Kembali ke Surat At-Taubah

التوبة (At-Taubah)

Surat ke-9, Ayat ke-107

وَالَّذِيْنَ اتَّخَذُوْا مَسْجِدًا ضِرَارًا وَّكُفْرًا وَّتَفْرِيْقًاۢ بَيْنَ الْمُؤْمِنِيْنَ وَاِرْصَادًا لِّمَنْ حَارَبَ اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗ مِنْ قَبْلُ ۗوَلَيَحْلِفُنَّ اِنْ اَرَدْنَآ اِلَّا الْحُسْنٰىۗ وَاللّٰهُ يَشْهَدُ اِنَّهُمْ لَكٰذِبُوْنَ

Dan (di antara orang-orang munafik itu) ada yang mendirikan masjid untuk menimbulkan bencana (pada orang-orang yang beriman), untuk kekafiran dan untuk memecah belah di antara orang-orang yang beriman serta menunggu kedatangan orang-orang yang telah memerangi Allah dan Rasul-Nya sejak dahulu. Mereka dengan pasti bersumpah, “Kami hanya menghendaki kebaikan.” Dan Allah menjadi saksi bahwa mereka itu pendusta (dalam sumpahnya).

📚 Tafsir Al-Muyassar

Orang-orang munafik yang membangun masjid dengan tujuan menimbulkan mudarat bagi kaum Mukminin dan kekafiran kepada Allah dan memecah belah diantara kaum mukminin, supaya sebagian mereka shalat di masjid itu dan meninggalkan masjid Quba ‘ yang kaum muslimin mengerjakan shalat di dalamnya. Maka Akibatnya akan membuat kaum muslimin berpecah-belah dan tercerai-berai disebabkan hal tersebut,dan menunggu orang yang akan memerangi Allah dan RasulNya sebelumnya, (yaitu Abu Amir, sang pendeta yang fasik) supaya menjadi kesempatan untuk memperdayai kaum Muslimin. Dan orang-orang munafik itu benar-benar bersumpah bahwa mereka sesunguhnya tidak mengingikan pembangunan masjid itu kecuali sekedar kebaikan semata dan iba terhadap kaum muslimin dan melonggarkan orang-orang lemah lagi tidak berdaya untuk berjalan menuju masjid (Quba’).

Dan Allah bersaksi bahwa sesngguhnya mereka itu benar-benar berdusta dalam sumpah yang mereka nyatakan. Dan sungguh masjid tersebut telah dihancurkan dan dibakar.

Sumber: https://tafsirweb.com/3123-surat-at-taubah-ayat-107.html

📚 Tafsir as-Sa'di

107. Ada beberapa orang munafik dari penduduk Quba membangun masjid dekat masjid Quba dengan maksud memecah belah dan menanamkan benih fitnah di antara orang-orang yang beriman, dan mereka menyiapkannya untuk orang-orang yang mereka harapkan memerangi Allah dan RasulNya, sekaligus sebagai benteng jika ia diperlukan. Maka Allah membuka kebusukannya dan menampakkan rahasia mereka. “Dan (di antara orang-orang munafik itu) ada orang-orang yang mendirikan masjid untuk menimbulkan kemudaratan (pada orang-orang Mukmin).” Yakni, kemudaratan pada orang-orang Mukmin dan masjid yang mereka gunakan untuk berkumpul kepadanya, “untuk kekafiran.” Yakni maksud mereka adalah kekufuran, jika maksud selain mereka adalah untuk keimanan, “dan untuk memecah belah antara orang-orang Muknmin.” Yakni agar orang-orang Mukmin berpecah belah, berselisih, dan bersengketa, “dan menunggu kedatangan”, yakni menyiapkan “orang-orang yang telah memerangi Allah dan RasulNya sejak dahulu.” Yakni untuk membantu orang-orang yang memerangi Allah dan RasulNya yang telah lama memusuhi dengan keras, seperti Abu Amir ar-Rahib,salah seorang penduduk Madinah.

Ketika Nabi hijrah ke Madinah, Abu Amir ini menolak beriman kepadanya, dia adalah orang ahli ibadah pada masa jahiliyah, maka dia pergi kepada orang-orang musyrik untuk meminta tolong kepada mereka memerangi Rasulullah, ketika keinginannya pada orang-orang musyrik tidak terpenuhi, maka dia berangkat ke kaisar Romawi dengan anggapan dia mau menolongnya, tetapi orang yang terlaknat ini mati di jalan, padahal sebelumnya dia dengan orang-orang munafik telah berjanji dan bersekutu (untuk menghancurkan kaum Muslimin). Di antara yang mereka siapkan untuknya adalah masjid dhirar, maka wahyu turun menyampaikan hal itu, lalu Nabi mengutus orang-orang untuk merobohkannya dan membakarnya. Masjid itu pun kemudian dirobohkan dan dibakar, dan setelah itu masjid tempat pembuangan sampah.

Allah berfirman setelah menjelaskan tujuan buruk mereka pada masjid itu. “Mereka sesungguhnya bersumpah, ‘Kami tidak menghendaki”, dalam membangunnya “selain kebaikan.” Yakni, membantu orang yang lemah dan buta. “Dan Allah menjadi saksi bahwa sesungguhnya mereka itu adalah pendusta (dalam sampahnya).” Kesaksian Allah lebih benar daripada sumpah mereka.

Sumber: https://tafsirweb.com/3123-surat-at-taubah-ayat-107.html

📚 Tafsir Al-Wajiz

107. Dan di antara orang-orang munafik Madinah yang berjumlah 12, mereka membangun masjid kemudharatan yaitu kemudharatan untuk masjid Quba di sekeliling Madinah untuk menipu dan mendominasi mereka serta untuk membuat perpecahan dan perselisihan di antara orang-orang mukmin, seraya menunggu kedatangan orang yang memerangi Allah dan rasulNya sebelum membangun masjid tersebut, Yaitu Abu Amir Ar-Rahib yang meminta kaisar Roma untuk membantunya memerangi orang-orang muslim dan memerintahkan untuk membangun masjid ini. Dan sungguh orang-orang munafik itu bersumpah bahwa mereka tidak ingin membangun masjid kecuali untuk kebaikan dan memudahkan orang lemah dan yang terhalang hujan dan panas untuk menunaikan shalat.

Allah menyaksikan kebohongan mereka dalam sumpah itu. Ayat ini turun terkait Bani Ghanam bin Auf dari Bani Khazraj yang membangun masjid kemudharatan sesuai perintah Abu Amir Ar-Rahib, karena iri dengan Bani Amr bin Auf dari Bani Aus yang membangun Masjid Quba. Mereka meminta Rasulallah SAW untuk menunaikan shalat di dalamnya sebagaimana beliau shalat di masjid Quba, lalu beliau uzur sampai kembali dari perang Tabuk dan menerima ayat Al-Qur’an terkait kabar Masjid Mudharat, lalu memerintahkan agar meruntuhkan dan membakarnya

Sumber: https://tafsirweb.com/3123-surat-at-taubah-ayat-107.html

📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas)

Ayat 107-108 Penyebab turunnya ayat-ayat ini adalah bahwa sebelum kedatangan Nabi SAW di Madinah ada laki-laki dari kabilah Khazraj yang dikenal Abu Amir Ar-Rahib. Dia telah masuk Nasrani dan telah membaca ilmu ahli kitab pada masa Jahiliyah. dia melakukan ibadahnya di masa Jahiliah, dan mempunyai kedudukan yang sangat besar di kabilah Khazraj. Ketika Rasulullah SAW tiba di Madinah untuk berhijrah, orang-orang muslim berkumpul bersama beliau, kalimah Islam menjadi tinggi dan Allah memenangkan mereka dalam perang Badar, orang yang dilaknat, yaitu Abu Amir mulai tertekan dan memusuhi beliau. dia melarikan diri bergabung dengan orang-orang kafir Makkah dari kalangan orang-orang musyrik Quraisy dan membujuk mereka untuk memerangi Rasulullah SAW.

Lalu mereka bergabung bersama orang-orang dari Arab Badui yang setuju dengan mereka, lalu mereka datang pada tahun perang Uhud. dan terjadi sesuatu kepada orang-orang muslim yaitu Allah SWT menguji mereka. dan hasil yang terpuji bagi orang-orang yang bertakwa. Ali bin Abi Thalhah meriwayatkan dari Ibnu Abbas tentang (Dan (di antara orang-orang munafik itu) ada yang mendirikan masjid untuk menimbulkan bencana (pada orang-orang yang beriman), untuk kekafiran) mereka adalah orang-orang dari kalangan Anshar yang membangun masjid. Abu Amir berkata kepada mereka,"Bangunlah masjid, dan buatlah persiapan semampu kalian untuk menghimpun kekuatan dan senjata, sesungguhnya aku akan berangkat menuju ke Kaisar Romawi.

Aku mendatangkan tentara dari Romawi dan mengusir Muhammad dan para sahabatnya" Setelah mereka selesai membangunnya, lalu mereka menghadap kepada Nabi SAW dan berkata,"Sesungguhnya kami selesai membangun masjid. Maka kami suka jika engkau shalat di dalamnya dan mendoakan keberkahan untuk kami" Maka Allah menurunkan firmanNya: (Janganlah kamu shalat di dalam masjid itu untuk selama-lamanya, Sungguh, masjid yang didirikan atas dasar takwa, sejak hari pertama) sampai firmanNya: (Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim) Demikian juga diriwayatkan dari Sa'id bin Jubair, Mujahid, Urwah bin Az-Zubair, Qatadah dan ulama lainnya. Firman Allah: (Mereka sesungguhnya bersumpah) orang-orang yang membangun masjid itu (Kami tidak menghendaki selain kebaikan) yaitu kami tidak menghendaki membangun masjid ini melainkan hanya kebaikan dan belas kasih kepada orang-orang.

Lalu Allah SWT berfirman: (Dan Allah menjadi saksi bahwa sesungguhnya mereka itu adalah pendusta (dalam sumpahnya)) yaitu dalam apa yang mereka maksud dan niatkan. Mereka hanya membangunnya untuk menyaingi Masjid Quba, ingkar kepada Allah, memecah belah di antara orang-orang mukmin, dan menunggu orang yang memerangi Allah dan Rasulallah sebelumnya, yaitu Abu Amir yang fasik yang dijuluki Rahib yang dilaknat oleh Allah. Firman Allah (Janganlah kamu melakukan salat dalam masjid itu selama-lamanya) Larangan ini untuk Nabi SAW dan umat beliau mengikuti beliau dalam hal itu, yakni melakukan shalat di dalamnya selamanya.

Kemudian Allah mendorong Nabi SAW untuk shalat di Masjid Quba yang permulaan pembangunannya dilandasi dengan ketakwaan, yaitu taat kepada Allah dan Rasulallah, menyatukan kalimat orang-orang mukmin dan menjadi benteng dan tempat berlindung bagi Islam dan pemeluknya. Oleh karena itu Allah berfirman: (Sesungguhnya masjid yang didirikan atas dasar takwa (Masjid Quba) sejak hari pertama adalah lebih patut kamu salat di dalamnya) Jelas bahwa itu merupakan Masjid Quba’ menurut mayoritas ulama’ salaf.

Hal ini diriwayatkan oleh Ali bin Abi Thalhah dari Ibnu Abbas. Diriwayatkan juga oleh Abdurrazaq, dari Ma'mar Az-Zuhri, dari Urwah bin Az-Zubair. ‘Athiyyah Al-Aufi, Abdurrahman bin Zaid bin Aslam, Asy-Sya'bi, dan Hasan Al-Bahsri. Al-Baghawi menukilnya dari Sa'id bin Jubair dan Qatadah.

Disebutkan dalam hadits shahih bahwa masjid Rasulallah SAW yang ada di dalam Madinah adalah masjid yang dibangun dengan landasan takwa. Pendapat ini benar, dan tidak ada pertentangan antara ayat dan hadits ini. Karena jika Masjid Quba telah didirikan dengan landasan takwa sejak permulaan pembangunannya, maka masjid Rasulallah SAW juga dengan cara yang lebih utama dan lebih pantas.

Firman Allah SWT: (Sesungguhnya masjid yang didirikan atas dasar takwa (Masjid Quba), sejak hari pertama adalah lebih patut kamu mendirikan salat di dalamnya. Di dalamnya ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan Allah menyukai orang-orang yang bersih) dalil yang menunjukkan bahwa sunnah melakukan shalat di masjid-masjid terdahulu yang sejak permulaan pembangunannya untuk menyembah Allah semata, tidak ada sekutu bagiNya, dan sunnah melakukan shalat berjamaah dengan orang-orang shalih dan ahli ibadah yang mengamalkan ilmunya, memelihara dalam menyempurnakan wudhu, dan membersihkan diri dari segala kotoran.

Abu Al-’Aliyah berkata tentang firmanNya: (Dan Allah menyukai orang-orang yang bersih) Sesungguhnya bersuci dengan air itu baik, tetapi mereka adalah orang-orang yang membersihkan diri dari dosa-dosa.

Sumber: https://tafsirweb.com/3123-surat-at-taubah-ayat-107.html

Informasi Tambahan

Juz

11

Halaman

204

Ruku

168

Apabila kamu membaca Al-Quran, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk

Surah An-Nahl: 98

Adab Membaca Al-Quran

1. Suci dari Hadats

Pastikan dalam keadaan suci dari hadats besar dan kecil sebelum memegang dan membaca Al-Quran. Berwudhu terlebih dahulu merupakan salah satu bentuk penghormatan kepada kitab suci Al-Quran.

2. Niat yang Ikhlas

Membaca Al-Quran dengan niat mencari ridha Allah SWT, bukan untuk pamer atau mencari pujian. Niat yang ikhlas akan membawa keberkahan dalam membaca Al-Quran.

3. Menghadap Kiblat

Diutamakan menghadap kiblat saat membaca Al-Quran sebagai bentuk penghormatan dan mengikuti sunnah Rasulullah SAW. Posisi duduk yang sopan dan tenang juga dianjurkan.

4. Membaca Ta'awudz

Memulai dengan membaca ta'awudz dan basmalah sebelum membaca Al-Quran. Ta'awudz merupakan permintaan perlindungan kepada Allah dari godaan syaitan yang terkutuk.

5. Khusyuk dan Tenang

Membaca dengan tenang dan penuh penghayatan, memahami makna ayat yang dibaca. Tidak tergesa-gesa dan memperhatikan tajwid dengan baik.

6. Menjaga Kebersihan

Membaca Al-Quran di tempat yang bersih dan suci, serta menjaga kebersihan diri dan pakaian. Hindari membaca Al-Quran di tempat yang tidak pantas.

7. Memperindah Suara

Membaca Al-Quran dengan suara yang indah dan tartil, sesuai dengan kemampuan. Tidak perlu memaksakan diri, yang terpenting adalah membaca dengan benar sesuai tajwid.

Masukan & Feedback:info@finlup.id
© 2025 quran.finlup.id - All rights reserved