البقرة (Al-Baqarah)
Surat ke-2, Ayat ke-9
يُخٰدِعُوْنَ اللّٰهَ وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا ۚ وَمَا يَخْدَعُوْنَ اِلَّآ اَنْفُسَهُمْ وَمَا يَشْعُرُوْنَۗ
Mereka menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanyalah menipu diri sendiri tanpa mereka sadari.
📚 Tafsir Al-Muyassar
Mereka meyakini dengan kejahilan mereka bahwa mereka telah berhasil menipu Allah dan orang-orang mukmin dengan menampakan keimanan dan menyembunyikan kekufuran mereka, padahal tidaklah mereka menipu kecuali diri mereka sendiri sebab akibat buruk dari tipu daya mereka itu hanya berbalik kepada mereka sendiri dan karena parahnya kebodohan mereka, mereka tidak menyadari hal tersebut dikarenakan rusaknya hati mereka
Sumber: https://tafsirweb.com/190-surat-al-baqarah-ayat-9.html
📚 Tafsir as-Sa'di
8-9. ketahuilah bahwasanya kemunafikan itu adalah menampakkan kebaikan dan menyembunyikan kejahatan, termasuk dalam definisi ini kemunafikan I’tiqad dan kemunafikan amaliah. Adapun nifaq Amali seperti yang Nabi sebutkan dalam sabdanya : "tanda kemunafikan itu ada tiga: jika berbicara ia berdusta, jika berjanji dia ingkari dan jika dimanahi dia berkhianat". Dalam riwayat yang lain "jika bertengkar dia berlebihan:.
Adapun kemunafikan I’tiqadiah yang mengeluarkan seseorang dari islam yaitu yang Allah ta’ala sebutkan sebagai sifat-sifat kaum munafikin dalam surat ini dan surat lainnya. Kemunafikan ini belumlah muncul sebelum hijrahnya Nabi sholallohu 'alaihi wasallam dari Makkah menuju Madinah bahkan juga setelah hijrah hingga setelah kejadian perang Badar, dan Allah memberikan kemenangan kepada kaum Muslimin dan memuliakan mereka, dan menghinakan orang-orang yang ada di Madinah dari mereka yang belum masuk islam, lalu sebagian mereka menampakkan keislaman mereka Karena takut dan sebagai tipu daya, juga untuk menjaga darah dan harta mereka., imana mereka ini bersama kaum Muslimin secara lahiriyah, mereka menampakkan bahwa mereka adalah bagian kaum Muslimin, padahal mereka pada hakikatnya bukanlah dari kaum Muslimin. Maka sebagai tindakan kelembutan Allah bagi kaum Mukminin adalah bahwa Allah memperlihatkan kondisi-kondisi mereka, dan menggambarka mereka dengan sifat-sifat yang membedakan jati diri mereka, agar kaum Mukminin tidak terperdaya oleh mereka, dan mampu mengendalikan kejahatan mereka.
Allah berfirman : " Orang-orang munafik takut akan turun terkait kelakuan mereka suatu surat yang menerangkan apa yang mereka sembunyikan di dalam hati-hati mereka berupa kekafiran.
" (QS. At-Taubah : 64) Lalu Allah menyifati mereka dengan sifat dasar kemunafikan seraya berfirman “ diantara manusia ada yang mengatakan, ’kami beriman kepada Allah dan Hari Kemudian, ’padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman, ” karena mereka mengatakan dengan lisan mereka apa yang tidak ada dalam hati mereka, lalu Allah mendustakan mereka dengan berfirman, “padahal mereka itu sesungguhhnya bukan orang-orang yang beriman, ” karena keimanan yang hakiki itu adalah sesuatu yang disepakati oleh hati dan lisan. Sesungguhnya hal yang tadi itu adalah tipu daya terhadap Allah dan hamba-hambaNya yang beriman. Dan tipu daya itu adalah bahwa si pelaku menampakkan sesuatu kepada yang diperdayai dan dia menyembunyikan hal yang berbeda dengannya demi memperoleh yang diinginkannya dari orang yang diperdayai tersebut.
Dan inilah yang dilakukan orang-orang munafik terhadap Allah dan hamba-hambaNya, sehingga tipudaya mereka tersebut kembali kepada diri mereka sendiri. Ini adalah suatu perkara yang mengherankan sekali, karena biasanya seorang pelaku tipu daya itu kondisinya bisa jadi akan memperoleh apa yang menjadi tujuannya atau dia selamat yang mana dia tidak mendapatkan apa-apa dan tidak rugi apa-apa juga, namun lain halnya tipu daya orang-orang munafik ini, ia malah kembali kepada diri mereka sendiri. Oleh Karena itu, seolah-olah mereka itu melakukan suatu makar untuk menghancurkan diri mereka sendiri, membahayakan dan menipu diri mereka, karena Allah tidaklah tersentuh oleh mudarat sedikitpun dari tipu daya mereka, demikian juga hamba-hambaNya yang beriman.
Maka tindakan kaum munafik menampakkan keimanan mereka tidak membawa dampak bagi kaum Muslimin, hingga selamatlah dengan hal itu harta-harta mereka, dan terjaga darah-darah mereka, dan tipu daya mereka kembali kepada leher-leher mereka, hingga dengan demikian mereka mendapatkan kehinaan dan cela di dunia, serta kemalangan yang terus menerus disebabkan oleh apa yang diperoleh kaum Mukminin berupa kekuatan dan kemenangan, kemudian pada hari Akhir nanti mereka mendapatkan azab yang pedih lagi menyakitkan dan menyerikan disebabkan oleh pendustaan, kekufuran dan kejahatan mereka dan keadaanya saat ini adalah bahwa mereka dengan kebodohan dan kedunguan yang ada pada mereka, mereka tidak menyadari hal tersebut.
Sumber: https://tafsirweb.com/190-surat-al-baqarah-ayat-9.html
📚 Tafsir Al-Wajiz
Mereka menipu orang yang jujur dengan menampakkan sesuatu yang bukan merupakan diri mereka untuk menyamar. Namun kenyataanya, mereka menipu diri mereka sendiri. dan Allah mengetahui isi hati mereka
Sumber: https://tafsirweb.com/190-surat-al-baqarah-ayat-9.html
📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas)
Kemunafikan maknanya yaitu menunjukkan kebaikan dan menyembunyikan keburukan. Hal ini merupakan salah satu jenis keyakinan yang menjadikan pelakunya kekal dalam neraka, dan juga merupakan salah satu jenis perbuatan yang termasuk salah satu dosa besar, sebagaimana akan dijelaskan lebih lanjut pada babnya, apabila Allah menghendaki. Hal ini serupa dengan yang dikatakan oleh Ibnu Juraij bahwa orang munafik itu saling bertentangan baik ucapan dan perbuatannya, yang tersembunyi dan tampak, atau yang ada di dalam hatinya dan yang dikeluarkan.
Adapun penggambaran tentang kemunafikan itu diturunkan dalam surah-surah Madaniah, karena di Makkah tidak ada kemunafikan, bahkan keadaanya berkebalikan, di sana ada orang yang menyatakan kekafiran secara terpaksa, tetapi dalam hati mereka beriman. Ketika Rasulullah SAW hijrah ke Madinah, di sana terdapat kaum Anshar dari suku Aus dan Khazraj. Pada masa jahiliyyahnya mereka menyembah berhala seperti kebiasaan orang-orang musyrik Arab.
Di sana juga terdapat orang-orang Yahudi yang mengikuti tradisi nenek moyang mereka. Mereka terdiri dari tiga suku, yaitu Bani Qunainuqa' sebagai perwakilan suku Khazraj, Bani Nadhir, dan Bani Quraizhah sebagai perwakilan suku Aus. Ketika Rasulullah SAW tiba di Madinah, orang-orang dari kaum Ansar dari suku Aus dan Khazraj masuk Islam, dan hanya tidak ada yang masuk Islam dari kaum Yahudi pada saat itu selain Abdullah bin Salam.
Pada masa itu juga belum ada munafik, karena saat itu kaum muslim tidak menghadapi cobaan yang menakutkan. bahkan Rasulullah SAW membiarkan orang-orang Yahudi dan beberapa suku Arab di sekitar Madinah. Ketika perang Badar terjadi, Allah meneguhkan kalimatNya, serta memuliakan Islam dan para pemeluknya. Abdullah bin Abi bin Salul (yang merupakan seorang pemimpin di Madinah dan berasal dari suku Khazraj. Dia dahulu menjadi pemimpin dua kelompok besar di masa jahiliyah dan mereka berniat untuk menjadikannya sebagai pemimpin mereka. Ketika kebaikan datang kepada mereka, mereka memeluk Islam dan melupakan rencana tersebut. Abdullah bin Abi bin Salul tetap menyimpan dalam hatinya sebagian keyakinan tentang Islam dan para pemeluknya) Ketika perang Badar terjadi, dia berkata, "ini adalah sesuatu yang perlu dihadapi, lalu dia menyatakan diri masuk Islam, bersama beberapa kelompok yang mengikuti jalannya, serta beberapa Ahli Kitab.
Setelah itu, kemunafikan mulai muncul di kalangan penduduk Madinah dan sekitarnya dari beberapa suku Arab. Adapun kaum Muhajirin, tidak ada satupun orang munafik di antara mereka, karena tidak ada satupun dari mereka yang hijrah karena terpaksa, bahkan mereka meninggalkan harta, keluarga, dan tanah mereka karena mencari keridhaan Allah di akhirat Dari Ibnu Abbas berkata bahwa ayat (Di antara manusia ada yang mengatakan, "Kami beriman kepada Allah dan hari kemudian" padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman) yaitu orang-orang munafik dari suku Aus dan Khazraj serta orang yang sejalan dengan mereka. Begitu juga Abu Al-Aliyah, al-Hasan, Qatadah, dan As- Suddi menafsirkan ayat tersebut dengan orang-orang munafik dari suku Aus dan Khazraj.
Oleh karena itu, Allah memperingatkan tentang deskripsi orang-orang munafik, agar orang-orang mukmin tidak tertipu dengan tampilan mereka, karena dapat menimbulkan kerusakan besar jika mereka tidak waspada terhadap orang-orang munafik, dan kepalsuan keyakinan mereka. Sebenarnya mereka adalah orang-orang kafir. Hal ini termasuk dalam kesalahan-kesalahan besar yaitu menganggap orang-orang fasik itu baik.
Maka Allah SWT berfirman: (Di antara manusia ada yang mengatakan, "Kami beriman kepada Allah dan hari kemudian" padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman) maknanya yaitu bahwa mereka hanya mengucapkan perkataan itu saja tanpa ada tindak lanjut atas ucapan itu. Seperti firman Allah SWT: (Apabila orang-orang munafik datang kepadamu (Muhammad), mereka berkata, “Kami mengakui, bahwa engkau adalah Rasul Allah.” Dan Allah mengetahui bahwa engkau benar-benar Rasul-Nya) (Surah Al-Munafiqun: 1) maknanya yaitu bahwa mereka hanya mengatakan itu saat datang kepadamu saja, namun tidak mengakui hal yang sama dalam hati mereka.
Oleh karena itu, mereka menegaskan perkataan mereka dengan huruf "in" pada kesaksian mereka dan huruf "lam" pada khabarnya, sebagaimana mereka menegaskan ucapan mereka: "Sungguh Kami beriman kepada Allah dan hari kiamat" padahal tidak demikian, sebagaimana Allah telah memperolok-olok kesaksian dan pernyataan mereka terkait keyakinan mereka dengan firmanNya: (dan Allah menyaksikan bahwa orang-orang munafik itu benar-benar pendusta) (Surah Al-Munafiqun: 1) dan firmanNya (padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman) Firman Allah SWT: (Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman) maksudnya yaitu dengan menampakkan iman mereka dan menyembunyikan kekafiran mereka.
Mereka berpikir dapat menipu Allah dengan perbuatan tersebut dan mengira bahwa hal itu bermanfaat bagi mereka di sisi Allah, dan akan berlaku untuk Allah sebagaimana hal itu berlaku pada sebagian orang mukmin, sebagaimana firman Allah SWT: ((Ingatlah) pada hari (ketika) mereka semua dibangkitkan Allah, lalu mereka bersumpah kepada-Nya (bahwa mereka bukan orang musyrik) sebagaimana mereka bersumpah kepadamu; dan mereka menyangka bahwa mereka akan memperoleh sesuatu (manfaat). Ketahuilah, bahwa mereka orang-orang pendusta) (Surah Al-Mujadilah: 18).
Oleh karena itu, keyakinan mereka itu disambut dengan firmanNya: (padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri, sedangkan mereka tidak sadar) Dengan hal ini mereka tidak menipu siapapun melainkan diri mereka sendiri, dan mereka tidak menyadarinya. Sebagaimana Allah SWT berfirman (Sesungguhnya orang munafik itu hendak menipu Allah, tetapi Allah-lah yang menipu mereka) (Surah An-Nisa: 142).
Sebagian ulama' Qiraah mengaitkannya ayat (padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri) dan keduanya merujuk pada satu makna. Ibnu Jarir berkata, jika ada yang bertanya, "Bagaimana bisa orang munafik menipu Allah dan para mukmin, sedangkan dia tidak menampakkan dengan lisannya apa yang ada di hatinya karena takut? Jawabannya yaitu bahwa bangsa Arab tidak menolak penyebutan penipu terhadap seseorang yang mengatakan sesuatu selain dari apa yang ada dalam hatinya untuk menghindari hal-hal yang dia takuti atau untuk menipu.
Begitu juga orang munafik disebut sebagai orang yang menipu Allah dan orang-orang mukmin karena menampakkan dengan lisannya hal yang berbeda dengan yang dia sembunyikan agar terhindar dari pembunuhan, fitnah, dan siksaan. Itu adalah perbuatan yang dilakukan ketika menipu orang-orang mukmin dalam urusan dunia yang sementara. Perbuatan itu membuatnya menipu dirinya sendiri, karena dia menampakkan perbuatan itu terhadap dirinya sendiri. dia memberikan harapan, dan gelas berisi kenikmatan, padahal sebenarnya itu adalah darah kotor, dia memberi minum dirinya dengan gelas berisi siksaan, dan menegukkan secara perlahan murka Allah dan kepedihan yang belum pernah ada sebelumnya.
Begitulah tipuannya terhadap diri sendiri. Dia berbuat buruk terhadap diri sendiri namun merasakan sesuatu yang sebaliknya yaitu merasa bahwa itu kebaikan, sebagaimana Allah SWT berfirman, (padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri dan mereka tidak menyadarinya) sebagai bentuk pemberitahuan bagi para hambaNya yang beriman bahwa orang-orang munafik berbuat buruk kepada diri sendiri, dengan membuat Tuhan mereka marah terhadap diri mereka dengan kekufuran, keragu-raguan, perbuatan dusta mereka tanpa sadar. Akan tetapi merka akan selalu berada dalam ketidaktahuan terhadap hal itu, Said meriwayatkan dari Qatadah tentang (Di antara manusia ada yang mengatakan, "Kami beriman kepada Allah dan hari kemudian" padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman (8) Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri, sedangkan mereka tidak sadar (9)) bahwa gambaran tentang orang munafik menurut banyak orang adalah "berperilaku licik, beriman hanya dengan lisan, ingkar dalam hatinya, dan bertindak sebaliknya.
Pada pagi hari dia ada pada suatu keadaan, lalu pada sore hari dia ada pada keadaan selain itu. Ketika pada sore hari dia ada pada suatu keadaan, lalu pada pagi hari dia ada pada keadaan lain, seperti kapal yang selalu berlayar sesuai arah angin berhembus
Sumber: https://tafsirweb.com/190-surat-al-baqarah-ayat-9.html
Informasi Tambahan
Juz
1
Halaman
3
Ruku
3