Kembali ke Surat Al-A'raf

الاعراف (Al-A'raf)

Surat ke-7, Ayat ke-172

وَاِذْ اَخَذَ رَبُّكَ مِنْۢ بَنِيْٓ اٰدَمَ مِنْ ظُهُوْرِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَاَشْهَدَهُمْ عَلٰٓى اَنْفُسِهِمْۚ اَلَسْتُ بِرَبِّكُمْۗ قَالُوْا بَلٰىۛ شَهِدْنَا ۛاَنْ تَقُوْلُوْا يَوْمَ الْقِيٰمَةِ اِنَّا كُنَّا عَنْ هٰذَا غٰفِلِيْنَۙ

Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan dari sulbi (tulang belakang) anak cucu Adam keturunan mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap roh mereka (seraya berfirman), “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab, “Betul (Engkau Tuhan kami), kami bersaksi.” (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari Kiamat kamu tidak mengatakan, “Sesungguhnya ketika itu kami lengah terhadap ini.”

📚 Tafsir Al-Muyassar

Dan ingatlah (wahai rasul), ketika tuhanmu mengeluarkan anak keturunan adam dari tulang-tulang sulbi bapak-bapak mereka dan meminta pengakuan mereka tentang keesaan Allah melalui keyakinan yang Ditanamkan dalam fitrah-fitarah mereka, bahwa sesungguhnya Dia adalah tuhan mereka, pecipta mereka, serta penguasa mereka, kemudian mereka mengakui itu dihadapanNya, karena dikhawatirkan mereka akan mengingkari (hakikat tersebut) pada hari kiamat, sehingga tidak mengakui apapun dari keyakinan-keyakinan tersebut, dan mereka akan menyangka bahwa sesungguhnya hujjah Allah belumlah tegak nyata dihadapan mereka, dan sama sekali tidak ada pengetahuan yang mereka miliki tentangnya. Bahkan sebenarnya mereka itu lalai darinya.

Sumber: https://tafsirweb.com/2626-surat-al-araf-ayat-172.html

📚 Tafsir as-Sa'di

172-173 Allah berfirman ”dan (ingatlah) ketika Rabbmu mengeluarkan keturunan anak-anak adam dari sulbi mereka” yakni Dia mengeluarkan keturunan mereka dari sulbi mereka dan menjadikan mereka beranak pinak dari satu generasi kegenerasi lain. ”dan” ketika Dia mengeluarkan dari perut ibu mereka dan sulbi bapak mereka ”Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman) bukankah aku ini Rabbmu?” yakni dengan mereka mengakui rububiyahNya dengan fitrah yang Dia berikan kepada mereka bahwa mereka mengakui bahwa Dia adalah Rabb, pencipta, dan pemilik mereka.

Merekapun menjawab ”ya, kami mengakui itu” karena sesungguhnya Allah telah memfitrahkan manusia diatas agama yang lurus dan benar, semua manusia dirubah dan diganti oleh perkara-perkara yang menyusup kepada akal dari akidah-akidah yang rusak. Oleh karena itu ”mereka menjawab ’betul(engkau Rabb kami) kami menjadi saksi (kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan sesungguhnya kami (bani adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesan Rabb)” yakni kami mengujimu sehingga kamu mengakui apa yang bersemayam di dalam jiwamu bahwa Allah adalah Rabbmu karena biasa saja pada hari kiamat kamu mengklaim bahwa hujjah Allah belum tegak atasmu dan kamu pun tidak mempunyai ilmu tentangnya justru kamu lalai dan teledor darinya. Pada hari ini hujjahmu telah terputus dan yang tegak hanyalah hujjah Allah yang kuat atasmu.

Atau bisa jadi kamu berdalih dengan hujjah lain, kamu mengatakan ”sesungguhnya orang-orang tua kami telah mempersekutukan Rabb sejak dahulu sedang kami ini adalah anak-anak keturunan yang (datang) sesudah mereka” maka kami mengikuti jejak mereka dan menelusuri kebatilan mereka. ”maka apakah engkau akan membinasakan kami karena perbuatan yang sesat dahulu” Allah telah menyematkan didalam jiwamu sesuatu yang menunjukanmu bahwa apa yang dilakukan oleh nenek moyangmu adalah batil, dan bahwa kebenaran adalah apa yang dibawa oleh para Rasul, ini menandingi apa yang dibawa oleh para Rasul, ini menandingi apa yang dipegang oleh nenek moyangmu dan mengunggulinya. Benar, terkadang ada pendapat dan pemikiran nenek moyang yang sesat yang diyakini sebagai kebenaran, hal itu tidak lain karena dia berpaling dari hujjah-hujjah Allah keterangan-keterangan dan tanda-tanda kebesaranNya yang terdapat di alam raya atau yang ada pada diri. Maka berpalingnya dia dari hal itu dan kecenderungannya kepada apa yang diucapkan oleh orang-orang yang menyimpang bisa membawa kepada keadaan dimana dia lebih mementingkan kebatilan diatas kebenaran.

Inilah yang benar dalam menafsirkan ayat ini. Ada yang mengatakan bahwa ini terjadi pada hari dimana Allah mengambil perjanjian kepada keturunan adam ketika Dia mengeluarkan mereka dari sulbinya dan Allah menuntut mereka bersaksi atas diri mereka lalu mereka bersaksi dengan itu, lalu Dia berhujjah atas mereka dengan apa yang diperintahkannya kepada mereka pada waktu itu atas kezhaliman mereka dalam kekufuran dan pengingkaran mereka di dunia dan diakhirat. Akan tetapi dalam ayat tersebut tidak dapat petunjuk ke arah ini, tidak pula ada korelasi dan pula tidak sesuai dengan hikmah Allah dan realitapun membuktikan itu, karena perjanjian ini yang mereka katakan bahwa ia terjadi manakala Allah mengeluarkan keturunan adam dari sulbinya ketika mereka masih di alam seperti atom, tidak seorangpun yang menyingggungnya dan terlintas dari benak bani adam, bagaimana Allah berhujjah kepada mereka dengan sesuatu dimana mereka tidak memiliki berita tentangnya tidak memiliki wujud dan bekas?

Sumber: https://tafsirweb.com/2626-surat-al-araf-ayat-172.html

📚 Tafsir Al-Wajiz

172 Ingatlah juga, ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi bani Adam. Saat mereka masih dalam alam rahim mereka diambil janji untuk menetapkan bahwa Allah Maha Wujud dan Esa. Maksudnya adalah bahwa Allah menciptakan manusia beserta fitrahnya dengan bukti kauniyah atau yang nyata untuk menunjukkan dan menuntun kepada kebenaran dan pengenalan kepada Sang Penciptanya.

Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka secara langsung, bukan wahyu seraya berfirman: “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab langsung: “Betul, kami bersaksi atas diri kami bahwa Engkau adalah Tuhan Yang berhak kami sembah. Kami lakukan yang demikian itu agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami bani Adam adalah orang-orang tidak diperingatkan dan tidak diberitahu bahwa hanya Engkaulah Tuhan Kami dan tiada sekutu bagiMu”,

Sumber: https://tafsirweb.com/2626-surat-al-araf-ayat-172.html

📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas)

Ayat 172-174 Allah SWT memberitahukan bahwa Dia telah mengeluarkan keturunan anak cucu Adam dari tulang sulbi mereka seraya bersaksi atas diri mereka bahwa Allah adalah Tuhan dan Pemilik mereka, dan tidak ada Tuhan selain Dia. Sebagaimana Allah SWT menjadikan fitrah dan menjadikan mereka atas hal itu, sebagaimana Allah SWT berfirman: (Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah) (Surah Ar-Rum: 30) Dalam hadits shahih Bukhari Muslim dari Abu Hurairah, dia berkata, Rasulullah SAW bersabda,”Setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci (dalam riwayat lain adalah berpegang pada agama ini), lalu kedua orang tuanya menjadikannya seorang Yahudi, Nasrani atau Majusi, sebagaimana dilahirkan hewan ternak yang utuh, apakah kalian merasakan adanya cacat padanya?” Dalam haadits shahih Imam Muslim dari ‘Iyad bin Himar, dia berkata, Rasulullah SAW bersabda,”Allah SWT berfirman, "Sesungguhnya Aku menciptakan hamba-hambaKu dalam keadaan lurus, lalu setan datanglah, lalu setan menyesatkan mereka dari agamanya dan mengharamkan mereka hal-hal yang telah Aku halalkan untuk mereka” Sebagian ulama salaf dan masa kini berkata bahwa maksud dari kesaksian ini hanyalah fitrah mereka untuk mengesakan Allah sebagaimana yang disebutkan dalam hadits Abu Hurairah dan Iyadh bin Himar Al-Mujasyi'i.

Kemudian Allah SWT berfirman: (Dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman) "Bukankah Aku ini Tuhan kalian?” Mereka menjawab, "Betul”) yaitu Allah menjadikan mereka menyaksikan hal itu dengan perbuatan dan ucapan mereka. Kesaksian itu terkadang dengan ucapan, sebagaimana firman Allah: (Mereka berkata, "Kami menjadi saksi atas diri kami sendiri”) (Surah Al-An'am: 130) dan terkadang dengan perbuatan, sebagaimana firman Allah SWT: (Tidaklah pantas orang-orang musyrik itu memakmurkan masjid-masjid Allah, sedangkan mereka mengakui bahwa mereka sendiri kafir) (Surah At-Taubah: 17) yaitu keadaan mereka atas hal itu bukan karena mereka mengatakannya.

Demikanlah firman Allah SWT: (dan sesungguhnya manusia itu menyaksikan (sendiri) keingkarannya (7)) (Surah Al-'Adiyat) Sebagaimana bahwa permintaan itu terkadang dengan ucapan, dan dengan perbuatan, sebagaimana dalam firmanNya: (Dan Dia telah memberikan kepada kalian (keperluan kalian) dari segala apa yang kalian mohonkan kepada-Nya) (Surah Ibrahim: 34) Mereka berkata,”Di antara dalil yang menunjukkan bahwa yang dimaksud dengan hal ini adalah menjadikan kesaksian ini sebagai hujjah atas kemusyrikan mereka, jika yang terjadi demikian, sebagaimaana apa yang dikatakan oleh orang yang mengatakannya, maka setiap orang yang menyebutkannya maka bisa menjadikannya hujjah atas hal itu.

Jika dikatakan bahwa pemberitahuan Rasulullah SAW tentang hal itu cukup untuk keberadaannya, maka jawabannya adalah bahwa orang-orang yang mendustakan dari golongan orang-orang musyrik itu mendustakan semua yang telah dibawa oleh para rasul, terkait hal ini ataupun yang lainnya. Hal ini dijadikan sebagai hujjah tersendiri atas mereka. Maka hal itu menunjukkan bahwa itu adalah fitrah yang telah dibuat berupa pengakuan untuk mengesakan Allah.

Oleh karena itu Allah berfirman: (agar kalian tidak mengatakan) yaitu agar kalian tidak berkata pada hari kiamat: (Sesungguhnya kami (bani Adam) terhadap ini) yaitu mengesakan Allah (adalah orang-orang yang lengah (172) atau agar kalian tidak mengatakan, "Sesungguhnya orang-orang tua kami telah mempersekutukan Tuhan”).

Sumber: https://tafsirweb.com/2626-surat-al-araf-ayat-172.html

Informasi Tambahan

Juz

9

Halaman

173

Ruku

143

Apabila kamu membaca Al-Quran, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk

Surah An-Nahl: 98

Adab Membaca Al-Quran

1. Suci dari Hadats

Pastikan dalam keadaan suci dari hadats besar dan kecil sebelum memegang dan membaca Al-Quran. Berwudhu terlebih dahulu merupakan salah satu bentuk penghormatan kepada kitab suci Al-Quran.

2. Niat yang Ikhlas

Membaca Al-Quran dengan niat mencari ridha Allah SWT, bukan untuk pamer atau mencari pujian. Niat yang ikhlas akan membawa keberkahan dalam membaca Al-Quran.

3. Menghadap Kiblat

Diutamakan menghadap kiblat saat membaca Al-Quran sebagai bentuk penghormatan dan mengikuti sunnah Rasulullah SAW. Posisi duduk yang sopan dan tenang juga dianjurkan.

4. Membaca Ta'awudz

Memulai dengan membaca ta'awudz dan basmalah sebelum membaca Al-Quran. Ta'awudz merupakan permintaan perlindungan kepada Allah dari godaan syaitan yang terkutuk.

5. Khusyuk dan Tenang

Membaca dengan tenang dan penuh penghayatan, memahami makna ayat yang dibaca. Tidak tergesa-gesa dan memperhatikan tajwid dengan baik.

6. Menjaga Kebersihan

Membaca Al-Quran di tempat yang bersih dan suci, serta menjaga kebersihan diri dan pakaian. Hindari membaca Al-Quran di tempat yang tidak pantas.

7. Memperindah Suara

Membaca Al-Quran dengan suara yang indah dan tartil, sesuai dengan kemampuan. Tidak perlu memaksakan diri, yang terpenting adalah membaca dengan benar sesuai tajwid.

Masukan & Feedback:info@finlup.id
© 2025 quran.finlup.id - All rights reserved