Kembali ke Surat Al-Baqarah

البقرة (Al-Baqarah)

Surat ke-2, Ayat ke-117

بَدِيْعُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۗ وَاِذَا قَضٰٓى اَمْرًا فَاِنَّمَا يَقُوْلُ لَهٗ كُنْ فَيَكُوْنُ

(Allah) pencipta langit dan bumi. Apabila Dia hendak menetapkan sesuatu, Dia hanya berkata kepadanya, “Jadilah!” Maka jadilah sesuatu itu.

📚 Tafsir Al-Muyassar

Dan Allah ta’ala adalah Dzat yang menciptakan langit dan bumi tanpa ada contoh terlebih dahulu. Apabila Dia menetapkan suatu perkara apapun dan Dia hendak untuk mengadakannya, Dia hanya berfirman “kun” (jadilah), maka ia pun jadi.

Sumber: https://tafsirweb.com/542-surat-al-baqarah-ayat-117.html

📚 Tafsir as-Sa'di

117. “Allah Pencipta langit dan bumi, ” maksudnya yang menciptakan keduanya dalam bentuk yang telah dikokohkan dan diindahkannya tanpa ada contoh sebelumnya. “Dan bila Dia berkehendak (untuk menciptakan) sesuatu, maka (cukuplah) Dia mengatakan kepadanya, ‘Jadilah!’ maka jadilah ia, ” tanpa dibantu dan tanpa terhalang sedikit pun.

Sumber: https://tafsirweb.com/542-surat-al-baqarah-ayat-117.html

📚 Tafsir Al-Wajiz

Allah-lah sang Pencipta langit dan bumi, artinya Allah yang menciptakan keduanya, tanpa ada contoh yang semisal dengan keduanya. Apabila Allah menghendaki meciptakan sesuatu, baik berupa makhluk, atau perkara, atau suatu perencanaan maka Allah hanya akan berkata kun: Jadilah! Maka seketika itu juga, jadilah apa yang Allah inginkan.

Itu semua terjadi sebab sangat kesempurnaan kekuasaan Allah

Sumber: https://tafsirweb.com/542-surat-al-baqarah-ayat-117.html

📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas)

Ayat 116-117 Ayat suci ini dan ayat berikutnya mengandung jawaban atas klaim orang-orang Nasrani (laknat Allah atas mereka) dan orang-orang yang menyerupai mereka yaitu orang Yahudi dan orang-orang musyrik Arab yang menganggap malaikat sebagai puteri-puteri Allah. Allah mencaci mereka semua karena klaim mereka dan pernyataan mereka bahwa Allah memiliki anak. Lalu Allah SWT berfirman: (Maha Suci Allah) , artinya, Maha Tinggi, Maha Suci dan Maha Bersih Dia dari hal-hal semacam itu dengan kemuliaan yang luar biasa." Firman Allah, (Maha Suci Allah, bahkan apa yang ada di langit dan di bumi adalah kepunyaan Allah) Semua ini tidak seperti yang mereka ada-adakan.

Sesungguhnya Dia memiliki secara mutlak langit dan bumi serta segala isinya. Dialah yang mengurusnya dan mengatur segala hal di dalamnya. Dia pencipta mereka, pemberi rezeki, pengatur takdir, pemelihara, pengarah, dan pengatur mereka sesuai kehendakNya.

Semua makhluk adalah hambaNya dan milikNya. Bagaimana mungkin Dia memiliki seorang anak di antara mereka? Karena konsep anak biasanya melibatkan dua entitas yang sesuai.

Sedangkan AllahSWT, tidak memiliki sesuatu yang sebanding dan sekutu dalam kebesaran dan keagunganNya. Bagaimana mungkin Dia memiliki anak? Sebagaimana Allah SWT berfirman (Dia Pencipta langit dan bumi. Bagaimana Dia mempunyai anak padahal Dia tidak mempunyai isteri. Dia menciptakan segala sesuatu; dan Dia mengetahui segala sesuatu (101)) (Surah Al-An’am), (Dan mereka berkata: "Tuhan Yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak" (88) Sesungguhnya kamu telah mendatangkan sesuatu perkara yang sangat mungkar (89) hampir-hampir langit pecah karena ucapan itu, dan bumi belah, dan gunung-gunung runtuh (90) karena mereka mendakwakan Allah Yang Maha Pemurah mempunyai anak (91) Dan tidak layak bagi Tuhan Yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak (92) Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi, kecuali akan datang kepada Tuhan Yang Maha Pemurah selaku seorang hamba (93) Sesungguhnya Allah telah menentukan jumlah mereka dan menghitung mereka dengan hitungan yang teliti (94) Dan tiap-tiap mereka akan datang kepada Allah pada hari kiamat dengan sendiri-sendiri (95)) (Surah Maryam) dan (Katakanlah: "Dialah Allah, Yang Maha Esa (1) Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu (2) Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan (3) dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia" (4)) (Surah Al-Ikhlas) Allah menegaskan dalam ayat-ayat yang mulia ini bahwa Dia adalah Pemilik yang agung, tidak ada yang serupa atau sebanding dan serupa denganNya.

Semua sesuatu selain Dia adalah adalah ciptaanNya dan dikuasai olehNya. Jadi bagaimana mungkin bagiNya memiliki seorang anak dari mereka? FirmanNya, (semua tunduk kepadaNya), ‘Ikrimah, dan Abu Malik menyatakan bahwa makna firmanNya, (semua tunduk kepada-Nya) adalah bahwa semua makhluk akan datang kepadaNya sebagai hamba yang tunduk" Said bin Jubair berkata: (semua tunduk kepada-Nya), maknanya adalah ikhlas.

Ar-Rabi' bin Anas berkata: (semua tunduk kepada-Nya), maknanya adalah berdiri di hari kiamat. As-Suddi berkata: (semua tunduk kepada-Nya), maknanya adalah taat di hari kiamat. Ibnu Abi Najih meriwayatkan dari Mujahid: (semua tunduk kepada-Nya), artinya mereka taat; maksudnya, kepatuhan orang kafir dalam sujud pada bayangan mereka sedangkan mereka membencinya.

Ini adalah pendapat dari Mujahid. Ibnu Jarir, memilih untuk mengumpulkan semua pandangan tersebut. Maknanya yaitu ketundukan, ketaatan, dan kepatuhan kepada Allah.

Hal itu secara syar’i dan qadriy sebagaimana Allah SWT : (Hanya kepada Allah-lah sujud (patuh) segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan kemauan sendiri ataupun terpaksa (dan sujud pula) bayang-bayangnya di waktu pagi dan petang hari.) [Surah Ar-Ra'd].

Terkait firman Allah SWT : (Allah Pencipta langit dan bumi), maknanya adalah Pencipta keduanya tanpa ada contoh sebelumnya. Ini adalah pendapat Mujahid. dan As-Suddi berpendapaat bahwa ini sesuai dengan (susunan) bahasa. Sesuatu yang baru diciptakan, bisa disebut “bid'ah” (ciptaan, sebagaimana yang dijelaskan dalam hadits Shahih Muslim: “Sesungguhnya setiap perkara yang baru adalah bid'ah”. Terkait firman Allah SWT: (Allah Pencipta langit dan bumi, dan bila Dia berkehendak (untuk menciptakan) sesuatu, maka (cukuplah) Dia hanya mengatakan kepadanya: "Jadilah!" Lalu jadilah ia) dengan hal itu, Allah menjelaskan kesempurnaan kekuasaNya dan keagungan kerajaanNya., dan ketika Dia menetapkan suatu perintah dan menghendaki keberadaan hal itu, maka Dia hanya mengatakan kepadanya “Jadilah”, yaitu sekali, (maka jadilah ia) maka sesuatu itu muncul sesuai dengan kehendakNya, sebagaimana Allah SWT berfirman: (Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: "Jadilah!" maka terjadilah ia) [Surah Yasin]

Sumber: https://tafsirweb.com/542-surat-al-baqarah-ayat-117.html

Informasi Tambahan

Juz

1

Halaman

18

Ruku

15

Apabila kamu membaca Al-Quran, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk

Surah An-Nahl: 98

Adab Membaca Al-Quran

1. Suci dari Hadats

Pastikan dalam keadaan suci dari hadats besar dan kecil sebelum memegang dan membaca Al-Quran. Berwudhu terlebih dahulu merupakan salah satu bentuk penghormatan kepada kitab suci Al-Quran.

2. Niat yang Ikhlas

Membaca Al-Quran dengan niat mencari ridha Allah SWT, bukan untuk pamer atau mencari pujian. Niat yang ikhlas akan membawa keberkahan dalam membaca Al-Quran.

3. Menghadap Kiblat

Diutamakan menghadap kiblat saat membaca Al-Quran sebagai bentuk penghormatan dan mengikuti sunnah Rasulullah SAW. Posisi duduk yang sopan dan tenang juga dianjurkan.

4. Membaca Ta'awudz

Memulai dengan membaca ta'awudz dan basmalah sebelum membaca Al-Quran. Ta'awudz merupakan permintaan perlindungan kepada Allah dari godaan syaitan yang terkutuk.

5. Khusyuk dan Tenang

Membaca dengan tenang dan penuh penghayatan, memahami makna ayat yang dibaca. Tidak tergesa-gesa dan memperhatikan tajwid dengan baik.

6. Menjaga Kebersihan

Membaca Al-Quran di tempat yang bersih dan suci, serta menjaga kebersihan diri dan pakaian. Hindari membaca Al-Quran di tempat yang tidak pantas.

7. Memperindah Suara

Membaca Al-Quran dengan suara yang indah dan tartil, sesuai dengan kemampuan. Tidak perlu memaksakan diri, yang terpenting adalah membaca dengan benar sesuai tajwid.

Masukan & Feedback:info@finlup.id
© 2025 quran.finlup.id - All rights reserved