Kembali ke Surat Hud

هود (Hud)

Surat ke-11, Ayat ke-87

قَالُوْا يٰشُعَيْبُ اَصَلٰوتُكَ تَأْمُرُكَ اَنْ نَّتْرُكَ مَا يَعْبُدُ اٰبَاۤؤُنَآ اَوْ اَنْ نَّفْعَلَ فِيْٓ اَمْوَالِنَا مَا نَشٰۤؤُا ۗاِنَّكَ لَاَنْتَ الْحَلِيْمُ الرَّشِيْدُ

Mereka berkata, “Wahai Syuaib! Apakah agamamu yang menyuruhmu agar kami meninggalkan apa yang disembah nenek moyang kami atau melarang kami mengelola harta kami menurut cara yang kami kehendaki? Sesungguhnya engkau benar-benar orang yang sangat penyantun dan pandai.”

📚 Tafsir Al-Muyassar

Mereka menjawab, ”wahai syu’aib, apakah shalat yang kamu tekuni ini yang memerintahkan kamu agar kami meninggalkan apa yang disembah bapak-bapak moyang kami, berupa berhala-berhala dan patung-patung atau agar kami terkekang untuk berbuat apa saja dalam mencari penghasilan dengan semua usaha yang dapat kami tempuh berupa cara rekayasa dan tipu daya?” dan mereka berkata untuk mengoloknya, ”sesungguhnya kamu benar-benar orang yang penyantun lagi berpikiran lurus dalam harta.”

Sumber: https://tafsirweb.com/3579-surat-hud-ayat-87.html

📚 Tafsir as-Sa'di

87 “mereka berkata ’hai syuaib, apakah shalatmu menyuruhmu agar kami meninggalkan tuhan yang disembah oleh bapak bapak kami” maksudnya mereka mengatakan itu sebagai ejekan terhadap nabi mereka dan ketidakmungkinan mengikutinya. makna dari apa yang mereka katakan adalah bahwa laranganmu untuk kami, hanyalah mewajibkan agar kamu shalat dan beribadah kepada Allah (semata), jika kamu memang demikian maka apakah wajib bagi kami meninggalkan apa yang disembah oleh nenek moyang kami karena suatu ucapan yang tak berdalil, melainkan hanya karena ia sesuai denganmu? Bagaimana kami mengikutimu dan meninggalkan nenek moyang kami orang orang yang berakal dan berpemikiran? Begitu pula kata katamu kepada kami, tidak mengharuskan kami melakukan pada harta kami seperti apa yang kamu katakan kepada kami berupa memenuhi takaran timbangan dan menunaikan hak hak yang wajib padanya, akan tetapi kami tetap melakukan apa yang kami kehendaki karena ia adalah harta kami, kamu tak memiliki hak apapun.

Oleh Karena itu, mereka mengejeknya dengan berkata, ”sesungguhnya kamu adalah orang yang sangat penyantun lagi berakal” maksudnya bukankah kamu adalah orang dengan kelembutan, kasih sayang dan ketenangan yang telah menjadi sifat dan pembawaanmu, tidak ada yang kamu lakukan kecuali kebaikan, kamu tidak memerintahkan kecuali kebaikan dan kamu tidak melarang kecuali keburukan? yakni perkaranya tidak begitu, maksud mereka adalah bahwa syuaib memiliki sifat yang bertentangan dengan dua sifat tersebut yaitu kebodohan dan kesesatan, jadi maksudnya adalah; bagaimana kamu menjadi orang yang penyantun lagi berakal sedangkan nenek moyang kami adalah orang orang yang bodoh dan sesat? Kata kata yang mereka lontarkan adalah dengan nada mengejek dan bahwa perkaranya adalah sebaliknya, tidaklah seperti yang mereka kira, justru perkaranya seperti yang mereka katakan bahwa shalatnya memintanya melarang kaumnya menyembah tuhan yang disembah oleh nenek moyang yang sesat dan (melarang) membuat apa yang mereka inginkan pada harta mereka karena shalat melarang perbuatan keji yang lebih besar daripada penyembahan kepada selain Allah dan daripada mencurangi hak hamba hamba Allah atau mencurinya dengan timbangan dan takaran. Syuaiblah orang yang penyantun lagi berakal.

Sumber: https://tafsirweb.com/3579-surat-hud-ayat-87.html

📚 Tafsir Al-Wajiz

87. Dengan mengejek dan menghina, kaum itu berkata: “Apakah shalatmu memerintahmu meninggalkan berhala dan patung yang disembah leluhur kita, atau apa yang kami perbuat terhadap harta kami sesuai keinginan dan kebaikan kami berupa penambahan dan pengurangan yang kami atur sesuka hati, sedangkan kamu itu dikenal sangat toleran, memiliki akal, tidak tergesa-gesa, memiliki kesadaran atau mendapat petunjuk serta berpegang tegung pada hal itu?!” Ucapan ini dikatakan dengan cara mengejek.

Sumber: https://tafsirweb.com/3579-surat-hud-ayat-87.html

📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas)

Mereka berkata kepadanya dengan maksud mengolok-olok (semoga Allah melaknat mereka) (Apakah shalatmu) Al-A'masy berkata yaitu manakah bacaanmu (menyuruh kamu agar kami meninggalkan apa yang disembah oleh bapak-bapak kami) yaitu berhala-berhala dan patung-patung (atau melarang kami memperbuat apa yang kami kehendaki ten­tang harta kami) Lalu kami meninggalkan mengurangi berdasarkan ucapanmu. yaitu harta kami, kami berbuat sesuai dengan kehendak kami. Al-Hasan berkata tentang firmanNya: (Apakah sembahyangmu menyuruhmu agar kami meninggalkan apa yang disembah oleh bapak-bapak kami?) yaitu demi Allah, sesungguhnya shalatnya benar-benar memerintah­kan mereka agar meninggalkan apa yang disembah oleh nenek moyang mereka. Ats-Tsauri berkata tentang firmanNya: (atau melarang kami memperbuat apa yang kami kehendaki tentang harta kami) Yang mereka maksud adalah zakat. (Sesungguhnya kamu adalah orang yang sangat penyantun lagi berakal) Maimun bin Mahran, Ibnu Aslam, dan Ibnu Jarir berkata bahwa Musuh-musuh Allah itu berkata dengan maksud mengolok-olok, semoga Allah melaknat mereka dan menjauhkan dari rahmat Allah, dan hal itu telah terjadi

Sumber: https://tafsirweb.com/3579-surat-hud-ayat-87.html

Informasi Tambahan

Juz

12

Halaman

231

Ruku

190

Apabila kamu membaca Al-Quran, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk

Surah An-Nahl: 98

Adab Membaca Al-Quran

1. Suci dari Hadats

Pastikan dalam keadaan suci dari hadats besar dan kecil sebelum memegang dan membaca Al-Quran. Berwudhu terlebih dahulu merupakan salah satu bentuk penghormatan kepada kitab suci Al-Quran.

2. Niat yang Ikhlas

Membaca Al-Quran dengan niat mencari ridha Allah SWT, bukan untuk pamer atau mencari pujian. Niat yang ikhlas akan membawa keberkahan dalam membaca Al-Quran.

3. Menghadap Kiblat

Diutamakan menghadap kiblat saat membaca Al-Quran sebagai bentuk penghormatan dan mengikuti sunnah Rasulullah SAW. Posisi duduk yang sopan dan tenang juga dianjurkan.

4. Membaca Ta'awudz

Memulai dengan membaca ta'awudz dan basmalah sebelum membaca Al-Quran. Ta'awudz merupakan permintaan perlindungan kepada Allah dari godaan syaitan yang terkutuk.

5. Khusyuk dan Tenang

Membaca dengan tenang dan penuh penghayatan, memahami makna ayat yang dibaca. Tidak tergesa-gesa dan memperhatikan tajwid dengan baik.

6. Menjaga Kebersihan

Membaca Al-Quran di tempat yang bersih dan suci, serta menjaga kebersihan diri dan pakaian. Hindari membaca Al-Quran di tempat yang tidak pantas.

7. Memperindah Suara

Membaca Al-Quran dengan suara yang indah dan tartil, sesuai dengan kemampuan. Tidak perlu memaksakan diri, yang terpenting adalah membaca dengan benar sesuai tajwid.

Masukan & Feedback:info@finlup.id
© 2025 quran.finlup.id - All rights reserved