Kembali ke Surat Ar-Ra'd

الرّعد (Ar-Ra'd)

Surat ke-13, Ayat ke-38

وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ وَجَعَلْنَا لَهُمْ اَزْوَاجًا وَّذُرِّيَّةً ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۗلِكُلِّ اَجَلٍ كِتَابٌ

Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad) dan Kami berikan kepada mereka istri-istri dan keturunan. Tidak ada hak bagi seorang rasul mendatangkan sesuatu bukti (mukjizat) melainkan dengan izin Allah. Untuk setiap masa ada Kitab (tertentu).

📚 Tafsir Al-Muyassar

Dan apabila mereka berkata, ”mengapa kamu -wahai rasul-, menikahi wanita-wanita?” maka sesungguhnya kami telah mengutus sebelummu rasul-rasul dari kalangan manusia, dan kami memberikan kepada mereka istri-istri dan anak-anak. Dan apabila mereka berkata, ”seandainya dia benar utusan Allah, pastilah dia akan datang membawa mukjizat-mukjizat yang kami minta. ”Maka bukan pada jangkauan kemampuan seorang rasul untuk mendatangkan mukjizat yang diinginkan kaumnya kecuali dengan izin Allah. Tiap-tiap perkara yang telah diputuskan oleh Allah memiliki catatan dan batas waktu tertentu, yang Allah telah menuliskannya di sisiNya; tidak akan maju dan tidak akan mundur.

Sumber: https://tafsirweb.com/3998-surat-ar-rad-ayat-38.html

📚 Tafsir as-Sa'di

38. Maksudnya, engkau bukan seorang rasul pertama yang diutus kepada umat manusia sehingga mereka pantas untuk merasa asing dengan risalahmu. Sungguh “Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum kamu, dan Kami memberikan kepada mereka istri-istri dan keturunan,” maka jangan sampai musuh-musuhmu melancarkan celaan pada dirimu lantaran engkau memiliki istri-istri dan keturunan sebagaimana yang terjadi pada saudara-saudaramu, para rasul untuk tujuan mencelamu dengan itu, padahal mereka mengetahui bahwa sesungguhnya para rasul sebelumnya pun sama saja, selain (untuk mewujudkan) kepentingan-kepentingan busuk dan dorongan hawa nafsu mereka saja.

Apabila mereka menginginkan suatu ayat (tanda kebenaran) yang mereka usulkan, engkau tidak memiliki hak sedikit pun tentang itu. Tidaklah “ada hak seorang Rasul mendatangkan suatu ayat (mukjizat) melainkan dengan izin Allah,” Allah tidak mengizinkan untuk mendatangkan suatu ayat kecuali pada waktunya yang telah ditentukan dan ditetapkanNya. “Tiap-tiap masa memiliki Kitab (yang tertentu),” tidak maju dan tidak mundur darinya. Tuntutan mereka untuk menyegerakan turunnya ayat-ayat (mukjizat) atau siksa tidak mengharuskan Allah untuk menyegerakan sesuatu yang telah Dia tetapkan agar diakhirkan, meskipun Allah Mahakuasa berbuat apa saja yang diinginkanaNya.

Sumber: https://tafsirweb.com/3998-surat-ar-rad-ayat-38.html

📚 Tafsir Al-Wajiz

38 Sesungguhnya Kami telah mengutus beberapa Rasul sebelum kamu wahai Nabi, dan Kami memberikan kepada mereka isteri-isteri dan keturunan. Tidak ada hak bagi seorang Rasul untuk mendatangkan suatu ayat/mukjizat melainkan hanya dengan izin Allah. Bagi tiap-tiap masa ada Kitab yang tertentu.

Maksud kitab di sini adalah sesuatu yang tertulis, atau mukjizat yang menyesuaikan dengan kondisi zaman rasul yang diutus

Sumber: https://tafsirweb.com/3998-surat-ar-rad-ayat-38.html

📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas)

Ayat 38-39 Allah SWT berfirman bahwa sebagaimana Kami mengutusmu, wahai Muhammad, sebagai rasul dan manusia, Kami juga telah mengutus para rasul sebelummu dari kalangan manusia. Mereka makan makanan, berjalan di pasar-pasar, mendatangi istri-istri mereka, dan mempunyai anak. dan Kami memberikan kepada mereka istri-istri dan keturunan. Allah SWT berfirman kepada rasulNya yang paling mulia dan yang menjadi penutup para rasul (Katakanlah, "Sesungguhnya aku hanyalah seorang manusia seperti kalian, yang diwahyukan kepadaku”) (Surah Al-Kahfi: 110) Firman Allah: (Dan tidak ada hak bagi seorang rasul mendatangkan sesuatu ayat (mukjizat) melainkan dengan izin Allah) yaitu, tidaklah seorang rasul mendatangkan kepada kaumnya sesuatu luar biasa melainkan dengan seizin Allah, bukan atas kehendaknya melainkan diserahkan kepadaNya.

Dia melakukan apa yang Dia kehendaki dan memutuskan apa yang Dia inginkan (Bagi tiap-tiap masa ada Kitab (yang tertentu)) yaitu bagi tiap masa tertentu ada kitab yang mencatat akhirnya. Setiap sesuatu ada batasannya yang ditentukan di sisiNya (Apakah kamu tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang ada di langit dan di bumi; bahwasanya yang demikian itu terdapat dalam sebuah kitab (Lauh Mahfuz)? Sesungguhnya yang demikian itu amat mudah bagi Allah (70)) (Surah Al-Hajj) Firman Allah: (Allah menghapuskan apa yang Dia kehendaki dan menetapkan (apa yang Dia kehendaki)) Para mufasir berbeda pendapat tentang hal itu.

Ibnu Abbas berkata bahwa Allah mengatur sunnatullah. Dia menghapuskan apa yang Dia kehendaki kecuali kecelakaan, kebahagiaan, kehidupan, dan kematian. Dalam riwayat lain tentang firman-Nya: (Allah menghapuskan apa yang Dia kehendaki dan menetapkan (apa yang Dia kehendaki)) dia berkata bahwa segala sesuatu kecuali kematian, kehidupan, kecelakaan, dan kebahagiaan.

Sesungguhnya kedua hal itu tersebut telah diselesaikan. Mujahid berkata tentang firmanNya: (Allah menghapuskan apa yang Dia kehendaki dan menetapkan (apa yang Dia kehendaki)) Kecuali kehidupan, kematian, kecelakaan, dan kebahagiaan. Hal itu tidak berubah.

Al-A'masy meriwayatkan dari Abu Wa'il, Syaqiq bin Salamah bahwa dia sering berdoa berikut:"Ya Allah, jika Engkau telah mencatat kami termasuk orang-orang yang celaka, maka hapuskanlah hal itu dan dan catatlah kami ke dalam orang-orang yang bahagia. Dan jika Engkau telah mencatat kami ke dalam orang-orang yang berbahagia, maka tetapkanlah hal itu. Sesungguhnya Engkau menghapuskan apa yang Engkau kehendaki dan menetapkan apa yang Engkau kehendaki, di sisi­Mu terdapat Ummul Kitab (Lauhil Mahfuz)" Makna pendapat-pendapat ini bahwa Allah mampu menasakh takdir yang Dia kehendaki dan menetapkan apa yang Dia kehendaki Disebutkan dalam hadits shahih bahwa silaturahim bisa menambah umur Ali bin Abi Thalhah meriwayatkan dari Ibnu Abbas tentang firmanNya: (Allah menghapuskan apa yang Dia kehendaki dan menetapkan (apa yang Dia kehendaki)) dia berkata,”Allah mengganti apa yang Dia kehendaki, lalu menghapuskannya, dan menetapkan apa yang Dia kehendaki, lalu Dia tidak menggantinya. (dan di sisi-Nyalah terdapat Ummul Kitab (Lauh Mahfuz)) Kesimpulannya bahwa di sisiNya terdapat Ummul Kitab yang terkandung hal yang dihapuskan, diganti, dan ditetapkan.

Qatadah berkata tentang firmanNya: (Allah menghapuskan apa yang Dia kehendaki dan menetapkan (apa yang Dia kehendaki)) sebagaimana firmanNya: (Ayat apa saja yang Kami nasakhkan, atau Kami jadikan (manusia) lupa kepadanya) (Surah Al-Baqarah: 106) Hasan Al-Bashri berkata tentang firmanNya: (Allah menghapuskan apa yang Dia kehendaki dan menetapkan. (apa yang Dia kehendaki)) dia berkata,”Siapa saja yang ajalnya telah datang, maka dia mati, dan Allah menetapkan kehidupan bagi orang yang Dia tetapkan untuk hidup hingga sampai ajalnya datang.

Pendapat ini dipilih oleh Abu Ja'far bin Jarir. Firman Allah (dan di sisi-Nyalah terdapat Ummul Kitab (Lauh Mahfuz)) dia berkata yaitu tentang hukum halal dan haram. Qatadah berkata yaitu keseluruhan dan asal usul kitab.

Sumber: https://tafsirweb.com/3998-surat-ar-rad-ayat-38.html

Informasi Tambahan

Juz

13

Halaman

254

Ruku

210

Apabila kamu membaca Al-Quran, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk

Surah An-Nahl: 98

Adab Membaca Al-Quran

1. Suci dari Hadats

Pastikan dalam keadaan suci dari hadats besar dan kecil sebelum memegang dan membaca Al-Quran. Berwudhu terlebih dahulu merupakan salah satu bentuk penghormatan kepada kitab suci Al-Quran.

2. Niat yang Ikhlas

Membaca Al-Quran dengan niat mencari ridha Allah SWT, bukan untuk pamer atau mencari pujian. Niat yang ikhlas akan membawa keberkahan dalam membaca Al-Quran.

3. Menghadap Kiblat

Diutamakan menghadap kiblat saat membaca Al-Quran sebagai bentuk penghormatan dan mengikuti sunnah Rasulullah SAW. Posisi duduk yang sopan dan tenang juga dianjurkan.

4. Membaca Ta'awudz

Memulai dengan membaca ta'awudz dan basmalah sebelum membaca Al-Quran. Ta'awudz merupakan permintaan perlindungan kepada Allah dari godaan syaitan yang terkutuk.

5. Khusyuk dan Tenang

Membaca dengan tenang dan penuh penghayatan, memahami makna ayat yang dibaca. Tidak tergesa-gesa dan memperhatikan tajwid dengan baik.

6. Menjaga Kebersihan

Membaca Al-Quran di tempat yang bersih dan suci, serta menjaga kebersihan diri dan pakaian. Hindari membaca Al-Quran di tempat yang tidak pantas.

7. Memperindah Suara

Membaca Al-Quran dengan suara yang indah dan tartil, sesuai dengan kemampuan. Tidak perlu memaksakan diri, yang terpenting adalah membaca dengan benar sesuai tajwid.

Masukan & Feedback:info@finlup.id
© 2025 quran.finlup.id - All rights reserved