Kembali ke Surat Al-Baqarah

البقرة (Al-Baqarah)

Surat ke-2, Ayat ke-108

اَمْ تُرِيْدُوْنَ اَنْ تَسْـَٔلُوْا رَسُوْلَكُمْ كَمَا سُىِٕلَ مُوْسٰى مِنْ قَبْلُ ۗوَمَنْ يَّتَبَدَّلِ الْكُفْرَ بِالْاِيْمَانِ فَقَدْ ضَلَّ سَوَاۤءَ السَّبِيْلِ

Ataukah kamu hendak meminta kepada Rasulmu (Muhammad) seperti halnya Musa (pernah) diminta (Bani Israil) dahulu? Barangsiapa mengganti iman dengan kekafiran, maka sungguh, dia telah tersesat dari jalan yang lurus.

📚 Tafsir Al-Muyassar

Atau apakah kalian -wahai sekalian manusia- ingin meminta dari rasul kalian Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam banyak hal untuk tujuan pembangkangan dan bentuk kesombongan, sebagaimana hal serupa dimintakan kepada Musa Alaihissalam. Dan ketahuilah bahwa barangsiapa memilih kekafiran dan menolak iman maka sesungguhnya dia telah keluar dari jalan Allah yang lurus menuju kejahilan dan kesesatan.

Sumber: https://tafsirweb.com/524-surat-al-baqarah-ayat-108.html

📚 Tafsir as-Sa'di

108. Allah melarang orang-orang yang beriman atau orang-orang Yahudi untuk bertanya kepada Rosul mereka, “sebagaimana Bani Israil bertanya kepada Musa pada zaman dahulu?” maksud dari hal itu adalah pertanyaan-pertanyaan yang menyulitkan dan menantang. Sebagaimana Firman-Nya : "Ahlu kitab akan meminta kepadamu untuk menurunkan kitab kepada mereka dari langit, maka sungguh mereka telah meminta kepada Musa sesuatu yang lebih besar dari itu, mereka berkata 'tunjukanlah Allah kepada kami secara jelas/nyata" Allahpun berfirman : "wahai orang-orang yang beriman janganlah kamu bertanya tentang sesuatu yang jika diperlihatkan kepada kalian hanya akan memperburuk keaadan kalian" Dan pertanyaan seperti ini dan semilanya adalah perka yang terlarang.

Adapun pertanyaan untuk meminta penjelasan atau pelajaran, maka ini merupakan pertanyaan yang terpuji dan Allah memerintah hal itu dalam firman-Nya : "maka bertanyalah kepada ahlu zikir jika kalian tidak mengetahui" Dan Allah menyetujui mereka sebagaimana dalam firman-Nya : ''mereka bertanya kepadamu tentang hokum khomr dan maisir" "mereka bertanya kepadamu tentang anak yatim" dan ayat-ayat sejenisnya. Ketika hal-hal yang dilarang darinya itu tercela, yang mungkin saja membawa pelakunya jatuh kepada kekufuran, maka Allah berfirman “Dan barangsiapa yang menukar iman dengan kekafiran, maka sungguh orang itu telah sesat dari jalan yang lurus.”

Sumber: https://tafsirweb.com/524-surat-al-baqarah-ayat-108.html

📚 Tafsir Al-Wajiz

Apakah lantas kalian akan meminta permintaan yang mustahil seperti permintaan untuk mengahadirkan Allah dan malaikat-Nya kepada rasul kalian Muhammad SAW. Seperti yang dulu pernah diminta oleh umat nabi Musa untuk melihat Allah secara langsung? Kalian sungguh sesat seperti umat nabi Musa.

Barang siapa lebih memilih kekufuran dari pada keimanan, mereka telah menyimpang dari jalan yang lurus, atau jalan ketaatan kepada Allah. Diriwayatkan dari At Thabbrani dari seorang ahli ijtihad, beliau berkata bahwa suku Qurays meminta nabi Muhammad SAW untuk menjadikan bukit Shafa menjadi gunungan emas. Maka dijawab: Permintaan kalian itu layaknya permintaan Bani Israil mendatangkan makanan dari langit.

Jika kalian ingkar, maka kalian juga seperti mereka yang justru mengingkari dan menghina. Maka turunlah ayat ini

Sumber: https://tafsirweb.com/524-surat-al-baqarah-ayat-108.html

📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas)

Allah SWT melarang orang-orang mukmin dalam ayat ini untuk banyak bertanya kepada nabi Muhammad SAW tentang hal-hal sebelum terjadi. Seperti Allah SWT berfirman: (Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menanyakan (kepada Nabimu) hal-hal yang jika diterangkan kepadamu) (Surah Al-Maidah: 101) maknanya yaitu, jika kalian menanyakan secara terperinci setelah terjadi, maka hal itu akan diberitahukan kepada kalian dengan jelas, dan janganlah kalian bertanya tentang sesuatu sebelum terjadi, barangkali hal itu akan diharamkan bagi kalian karena pertanyaan tersebut.

Allah SWT juga berfirman: (Apakah kamu menghendaki untuk meminta kepada Rasul kamu seperti Bani Israil meminta kepada Musa pada jaman dahulu?) yaitu, bahkan jika kalian ingin bertanya dengan segera saat itu, padahal dalam pertanyaan itu terdapat penolakan, dan itu berlaku bagi orang-orang mukmin dan orang-orang kafir, karena dia (nabi Muhammad adalah utusan Allah bagi semua. Sebagaimana Allah SWT berfirman: (Ahli Kitab meminta kepadamu agar kamu menurunkan kepada mereka sebuah Kitab dari langit. Maka sesungguhnya mereka telah meminta kepada Musa yang lebih besar dari itu. Mereka berkata: "Perlihatkanlah Allah kepada kami dengan nyata". Maka mereka disambar petir karena kezalimannya) (Surah An-Nisa’: 153) Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, dia berkata: Rafi' bin Huraimilah atau Wahb bin Zaid berkata, "Wahai Muhammad, datangkanlah kepada kami kitab yang diturunkan kepada kami dari langit yang bisa kami baca, dan pancarkanlah bagi kami sungai-sungai yang mengalir, maka kami akan mengikuti dan membenarkanmu." Lalu Allah menurunkan firmanNya: (Apakah kamu menghendaki untuk meminta kepada Rasul kamu seperti Bani Israil meminta kepada Musa pada jaman dahulu?

Dan barangsiapa yang menukar iman dengan kekafiran, maka sungguh orang itu telah sesat dari jalan yang lurus (108)) Maknanya adalah bahwa Allah mengutuk orang yang meminta kepada Rasulallah SAW sesuatu dengan maksud menentang, sebagaimana Bani Israil telah meminta kepada nabi Musa SAW dengan maksud menentang, mendustakan dan membangkan. Allah SWT berfirman: (Dan barangsiapa yang menukar iman dengan kekafiran), yaitu siapa saja yang menjual keimanan dengan kekafiran (maka sungguh orang itu telah sesat dari jalan yang lurus) yaitu, maka dia telah keluar dari jalan yang benar menuju kebodohan dan kesesatan. Hal ini juga berlaku bagi orang-orang yang mengubah keyakinan mereka dari beriman kepada para nabi dan mengikuti ajaran mereka, menjadi memusuhi, mendustakan, dan menantang mereka dengan pertanyaan-pertanyaan yang tidak perlu mereka ajukan dengan maksud menentang dan ingkar.

Sebagaimana Allah SWT berfirman: (Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang telah menukar nikmat Allah dengan kekafiran dan menjatuhkan kaumnya ke lembah kebinasaan? (28) yaitu neraka jahannam; mereka masuk kedalamnya; dan itulah seburuk-buruk tempat kediaman (29)) (Surah Ibrahim) Abu Al-‘Aliyah berkata: "Ketika kesulitan diganti dengan kemudahan."

Sumber: https://tafsirweb.com/524-surat-al-baqarah-ayat-108.html

Informasi Tambahan

Juz

1

Halaman

17

Ruku

14

Apabila kamu membaca Al-Quran, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk

Surah An-Nahl: 98

Adab Membaca Al-Quran

1. Suci dari Hadats

Pastikan dalam keadaan suci dari hadats besar dan kecil sebelum memegang dan membaca Al-Quran. Berwudhu terlebih dahulu merupakan salah satu bentuk penghormatan kepada kitab suci Al-Quran.

2. Niat yang Ikhlas

Membaca Al-Quran dengan niat mencari ridha Allah SWT, bukan untuk pamer atau mencari pujian. Niat yang ikhlas akan membawa keberkahan dalam membaca Al-Quran.

3. Menghadap Kiblat

Diutamakan menghadap kiblat saat membaca Al-Quran sebagai bentuk penghormatan dan mengikuti sunnah Rasulullah SAW. Posisi duduk yang sopan dan tenang juga dianjurkan.

4. Membaca Ta'awudz

Memulai dengan membaca ta'awudz dan basmalah sebelum membaca Al-Quran. Ta'awudz merupakan permintaan perlindungan kepada Allah dari godaan syaitan yang terkutuk.

5. Khusyuk dan Tenang

Membaca dengan tenang dan penuh penghayatan, memahami makna ayat yang dibaca. Tidak tergesa-gesa dan memperhatikan tajwid dengan baik.

6. Menjaga Kebersihan

Membaca Al-Quran di tempat yang bersih dan suci, serta menjaga kebersihan diri dan pakaian. Hindari membaca Al-Quran di tempat yang tidak pantas.

7. Memperindah Suara

Membaca Al-Quran dengan suara yang indah dan tartil, sesuai dengan kemampuan. Tidak perlu memaksakan diri, yang terpenting adalah membaca dengan benar sesuai tajwid.

Masukan & Feedback:info@finlup.id
© 2025 quran.finlup.id - All rights reserved