatkan hukuman, dan tidaklah perbuatan mereka itu atas dasar kebodohan, akan tetapi karena sangat menyukai kehidupan dunia daripada akhirat, maka sangat jeleklah “perbuatan mereka menjual dirinya dengan sihir, kalau mereka mengetahui, ” maksudnya mengetahui akan buah dari perbuatan yang telah mereka lakukan.

Sumber: https://tafsirweb.com/511-surat-al-baqarah-ayat-102.html

📚 Tafsir Al-Wajiz

Kaum Yahudi mengikuti perkataan setan dan atau setan (dari golongan manusia: penyihir) pada masa raja Sulaiman. Mereka mengira bahwa Sulaiman tidak akan bisa memanfaatkan jin dan angina kecuali dengan sihir, sehingga mereka meminta ilmu sihir itu. Sulaiman bukan kafir hanya karena bisa melakukan sesuatu yang magis, lalu mereka belajar kepada sulaiman, tapi mereka juga bukan kafir, karena yang kafir itu adalah sihir.

Adapun, setan-setan laki-laki-lah yang kafir karena mengajarkan sihir kepada manusia sehingga manusia melakukannya. Para setan melakukan melakukan itu semua dengan maksud agar manusia tergoda dan tersesat. Mereka juga mengajarkan manusia tentang apa yang diturunkan kepada dua malaikat: Harut dan Marut di negeri Babilonia, sebuah negeri di Irak.

Dulu, kedua malaikat itu mengajarkan sihir kepada manusia agar mereka menjauhi setan, tapi wujud mereka yang sesungguhnya adalah sebagai malaikat. Dua malaikat itu turun ke dunia dengan permintaan itu. Namun mereka berdua (malaikat) tidak akan mau mengajari mereka sebelum mengatakan kepada mereka: “Jangan lakukan ini itu dan jangan kafir, kami hanya ujian dan fitnah dari Allah untuk para hambanya.

Dengan pengajaran sihir itu, diantaranya menyebabkan perceraian dengan suami-istri mereka, karena ditanamkan kebencian dan amarah kepada keduanya. Menurut jumhur di luar Mu’tazilah dan Abu Hanifah bahwa sihir itu mempunyai dampak terhadap hati, namun hanya bisa berdampak ketika memang Allah izinkan. Manusia belajar sihir yang justru dapat membahayakan agama mereka.

Sihir tidak dapat memberi kemanfaatan dunia, karena sihir adalah sebuah bahaya yang nyata. Sesungguhnya kaum Yahudi mengetahui, bahwa siapa yang lebih memilih sihir dibandingkan Taurat, maka mereka tidak akan mempunyai kesempatan untuk masuk surga. Sungguh teramat buruk, mereka menjual jiwa dan agama mereka dengan sihir.

Mereka juga tidak mengamalkan ilmu mereka, seandainya mereka tahu bahwa azab bagi mereka tidak akan menunggu lama. Sebab turunnya ayat ini: diriwayatkan dari Muhammad Ishaq dan Imam Thabari dan lainnya bahwa beberapa pendeta Yahudi berkata: “Jangan heran kalian dengan Muhammad, yang berkata bahwa Sulaiman adalah seorang nabi? Itu semua bohong, Sulaiman hanyalah seorang penyihir.” Maka turunlah ayat ini

Sumber: https://tafsirweb.com/511-surat-al-baqarah-ayat-102.html

📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas)

Imam Abu Ja'far bin Jarir berkata tentang firman Allah SWT: (Dan sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu ayat-ayat yang jelas) maknanya yaitu: Kami telah menurunkan kepadamu, wahai Muhammad, tanda-tanda yang jelas yang menunjukkan kenabianmu. Tanda-tanda itu mencakup isi kitab Allah mengenai rahasia ilmu orang Yahudi dan berita tersembunyi mereka, baik berita pendahulu mereka yaitu Bani Israil. Berita tersebut berisi tentang kandungan dalam kitab-kitab mereka yang hanya diketahui oleh para pendata dan orang yang berilmu di antara mereka, dan apa yang telah diubah oleh mereka terkait hukum-hukum mereka yang ada dalam Taurat.

Allah SWT menampakkan pengetahuan ini dalam kitab yang Dia turunkan kepada nabiNya, nabi Muhammad SAW, jika ada orang yang berakal dan jujur, maka dia akan dapat melihat tanda-tanda yang jelas dalam hal ini, dan tidak akan mengarahkannya kepada kehancuran berupa iri hati niat jahat. Karena fitrah setiap orang yang benar adalah membenarkan siapa pun yang datang dengan membawa sesuatu (yang benar), seperti apa yang telah dibawa oleh nabi Muhammad SAW berupa ayat-ayat yang jelas yang dijelaskan tanpa belajar dari manusia, dan tidak mengambil sesuatu (pendapat) pun dari anak cucu Adam. Qatadah berkata: firman Allah (segolongan mereka melemparkannya) yaitu Segolongan dari mereka mengingkarinya.

Ibnu Jarir mengatakan bahwa asal dari kata "nabdz" adalah membuang dan melempar. Oleh karena itu dikatakan “Anak pungut itu dibuang” dan dikatakan juga “An-nabidz” yaitu kurma dan kismis ketika dilemparkan ke dalam air. Abu Al-Aswad Ad-Du'ali berkata: Kamu melihat jenisnya, lalu membuangnya seperti membuang alas kaki yang terbuat dari beberapa jenis alas kakimu Saya berkata: Lalu Allah mencela mereka karena keberpalingan mereka atas perjanjian yang telah diberikan Allah kepada mereka agar dipegang teguh dan dilaksanakan.

Karena hal ini, mereka mendustakan Rasulullah SAW yang telah diutus kepada mereka dan kepada seluruh manusia, yang telah disebutkan dalam kitab-kitab mereka, terkait gambaran, sifat , serta berita-berita tentangnya. Mereka diperintahkan dalam kitab-kitab tersebut untuk mengikuti, mendukung, dan membantunya. Sebagaimana Allah SWT berfirman: ((Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil…..) (Surah Al-A’raf: 157) dan berfirman dalam ayat ini: (Dan setelah datang kepada mereka seorang Rasul dari sisi Allah yang membenarkan apa (kitab) yang ada pada mereka, sebahagian dari orang-orang yang diberi kitab (Taurat) melemparkan kitab Allah ke belakang (punggung)nya, seolah-olah mereka tidak mengetahui (bahwa itu adalah kitab Allah) (101)) maknanya yaitu, mereka melemparkan kitab Allah yang ada pada mereka, yang mengandung kabar gembira tentang kedatangan nabi Muhammad SAW, mereka mengabaikannya, seakan-akan mereka tidak mengetahuinya.

Sebaliknya, mereka lebih condong untuk mempelajari ilmu sihir dan mengikuti ajarannya. Itulah sebabnya mereka ingin melakukan tipu muslihat kepada Rasulullah SAW dan mereka berusaha menyihirnya. Qatadah berkata mengenai firman Allah: (seolah-olah mereka tidak mengetahui) bahwa sesungguhnya mereka tahu, tetapi mereka membuang ilmu mereka, menyembunyikannya, dan mengingkarinya.

Firman Allah SWT: (Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh setan-setan pada masa kerajaan Sulaiman). Maknanya yaitu orang-orang Yahudi yang telah diberi kitab setelah mereka berpaling dari kitab Allah yang ada di tangan mereka, dan menentang dengan Rasulallah SAW, mereka mengikuti apa yang dibacakan oleh setan-setan, yaitu apa yang telah diceritakan, diberitakan, dan dibicarakan oleh para setan itu di kerajaan Sulaiman. Frasa itu (Mulki Sulaiman) dikecualikan dengan menggunakan huruf “’Ala” karena “Tatlu” mengandung makna berdusta Abu Al-Aliyah berkata: huruf “’Ala” di sini mengandung makna “fi”, yaitu yang mereka baca di kerajaan Sulaiman, Dia menuqil hal ini dari Ibnu Juraij dan Ibnu Ishaq Saya berkata bahwa pendapat yang mengatakan bahwa “Tatlu” memiliki makna yang mengandung dusta itu lebih baik.

Hanya Allah yang lebih Mengetahui. Abu Al-‘Aliyah berkata: “Mereka tidak dianugerahi ilmu sihir, dia berkata, dua ilmu, yaitu keimanan dan kekufuran. Maka ilmu sihir adalah bagian dari kekufuran.

Keduanya adalah sesuatu yang paling dilarang. Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim. Kemudian Ibnu Jarir membantah pendapat ini, bahwa “ma” di sini bermakna “alladzi” dan memperpanjang pembahasan tentang itu.

Dia berpendapat bahwa Harut dan Marut adalah dua malaikat diturunkan oleh Allah ke bumi dan memberi izin kepada mereka untuk mengajarkan sihir, sebagai ujian bagi hamba-hambaNya. Hal ini setelah Allah menjelaskan kepada hamba-hambaNya bahwa sihir termasuk perbuatan yang dilarang melalui lisan para rasul. Ibnu Jarir menganggap bahwa bahwa Harut dan Marut patuh dalam hal mengajari hal tersebut karena mereka melaksanakan apa yang diperintahkan.

Ini adalah pendapat yang sangat aneh, dan pendapat yang lebih aneh lagi adalah pendapat yang menyatakan bahwa Harut dan Marut dari golongan jin, sebagaimana yang diungkapkan oleh oleh Ibnu Hazm. Firman Allah SWT, (Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang dengan sihir itu, mereka dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan isterinya ) maknanya yaitu, manusia mempelajari dari Harut dan Marut ilmu sihir yang digunakan untuk perbuatan tercela, agar mereka memisahkan suami istri berupa melakukan hubungan dengan salah satunya. Ini merupakan perbuatan setan, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Muslim dalam kitab Shahihnya dari hadits Al-A'masy yang diriwayatkan dari Abu Sufyan Thalhah bin Naafi' dari Jabir bin Abdullah, dari nabi Muhammad SAW, beliau bersabda: “Sesungguhnya Iblis meletakkan singgasananya di atas air lalu mengirim bala tentaranya, (setan) yang kedudukannya paling rendah bagi Iblis adalah yang paling besar godaannya.

Salah satu diantara mereka datang lalu berkata: 'Aku telah melakukan ini dan itu.' Iblis menjawab: 'Kau tidak melakukan apa pun.' Lalu yang lain datang dan berkata: 'Aku tidak meninggalkannya hingga aku memisahkannya dengan istrinya.' Beliau bersabda: "Iblis mendekatinya lalu berkata: 'Bagus kamu." Penyebab terpisahnya suami dan istri oleh sihir adalah hal yang membuat seorang laki-laki atau perempuan terganggu dengan pasangannya, seperti buruknya penampilan, bentuk fisik, atau hal-hal lain yang serupa, atau ada konflik, kebencian, atau hal lain yang serupa yang menyebabkan perpisahan. Kata “Al-ma’u” adalah ungkapan untuk laki-laki, dan bentuk muannatsnya untuk perempuan, dan keduanya diucapkan dengan bentuk masing-masing, tidak digabungkan. Dan Allah lebih mengetahui.

Terkait firman Allah SWT, (Dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudharat dengan sihirnya kepada seorangpun, kecuali dengan izin Allah) Sufyan Ats-Tsauri berkata, “Kecuali dengan ketentuan Allah.” Diriwayatkan Al-Hasan, dia berkata, “Sihir ini tidak berdampak kecuali bagi mereka yang terlibat di dalamnya.” Firman Allah SWT, (Dan mereka mempelajari sesuatu yang tidak memberi mudharat kepadanya dan tidak memberi manfaat) maknanya yaitu merugikan mereka dalam urusan agama mereka, dan hal itu tidak memberikan manfaat sebanding dengan kerugian yang ditimbulkan. (sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa barangsiapa yang menukarnya (kitab Allah) dengan sihir itu, tiadalah baginya keuntungan di akhirat) yaitu sungguh orang-orang Yahudi yang menukar tindakan meninggalkan Rasulullah SAW dengan sihir itu telah mengetahui bahwa mereka tidak akan mendapatkan kebaikan di akhirat. Ibnu Abbas, Mujahid, dan As-Suddi berkata, “Dia tidak akan memiliki bagian di akhirat." Diriwayatkan dari Qatadah, dia berkata: Dia tidak memiliki hujjah di akhirat di sisi Allah. Al-Hasan berkata: “Dia tidak memiliki agama”.

Sa'id meriwayatkan dari Qatadah, (tiadalah baginya keuntungan di akhirat) maknanya adalah sesungguhnya Ahlul Kitab telah mengetahui tentang apa yang dijanjikan oleh Allah kepada mereka bahwa tukang sihir tidak memiliki penciptaan di akhirat. Firman Allah SWT, (dan amat jahatlah perbuatan mereka menjual dirinya dengan sihir, kalau mereka mengetahui (102) Sesungguhnya kalau mereka beriman dan bertakwa, (niscaya mereka akan mendapat pahala), dan sesungguhnya pahala dari sisi Allah adalah lebih baik, kalau mereka mengetahui (103)) Allah berfirman (Wa labi’sa) apa yang mereka tukarankan berupa sihir, sebagai pengganti keimanan dan mengikuti para rasul.

Seandainya mereka memiliki pengetahuan tentang apa yang mereka lakukan. (Sesungguhnya kalau mereka beriman dan bertakwa, (niscaya mereka akan mendapat pahala), dan sesungguhnya pahala dari sisi Allah adalah lebih baik) maknanya yaitu, seandainya mereka beriman kepada Allah, Rasulullah, dan menjaauhi hal-hal yang dilaran maka sungguh pahala dari Allah akan lebih baik bagi mereka daripada apa yang mereka tukar bagi diri mereka sendiri dan mereka senang dengan itu. Sebagaimana Allah SWT berfirman, (Berkatalah orang-orang yang dianugerahi ilmu: "Kecelakaan yang besarlah bagimu, pahala Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh, dan tidak diperoleh pahala itu, kecuali oleh orang-orang yang sabar"(80)) (Surah Al-Qashash)

Sumber: https://tafsirweb.com/511-surat-al-baqarah-ayat-102.html

Informasi Tambahan

Juz

1

Halaman

16

Ruku

13

Apabila kamu membaca Al-Quran, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk

Surah An-Nahl: 98

Adab Membaca Al-Quran

1. Suci dari Hadats

Pastikan dalam keadaan suci dari hadats besar dan kecil sebelum memegang dan membaca Al-Quran. Berwudhu terlebih dahulu merupakan salah satu bentuk penghormatan kepada kitab suci Al-Quran.

2. Niat yang Ikhlas

Membaca Al-Quran dengan niat mencari ridha Allah SWT, bukan untuk pamer atau mencari pujian. Niat yang ikhlas akan membawa keberkahan dalam membaca Al-Quran.

3. Menghadap Kiblat

Diutamakan menghadap kiblat saat membaca Al-Quran sebagai bentuk penghormatan dan mengikuti sunnah Rasulullah SAW. Posisi duduk yang sopan dan tenang juga dianjurkan.

4. Membaca Ta'awudz

Memulai dengan membaca ta'awudz dan basmalah sebelum membaca Al-Quran. Ta'awudz merupakan permintaan perlindungan kepada Allah dari godaan syaitan yang terkutuk.

5. Khusyuk dan Tenang

Membaca dengan tenang dan penuh penghayatan, memahami makna ayat yang dibaca. Tidak tergesa-gesa dan memperhatikan tajwid dengan baik.

6. Menjaga Kebersihan

Membaca Al-Quran di tempat yang bersih dan suci, serta menjaga kebersihan diri dan pakaian. Hindari membaca Al-Quran di tempat yang tidak pantas.

7. Memperindah Suara

Membaca Al-Quran dengan suara yang indah dan tartil, sesuai dengan kemampuan. Tidak perlu memaksakan diri, yang terpenting adalah membaca dengan benar sesuai tajwid.

Masukan & Feedback:info@finlup.id
© 2025 quran.finlup.id - All rights reserved