البقرة (Al-Baqarah)
Surat ke-2, Ayat ke-177
۞ لَيْسَ الْبِرَّاَنْ تُوَلُّوْا وُجُوْهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَلٰكِنَّ الْبِرَّ مَنْ اٰمَنَ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِ وَالْمَلٰۤىِٕكَةِ وَالْكِتٰبِ وَالنَّبِيّٖنَ ۚ وَاٰتَى الْمَالَ عَلٰى حُبِّهٖ ذَوِى الْقُرْبٰى وَالْيَتٰمٰى وَالْمَسٰكِيْنَ وَابْنَ السَّبِيْلِۙ وَالسَّاۤىِٕلِيْنَ وَفىِ الرِّقَابِۚ وَاَقَامَ الصَّلٰوةَ وَاٰتَى الزَّكٰوةَ ۚ وَالْمُوْفُوْنَ بِعَهْدِهِمْ اِذَا عَاهَدُوْا ۚ وَالصّٰبِرِيْنَ فِى الْبَأْسَاۤءِ وَالضَّرَّاۤءِ وَحِيْنَ الْبَأْسِۗ اُولٰۤىِٕكَ الَّذِيْنَ صَدَقُوْا ۗوَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُتَّقُوْنَ
Kebajikan itu bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan ke barat, tetapi kebajikan itu ialah (kebajikan) orang yang beriman kepada Allah, hari akhir, malaikat-malaikat, kitab-kitab, dan nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabat, anak yatim, orang-orang miskin, orang-orang yang dalam perjalanan (musafir), peminta-minta, dan untuk memerdekakan hamba sahaya, yang melaksanakan salat dan menunaikan zakat, orang-orang yang menepati janji apabila berjanji, dan orang yang sabar dalam kemelaratan, penderitaan dan pada masa peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar, dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.
📚 Tafsir Al-Muyassar
Bukanlah kebajikan di sisi Allah ta'ala itu dengan menghadap ke arah timur dan barat di dalam sholat, bila tidak berdasarkan perintah Allah dan syariat Nya. akan tetapi kebajikan yang sepenuhnya adalah perbuatan orang yang beriman kepada Allah dan mengimani Nya sebagai Tuhan yang berhak disembah tanpa menyekutukan sesuatu dengan Nya, dan beriman kepada hari kebangkitan dan pembalasan, dan kepada seluruh malaikat, dan kepada semua kitab-kitab yang diturunkan, dan beriman kepada seluruh Nabi tanpa membeda-bedakan, dan memberikan hartanya secara sukarela (meskipun sangat besar kecintaannya pada harta tersebut) kepada kaum kerabat, anak-anak yatim yang membutuhkan bantuan yang telah ditinggal mati oleh ayah-ayah mereka ketika mereka belum mencapai usia baligh, dan kepada orang-orang miskin yang tidak memiliki sesuatu yang mencukupi dan menutupi kebutuhan mereka,dan kepada orang-orang musafir yang terlilit kebutuhan yang jauh dari keluarga dan hartanya, dan kepada mereka para peminta-minta yang terpaksa meminta-minta karena keterdesakan kebutuhan mereka, dan mengeluarkan hartanya dalam membebaskan budak dan tawanan, mendirikan shalat, dan membayar zakat yang wajib, dan orang-orang yang menepati janji janji, dan orang-orang yang bersabar dalam kondisi kemiskinan dan sakit mereka,dan dalam peperangan yang berkecamuk keras. Maka orang-orang yang berkarakter demikian itulah orang-orang yang benar dalam keimanan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang takut terhadap siksaan Allah sehingga mereka menjauhi perbuatan maksiat-maksiat kepada Nya.
Sumber: https://tafsirweb.com/675-surat-al-baqarah-ayat-177.html
📚 Tafsir as-Sa'di
177. Allah berfirman, “Bukankah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan,” maksudnya, hal itu bukanlah suatu kebajikan yang dimaksudkan dari hamba, sehingga banyaknya pembahasan dan perdebatan tentangnya adalah merupakan usaha yang melelahkan yang tidak menghasilkan kecuali perpecahan dan perselisihan.
Ini sejalan dengan Rasulullah : “Bukanlah orang yang perkasa itu adalah dengan perkelahian akan tetapi orang yang perkasa itu adalah orang yang mampu menahan dirinya disaat marah,” (HR. Bukhori 6114, Muslim 2609) dan dalam hadits-hadits yang semacamnya. “akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah,” maksudnya, bahwa Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa yang memiliki sifat dengan segala sifat kesempurnaan dan terlepas dari segala kekurangan. “dan hari akhir,” yaitu segala hal yang dikabarkan oleh Allah tentangnya dalam kitabNya, atau apa yang telah dikabarkan oleh rasulNya dari hal-hal yang terjadi setelah kematian. “dan para malaikat,” yang dijelaskan sifat mereka oleh Allah kepada kita dalam kitabNya dan dijelaskan juga oleh rasulNya. “dan Alkitab,” yaitu jenis kitab-kitab yang telah diturunkan oleh Allah kepada rasul rasulNya, dan yang paling Agung adalah Alquran. Maka ia beriman kepada hal-hal yang dikandung olehnya dari kabar maupun hukum. “Dan para nabi,” secara umum, dan khususnya penutup mereka dan paling mulia dari mereka, yaitu Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam, “dan memberi harta,” yaitu seluruh harta yang dikumpulkan oleh manusia sedikit maupun banyak, maksudnya ia memberikan harta “yang dicintainya,” yaitu cinta harta. Allah menjelaskan dengan hal ini bahwa harta itu sangat dicintai oleh jiwa dan sebenarnya seorang hamba tidak mau mengeluarkannya, barangsiapa yang mengeluarkannya padahal ia sangat mencintainya dengan maksud mendekatkan diri kepada Allah, maka hal ini adalah sebagai tanda bagi keimanannya, dan diantara memberikan harta yang dicintai nya adalah bersedekah serta dia dalam kondisi sehat lagi kikir yang mana ia sangat mengharapkan kekayaan dan takut dari kemiskinan.
Demikian juga bila sedekah dikeluarkan ketika dalam kondisi kekurangan, niscaya itu lebih utama, karena dalam kondisi seperti ini, ia lebih suka menyimpannya, ketika ia mencemaskan akan terjadi kelahiran dan kepapaan. Demikian pula mengeluarkan barang yang paling berharga dari hartanya dan apa yang ia cintai dari hartanya tersebut sebagaimana Allah berfirman : "Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai.
Dan apa saja yang kamu nafkahkan maka sesungguhnya Allah mengetahuinya." QS al-imran ayat 92 Setiap mereka itu adalah diantara orang-orang yang memberikan harta yang ia cintai. Kemudian Allah menjelaskan tentang orang-orang yang berhak menerima infaq, yaitu orang-orang yang paling utama untuk diberikan kebajikan dan bakti dari kerabat, yang menyentuh hatimu karena musibah mereka dan membahagiakanmu dengan kebahagiaan mereka, yaitu yang saling menolong dan saling bersekutu. Maka diantara kebajikan yang paling baik dan paling tepat adalah mengadakan kebajikan terhadap karib kerabat, baik dengan harta maupun perkataan menurut kedekatan dan kebutuhan mereka.
Dan di antara mereka adalah “anak-anak yatim” yang tidak memiliki orang yang mencarikan harta untuk mereka dan tidak memiliki kemampuan yang dapat dijadikan sandaran. Ini adalah diantara rahmat Allah Ta’ala terhadap hamba-hambaNya yang menunjukkan bahwasanya Allah sangat sayang kepada mereka daripada sayangnya seorang ayah kepada anaknya. Allah telah mewasiatkan kepada hamba-hambaNya, lalu mewajibkan mereka untuk berbuat kebajikan dengan hartanya kepada orang-orang yang kehilangan ayah mereka, agar anak-anak itu seperti anak-anak yang tidak kehilangan kedua orangtuanya, dan karena balasan itu sesuai dengan jenis perbuatannya, yakni barangsiapa yang menyayangi seorang anak yatim orang lain, niscaya anak yatimnya akan disayangi oleh orang lain. “Dan orang-orang miskin,” yaitu mereka yang dililit kebutuhan dan dihinakan oleh kemiskinan, maka mereka memiliki hak atas orang-orang kaya dalam mencukupi kebutuhan mereka atau meringankannya, sesuai dengan kemampuan dan kelapangan mereka. “Dan musafir (yang memerlukan pertolongan),” yaitu orang asing yang kehabisan bekal di luar negerinya sendiri.
Allah menganjurkan hamba hambaNya untuk memberikan kepadanya beberapa harta yang dapat membantunya dalam perjalanannya, karena perjalanan itu merupakan kondisi yang membutuhkan bantuan dan banyak pengeluaran. Oleh karena itu, wajib atau seorang yang telah diberikan nikmat oleh Allah pada negerinya dengan segala kemakmuran dan Allah karuniakan nikmatNya kepadanya agar dia juga bersikap Rahmat kepada saudaranya yang asing tersebut menurut kadar kemampuannya, walau hanya membekali sedikit atau memberikan sebuah alat perjalanan atau sebuah alat yang dapat menghindari dirinya dari kesewenang-wenangan, dan lain sebagainya. “Dan orang-orang yang meminta-minta,” yakni orang-orang yang meminta-minta karena suatu kebutuhan mendesak yang menyebabkan mereka melakukannya, seperti seorang yang diuji dengan denda suatu kejahatan atau beban pajak dari pemerintah, atau dia meminta-minta kepada manusia untuk memajukan kemaslahatan umum seperti masjid, sekolah, jembatan, dan semacamnya. Maka yang seperti ini memiliki hak walaupun ia adalah orang kaya. “Dan (memerdekakan) hamba sahaya,” termasuk di dalamnya adalah pembebasan budak dan membantunya serta mengusahakan harta untuk seorang budak yang membayar kebebasannya agar ia mampu menunaikan bayaran kepada tuannya, atau menebus tawanan muslimin dari kaum kafir atau kaum zalim. “Dan mendirikan salat dan menunaikan zakat,” telah sering diterangkan bahwa Allah Subhanahu Wa Ta’ala menyatukan antara shalat dan zakat, karena kedua hal itu adalah sebaik-baik ibadah dan pendekatan diri kepada Allah yang paling sempurna karena memuat ibadah hati, tubuh, dan harta.
Dan dengan keduanya iman seseorang ditakar dan keyakinan yang ada pada pelakunya dapat diukur. “Dan orang-orang yang menepati janjinya bila berjanji.” Janji adalah komitmen terhadap apa yang telah diwajibkan oleh Allah atau diwajibkan oleh hamba itu sendiri, maka termasuk dalam hal itu adalah seluruh hak-hak Allah, karena Allah telah mewajibkan semuanya atas hamba-hambaNya dan mereka berkomitmen terhadapnya, dimana mereka masuk dalam janji tersebut dan wajib atas mereka untuk menunaikannya, dan juga hak-hak hamba yang telah diwajibkan oleh Allah atas mereka dan hak-hak yang telah diwajibkan oleh seorang hamba sendiri, seperti sumpah dan nadzar atau semacamnya. “Dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan,” yakni, kemiskinan, karena orang yang miskin membutuhkan kesabaran dalam banyak aspek, dari apa yang didapatkannya berupa kepedihan hati dan tubuh, yang berkesinambungan yang tidak dirasakan oleh selainnya; apabila seorang kaya menikmati apa yang tidak mampu dinikmatinya, ia akan bersedih, dan apabila ia lapar atau keluarganya lapar, ia pun bersedia, apabila ia makan suatu makanan yang tidak sesuai dengan seleranya, ia bersedia, apabila ia tanpa busana atau hampir tanpa busana, ia bersedih, apabila ia melihat apa yang ada pada dirinya dan apa yang ia prediksikan pada masa mendatang yang harus dipersiapkan olehnya, ia akan bersedih, apabila ia merasa dingin yang tidak mampu kendalikan, ia bersedih. Seluruhnya hal tersebut dan yang semacamnya adalah musibah-musibah yang diperintahkan untuk bersabar atasnya, berangan akhirat, mengharap pahala dari Allah terhadapnya, “dan penderitaan,” yaitu suatu penyakit dalam berbagai macam seperti demam, luka, masuk angin, atau sakit pada suatu anggota tubuh hingga gigi, jari jemari, dan yang semacamnya, di mana dibutuhkan untuk bersabar atas semua itu, karena jiwa itu lemah dan tubuh merasakan sakit, dan hal itu adalah suatu yang paling sulit bagi jiwa. Terlebih ketika hal itu terjadi lebih lama, maka diperintahkan untuk bersabar atasnya dengan mengharap pahala dari Allah. “Dan dalam peperangan,” yakni saat berperang menghadapi musuh-musuh yang diperintahkan untuk diperangi, karena ketegaran itu sangatlah sulit sekali bagi jiwa, dan manusia akan mengalami kegoncangan dari pembunuhan, luka, atau tertawan, maka dibutuhkan kesabaran atas semua itu dengan maksud mengharapkan pahala dari Allah yang dariNyalah pertolongan dan bantuan yang telah dijanjikan didapatkan bagi orang-orang yang bersabar. “Mereka itulah,” yaitu orang-orang yang memiliki sifat sebagaimana yang telah disebutkan dari keyakinan-keyakinan yang baik, perbuatan yang merupakan pengaruh dari keimanan, bukti nyata dan cahayanya, dan akhlak yang merupakan keindahan dan hakikat kemanusiaan; mereka itulah “orang-orang yang benar” dalam keimanan mereka, karena perbuatan-perbuatan mereka membenarkan keimanan mereka, “dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa,” karena mereka meninggalkan hal-hal yang dilarang dan mengerjakan yang diperintahkan, karena perkara-perkara itu meliputi segala unsur kebaikan, baik secara prediksi maupun yang pasti.
Menunaikan janji termasuk menunaikan seluruh ajaran agama, dan karena ibadah-ibadah yang telah ditetapkan oleh Nash Nash dalam ayat ini merupakan ibadah yang paling besar, dan barangsiapa yang menunaikannya, niscaya ia akan lebih mampu menunaikan ibadah ibadah mereka, mereka itulah orang-orang yang baik, benar, dan bertaqwa. Sesungguhnya telah diketahui bahwa apa yang diberikan oleh Allah atas ketiga perkara tersebut dari paham duniawi maupun ukhrawi tidak mungkin dapat dirinci dalam pembahasan ini.
Sumber: https://tafsirweb.com/675-surat-al-baqarah-ayat-177.html
📚 Tafsir Al-Wajiz
177. Tidaklah kebaikan yang banyak itu ketika menghadap ke arah timur dan barat saja, melainkan mengimani 6 rukun iman dan mengerjakan pokok-pokok amal shalih. Yang dimaksud dengan kitab di sini adalah berbagai jenis kitab, yaitu kitab-kitab Allah, memberikan harta yang disenanginya kepada kerabatnya.
Sesungguhnya memberi harta kepada mereka ketika fakir itu merupakan sedekah dan penyambung hubungan, memberikan harta kepada anak-anak yatim yang fakir (yang kehilangan bapak mereka di masa kecil), orang-orang miskin yang tidak memiliki harta yang cukup untuk memenuhi kebutuhan mereka, musafir yang berhenti di tengah perjalanan dari negeri mereka, orang-orang yang meminta-minta: yaitu orang-orang yang meminta uang karena kebutuhan dan keterdesakan mereka, untuk membeli budak dan melepaskan tawanan, mendirikan shalat dengan rukun dan syaratnya, menunaikan zakat wajib untuk orang-orang yang berhak menerimanya disertai dengan sedekah sukarela, menepati janji-janji Allah dan manusia, memberikan penghormatan kepada orang-orang yang sabar atas penderitaan, kefakiran, sakit, dan kesulitan dengan kehilangan keluarga, harta dan anak. Mereka itu adalah orang-orang yang benar keimanannya dan bertakwa kepada Tuhan dengan mengerjakan perintah-perintahNya dan menjauhi larangan-laranganNya, serta menjauhi neraka. Abdur Razaq meriwayatkan dari Qatadah yang berkata: “Orang-orang Yahudi shalat menghadap ke arah barat dan orang Nasrani shalat menghadap ke arah timur.
Lalu turunlah ayat {Laisal birru}”
Sumber: https://tafsirweb.com/675-surat-al-baqarah-ayat-177.html
📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas)
Ayat ini mencakup kalimat-kalimat yang agung, prinsip-prinsip umum, dan akidah yang lurus. Adapun penjelasan ayat ini yaitu sesungguhnya Allah SWT memerintahkan orang-orang mukmin pertama-tama untuk menghadap ke Baitul Maqdis, lalu Dia mengubah arah mereka menuju Ka'bah. Allah menguji sebagian dari Ahli Kitab dan beberapa orang muslim dengan hal ini.
Lalu Allah SWT menurunkan penjelasan hikmahdari hal ini, yaitu bahwa tujuan sebenarnya adalah ketaatan kepada Allah SWT, melaksanakan perintah-perintahNya, menghadap ke mana saja yang Dia arahkan, dan mengikuti apa yang telah ditetapkan. Inilah yang disebut kebajikan, takwa, dan iman yang sempurna. Tidak ada kebajikan atau ketaatan dalam menghadap ke arah timur atau barat, kecuali jika itu berasal dari perintah Allah dan syariatNya.
Oleh karena itu, Allah berfirman: (Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian).
Sebagaimana DIa berfirman tentang hewan korban kurban: (Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya (Surah Al-Hajj: 37).
Al-Aufi meriwayatkan dari Ibnu Abbas tentang ayat ini bahwa kebajikan bukanlah dengan kalian shalat dan beramal. Ini terjadi ketika berpindah dari Makkah ke Madinah, dan turunlah hukum-hukum dan batas-batas. Allah memerintahkan untuk melaksanakan kewajiban-kewajiban dan mengamalkannya.
Telah diriwayatkan juga dari Adh-Dhahhak dan Muqatil pendapat yang serupa" Abu Al-‘Aliyah berkata, “Orang-orang Yahudi telah menghadap ke arah barat sebelumnya, sedangkan orang Nasrani menghadap ke arah timur sebelumnya. Lalu Allah SWT berfirman, (Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan) yang berarti: Ini adalah pernyataan tentang iman dan hakikat dari amal. Diriwayatkan dari Hasan dan Ar-Rabi’ bin Anas pendapat yang serupa.
Mujahid berkata, “Akan tetapi kebajikan adalah apa yang telah teguh dalam hati berupa ketaatan kepada Allah SWT” Ats-Tsawri berkata, (akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah) artinya ini adalah jenis kebajikan secara keseluruhan. Allah SWT membenarkan bahwa sesungguhnya, siapa saja yang dideskripsikan dengan ayat ini telah memasuki seluruh ajaran Islam dan telah mengambil segala bentuk kebajikan, yaitu iman kepada Allah, bahwa tidak ada Tuhan selain Dia, iman kepada keberadaan para malaikat yang berjalan di antara Allah dan RasulNya. (Kitab) ini adalah isim jenis yang mencakup semua kitab yang diturunkan dari langit kepada para nabi, hingga mencapai puncaknya dengan Al-Qur'an, yang mengandung semua yang terdapat dalam kitab-kitab sebelumnya, yang berisi semua kebaikan, dan mencakup semua kebahagiaan di dunia dan akhirat. Al-Qur'an menasakh semua kitab sebelumnya, dan mengimani semua nabi Allah, dari yang pertama hingga penutup mereka, nabi Muhammad SAW, semoga shalawat dan salam Allah atas mereka semua.
Firman Allah: (dan memberikan harta yang dicintainya) yaitu, dia mengeluarkan harta yang dia sukai dengan senang hati. Hal ini disampaikan oleh Ibnu Mas’ud, Sa’id bin Jubair, dan lainnya yaitu para ulama’ terdahulu dan yang akan datang. Sebaikaman yang ada dalam hadits shahih Bukhari Muslim dari Abu Hurairah yang marfu’: “kamu bersedekah pada saat kamu sehat, kikir, dan kamu berangan-angan akan kekayaan dan khawatir akan kemiskinan” Allah SWT berfirman, (Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan (8) Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih (9))[Surah Al-Insan] Allah SWT berfirman, (Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai)) [Surah Al-Imran: 92] dan (dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan) [Surah Al-Hashr: 9], ini adalah pola lain yang lebih tinggi dari ini, yaitu bahwa mereka mengutamakan apa yang mereka sangat butuhkan untuk diberikan, dan mereka memberi makan sesuatu yang mereka sukai.
FirmanNya, (kepada kerabatnya), yaitu kerabat, mereka lebih berhak untuk diberi sedekah daripada orang lain, sebagaimana yang ada dalam hadits, (Sedekah kepada orang miskin adalah satu sedekah, sedangkan pada kerabat ada dua pahala: pahala sedekah dan pahala silaturahim. Mereka lebih berhak mendapatkan kebaikan darimu, kasih sayangmu, dan pemberianmu.” Allah SWT telah memerintahkan kita untuk berbuat baik kepada mereka di berbagai bagian dalam kitabNya yang Mulia. (Anak yatim) adalah mereka yang tidak memiliki orang yang memberi nafkah untuk mereka, dan ayah mereka telah meninggal, mereka lemah dan masih kecil, belum mencapai usia baligh dan belum memiliki kemampuan untuk mencari nafkah. (Mereka yang meminta (bantuan)) yaitu orang-orang yang membutuhkan sehingga mereka diberi zakat dan sedekah. (dan hamba sahaya) adalah budah yang tidak mampu membayar sesuatu untuk memerdekakan diri mereka,.Pembahasan tentang mereka akan banyak dalam ayat tentang sedekah dalam surah Bara’ah (At-Taubah (Jika Allah menghendaki) Firman Allah SWT: (dan menunaikan zakat) yang dimaksud di sini adalah, mensucikan dan membersihkan diri dari sifat-sifat rendah dan buruk, seperti firmanNya: (sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu (9) dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya. (10)) (Surah Asy-Syams) dan perkataan nabi Musa kepada Fir'aun: (dan katakanlah (kepada Fir'aun): "Adakah keinginan bagimu untuk membersihkan diri (dari kesesatan)" (18) Dan kamu akan kupimpin ke jalan Tuhanmu agar supaya kamu takut kepada-Nya?" (19)) (Surah An-Naziat), dan dirman Allah SWT(Dan kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang mempersekutukanNya (6) (yaitu) orang-orang yang tidak menunaikan zakat) (Surah Fushilat).
Hal ini juga mengandung makna zakat mal, sebagaimana yang dikatakan oleh Sa'id bin Jubair dan Muqatil bin Hayyan, yaitu memberikan kepada kelompok yang telah disebutkan. Sesungguhny hal itu merujuk pada perbuatan sukarela, kebaikan, dan menyambung tali silaturahmi. Oleh karena itu, terdapat dalam hadits dari Fatimah binti Qais: “Sesungguhnya dalam harta terdapat hak selain zakat.” Hanya Allah yang lebih mengetahui.
Firman Allah SWT: (dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji) seperti firmanNya: ((yaitu) orang-orang yang memenuhi janji Allah dan tidak merusak perjanjian (30)) (Surah Ar-Ra'd).
Ini merupakan kebalikan dari kemunafikan, sebagaimana yang disebutkan dalam hadits, (Tanda-tanda orang munafik ada tiga: ketika berbicara dia berdusta, ketika berjanji dia mengingkari, dan ketika diberi amanah dia berkhianat.” dan dalam hadits lain, “ketika berbicara, dia berdusta, ketika berjanji dia mengingkari, dan ketika berdebat dia berlaku fasik“ Firman Allah SWT: (dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan) yaitu dalam keadaan faqir, yaitu kesusahan, dan dalam keadaan sakit, yaitu penderitaan. (dan dalam peperangan) yaitu dalam keadaan perang dan bertemu dengan musuh. Ini dijelaskan oleh Ibnu Mas'ud, Ibnu Abbas, Abu Al-‘Aliyah, Murrah Al-Hamdani, Mujahid, Sa'id bin Jubair, Al-Hasan, Qatadah, Ar-Rabi' bin Anas, As-Suddi, Muqatil bin Hayyan, Abu Malik, Adh-Dhahhak, dan lain-lain. Bentuk nashab dalam (Ash-Shabirin) [Surah Al-Baqarah: 153] untuk memberi pujian dan dorongan untuk bersabar dalam keadaan seperti ini, karena tingkat kesulitan dan kesukarannya.
Hanya Allah yang lebih mengetahui, Dia adalah Dzat yang dimintai pertolongan dan tempat untuk berserah diri. FirmanNya: (Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya)) yaitu, orang-orang yang memiliki digambarkan dengan sifat-sifat ini, adalah mereka yang benar dalam keimanannya, karena mereka telah mengukuhkan iman dalam hati, dengan perkataan dan perbuatan. Oleh karena itu, mereka itulah orang-orang yang benar (dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa) karena mereka menjaga diri dari hal-hal yang diharamkan dan melaksanakan ketaatan"
Sumber: https://tafsirweb.com/675-surat-al-baqarah-ayat-177.html
Informasi Tambahan
Juz
2
Halaman
27
Ruku
23