Kembali ke Surat Yusuf

يوسف (Yusuf)

Surat ke-12, Ayat ke-53

۞ وَمَآ اُبَرِّئُ نَفْسِيْۚ اِنَّ النَّفْسَ لَاَمَّارَةٌ ۢ بِالسُّوْۤءِ اِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّيْۗ اِنَّ رَبِّيْ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ

Dan aku tidak (menyatakan) diriku bebas (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu mendorong kepada kejahatan, kecuali (nafsu) yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun, Maha Penyayang.

📚 Tafsir Al-Muyassar

Istri sang mentri itu berkata, ”Dan aku tidak membenarkan diriku dan tidak membebaskan diriku (dari kesalahan). Sesungguhnya (jiwa) manusia banyak memerintahkan pemiliknya untuk berbuat maksiat demi mencari kesenangan-kesenangannya, kecuali orang yang dilindungi Allah. Sesungguhnya Allah maha pengampun dosa-dosa orang yang bertaubat dari hamba-hambanYa lagi mahapenyayang terhadap mereka.”

Sumber: https://tafsirweb.com/3791-surat-yusuf-ayat-53.html

📚 Tafsir as-Sa'di

53. Tatkala pernyataan semacam ini mencerminkan sejenis tazkiyah (penyucian) pada dirinya, maka ia segera melanjutkan dengan penuturan, “Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan)”, dari tindakan menggoda, pemusatan pikiran, semangat kuat dan mengupayakan tipu daya untuk merealisasikannya, “karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan”, maksudnya sering sekali memerintahkan pemiliknya untuk berbuat kejelekan yakni perbuatan keji daan segala dosa. Sesungguhnya jiwa merupakan kendaraan tunggangan setan.

Dari situlah setan menyusup kepada manusia “kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Raabbku”, sehingga Dia menyelamatkannya dari jiwanya yang selalu memerintahkan kepada kejelekan maka jiwanya menjadi jiwa yang merasa tenang kepada Rabbnya, patuh terhadap penyeru hidayah, enggan terhadap penyeru kenistaan. Kebaikan ini bukan berasal dari jiwa itu sendiri, tetapi merupakan curahan keutamaan dan rahmat Allah kepada hambaNya. “Sesungguhnya Rabbku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”, maksudnya, Dia Maha Pengampun bagi orang yang telah nekat berani melakukan dosa-dosa dan maksiat-maksiat jika ia sudi bertaubat dan kembali kepada Allah. Dia Maha Kasih dengan menerima taubatnya dan memberikan taufikNya (kemudahan) untuk melakukan amalan-amalan shalih.

Jadi, inilah yang benar, bahwa pernyataan tersebut merupakan ucapan istri al-Aziz, bukan ucapan Yusuf. Karena susunan redaksinya masuk ke dalam substansi arah pembicaraan si wanita, sementara itu, Yusuf belum muncul, dia masih berada di bui.

Sumber: https://tafsirweb.com/3791-surat-yusuf-ayat-53.html

📚 Tafsir Al-Wajiz

53. Dan Yusuf mengikuti ucapannya (berdasarkan penafsiran pertama). Dan aku tidak membebaskan diriku dari kesalahan dan kekeliruan, Sesungguhnya kebanyakan perkara jiwa itu mengikuti hawa nafsu dan syahwat, kecuali jika Tuhanku mengasihinya, maka akan menjaganya agar tidak berbuat maksiat.

Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun bagi orang-orang yang meminta ampunan dan Maha Penyayang bagi orang-orang shalih yang mau bertaubat. Dan berdasarkan penafsiran kedua yang ditafsirkan oleh Abu Hayan: Ini adalah lanjutan perkataan istri Al-‘Aziz, menyambung kalimat sebelumnya {Al-aana hashhashal haqqu} [51]

Sumber: https://tafsirweb.com/3791-surat-yusuf-ayat-53.html

📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas)

Ayat 50-53 Allah SWT berfirman seraya memberitahukan tentang raja Mesir, bahwa setelah mereka kembali kepadanya dengan membawa penafsiran mimpi yang dia lihat dengan mengagumkan dan meyakinkan, maka dia mengetahui keutamaa, ilmu dan penalaran nabi Yusuf yang baik atas mimpinya, serta akhlaknya yang baik terhadap semua rakyat di negerinya. Lalu dia berkata: (Bawalah dia kepadaku) yaitu, keluarkanlah dia dari penjara dan datangkanlah kepadaku. Setelah utusan raja datang kepada nabi Yusuf dengan pesan itu, nabi Yusuf menolak untuk keluar sebelum raja dan seluruh rakyatnya mengetahui kebersihan nama dan kehormatannya dari apa yang dituduhkan oleh istri Al-Aziz; dan bahwa penjara ini bukanlah sesuatu hal seharusnya diputuskan untuknya, melainkan dia dizalimi dan dimusihi. lalu nabi Yusuf berkata: (Kembalilah kepada tuanmu dan tanyakan kepadanya bagaimana halnya perempuan-perempuan yang telah melukai tangannya. Sungguh, Tuhanku Maha Mengetahui tipu daya mereka) Firman Allah: (Raja berkata (kepada wanita-wanita itu), "Bagaimanakah keadaan kalian ketika kalian menggoda Yusuf untuk menundukkan dirinya (kepada kalian)?”) memberitahukan tentang raja ketika dia mengumpulkan para wanita yang melukai tangannya di rumah istri Al-Aziz.

Raja berkata kepada mereka semua, tetapi dimaksud adalah istri Menterinya, yaitu Al-Aziz. Raja berkata kepada para wanita yang melukai tangannya (Bagaimanakah keadaan kalian) yaitu bagaimana keadaan dan berita kalian (ketika kalian menggoda Yusuf untuk menundukkan dirinya (kepada kalian)?) pada hari menjamu mereka (Mereka berkata, "Maha Sempurna Allah, kami tiada mengetahui sesuatu keburukan pun darinya”) Wanita-wanita itu menjawab raja,"Maha­ sempurna Allah, Yusuf bukanlah orang yang mendapat tuduhan. Demi Allah, kami tidak mengetahui sesuatu keburukan pun darinya" Lalu saat itu istri Al-Aziz berkata: (Istri Al-Aziz berkata. Sekarang jelaslah kebenaran itu”) Ibnu Abbas, Mujahid, dan lainnya berkata bahwa istri Al-Aziz berkata,"Sekarang telah jelas kebenaran itu" (akulah yang menggodanya untuk menundukkan dirinya (kepadaku), dan sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang benar) yaitu dalam ucapannya (Dia menggodaku untuk menundukkan diriku (kepadanya)) (Surah Yusuf: 26) (Yang demikian itu agar dia (Al-Aziz) mengetahui bahwa sesungguh­nya aku tidak berkhianat kepadanya di belakangnya) dia berkata,"Sesungguhnya aku mengakui perbuatanku ini agar suamiku mengetahui bahwa aku tidak mengkhianatinya, dan peringatan yang paling besar belum terjadi.

Dan aku adalah orang yang menggoda pemuda ini, tetapi dia menolak ajakanku. Dengan ini aku mengaku agar suamiku mengetahui bahwa diriku masih suci" (dan bahwa Allah tidak meridai tipu daya orang-orang yang ber­khianat. Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan)) wanita itu berkata, "Aku tidak membebaskan diriku dari kesalahan, karena hawa nafsuku selalu membisikkan godaan dan angan-angan kepadaku. Karena itulah aku menggodanya" (karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku) yaitu kecuali orang yang dijaga Allah SWT (Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang) Ini adalah pendapat yang terkenal, lebih sesuai, dan lebih cocok dengan konteks kisah dan makna kalimatnya.

Sumber: https://tafsirweb.com/3791-surat-yusuf-ayat-53.html

Informasi Tambahan

Juz

13

Halaman

242

Ruku

199

Apabila kamu membaca Al-Quran, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk

Surah An-Nahl: 98

Adab Membaca Al-Quran

1. Suci dari Hadats

Pastikan dalam keadaan suci dari hadats besar dan kecil sebelum memegang dan membaca Al-Quran. Berwudhu terlebih dahulu merupakan salah satu bentuk penghormatan kepada kitab suci Al-Quran.

2. Niat yang Ikhlas

Membaca Al-Quran dengan niat mencari ridha Allah SWT, bukan untuk pamer atau mencari pujian. Niat yang ikhlas akan membawa keberkahan dalam membaca Al-Quran.

3. Menghadap Kiblat

Diutamakan menghadap kiblat saat membaca Al-Quran sebagai bentuk penghormatan dan mengikuti sunnah Rasulullah SAW. Posisi duduk yang sopan dan tenang juga dianjurkan.

4. Membaca Ta'awudz

Memulai dengan membaca ta'awudz dan basmalah sebelum membaca Al-Quran. Ta'awudz merupakan permintaan perlindungan kepada Allah dari godaan syaitan yang terkutuk.

5. Khusyuk dan Tenang

Membaca dengan tenang dan penuh penghayatan, memahami makna ayat yang dibaca. Tidak tergesa-gesa dan memperhatikan tajwid dengan baik.

6. Menjaga Kebersihan

Membaca Al-Quran di tempat yang bersih dan suci, serta menjaga kebersihan diri dan pakaian. Hindari membaca Al-Quran di tempat yang tidak pantas.

7. Memperindah Suara

Membaca Al-Quran dengan suara yang indah dan tartil, sesuai dengan kemampuan. Tidak perlu memaksakan diri, yang terpenting adalah membaca dengan benar sesuai tajwid.

Masukan & Feedback:info@finlup.id
© 2025 quran.finlup.id - All rights reserved