Kembali ke Surat Al-Hijr

الحجر (Al-Hijr)

Surat ke-15, Ayat ke-89

وَقُلْ اِنِّيْٓ اَنَا النَّذِيْرُ الْمُبِيْنُۚ

Dan katakanlah (Muhammad), “Sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan yang jelas.”

📚 Tafsir Al-Muyassar

88-90. Dan janganlah kamu pandang dengan dua matamu dan janganlah kamu berangan-angan mendapatkan kesenangan yang kami berikan kepada beberapa golongan dari orang-orang kafir berupa kesenangan-kesenangan dunia, dan janganlah kamu bersedih hati atas kekafiran mereka. Dan bertawadhulah kepada orang-orang mukmin yang beriman kepada Allah dan RasulNya.

Dan katakanlah sesungguhnya aku pemberi peringatan yang menjelaaskan wahyu yang dengannya manusia akan mendapatkan hidayah menuju keimanan keapaa Allah penguasa alam semesta, dan juga memperingatkan kalain dari siksaan yang bisa menimpa kalian, sebagaimana Allah telah menurunkannya pada orang-orang yang telah membagi-bagi al-qur’an denagn beriman kepada sebagiannya dan kafir kepada sebagian yang lain, dari kalanagn yahudi dan nasrani dan orang-orang kafir quraisy.

Sumber: https://tafsirweb.com/4239-surat-al-hijr-ayat-89.html

📚 Tafsir as-Sa'di

89. “dan katakanlah ‘sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan yang menjelaskan’” maksudnya laksanakan kewajibanmu berupa memberi peringatan, menjelaskan risalah, menyampaikan kepada orang terdekat dan jauh, musuh dan kawan baik. karena engkau jika mengajarkannya, maka tidak ada tunggangan sedikitpun tentang mereka atas dirimu, dan merekapun tidak memikul tanggung jawab sedikitpun terhadap perbuatanmu.

Sumber: https://tafsirweb.com/4239-surat-al-hijr-ayat-89.html

📚 Tafsir Al-Wajiz

89. Katakanlah: “Sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan dari azab Allah kepada mereka yang telah durhaka kepada Allah dan rasul-Nya. Aku juga penjelas atas azab itu”

Sumber: https://tafsirweb.com/4239-surat-al-hijr-ayat-89.html

📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas)

Ayat 89-93 Allah SWT memerintahkan kepada NabiNya SAW untuk mengatakan kepada manusia: (Sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan yang menjelaskan) yang jelas peringatannya. Pemberi peringatan kepada manusia tentang azab yang pedih agar tidak menimpa mereka karena mendustakannya, sebagaimana apa yang menimpa umat-umat terdahulu yang mendustakan para rasulnya, berupa azab dan pembalasan yang diturunkan Allah kepada mereka. Firman Allah: (yang membagi-bagi (Kitab Allah)) yaitu saling bersumpah untuk menentang, mendustakan, dan menyakiti para nabi.

Sebagaimana firmanNya tentang berita kaum nabi Shalih, yaitu: (Mereka berkata, "Bersumpahlah kalian dengan nama Allah, bahwa kita sungguh-sungguh akan menyerangnya dengan tiba-tiba beserta keluarganya di malam hari”) (Surah An-Naml: 49) yaitu kita membunuh mereka di malam hari.

Mujahid berkata bahwa kata “taqaasamu” bermakna saling bersumpah, (Mereka bersumpah dengan nama Allah dengan sumpahnya yang sungguh-sungguh.”Allah tidak akan membangkitkan orang yang mati") (Surah An-Nahl: 38) dan (Bukankah dahulu (di dunia) kamu telah bersumpah bahwa sekali-kali kamu tidak akan binasa?) (Surah Ibrahim: 44) seakan-akan mereka tidak mendustakan sesuatu dari dunia melainkan mereka bersumpah terhadapnya, sehingga mereka dinamakan orang-orang yang bersumpah.

Abdurrahman bin Zaid bin Aslam berkata, kata “al-muqtasimun” adalah kaum Nabi Shalih yang bersumpah dengan nama Allah bahwa mereka akan membunuhnya di malam hari secara tiba-tiba bersama keluarganya. Firman Allah: ((yaitu) orang-orang yang telah menjadikan Al-Qur'an itu terbagi-bagi (91)) yaitu mereka membagi-bagi kitab yang diturunkan kepada mereka. Lalu mereka percaya kepada sebagian dan ingkar kepada sebagian lainnya.

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas tentang firmanNya: (mereka menjadikan Al-Qur'an itu terbagi-bagi) dia berkata bahwa mereka adalah Ahli Kitab yang membagi-bagi kitab menjadi beberapa bagian, lalu mereka beriman kepada sebagian dan ingkar kepada sebagian lain. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas tentang firmanNya:. (Sebagaimana (Kami telah memberi peringatan), Kami telah menurunkan (azab) kepada orang-orang yang membagi-bagi (90)) dia berkata yaitu mereka beriman kepada sebagian dan ingkar kepada sebagian lain, yaitu orang-orang Yahudi dan Nasrani. Ikrimah berkata, “al-’adhu” adalah sihir, menurut dialek orang-orang Quraisy, mereka mengatakan kata itu untuk wanita penyihir, “Innahaa al-’aadhihah” (Sesungguhnya dia adalah wanita penyihir) Mujahid berkata, yaitu beberapa dari mereka berkata bahwa itu sihir.

Mereka juga berkata bahwa itu dukun. Mereka juga berkata bahwa itu dongengan orang-orang dahulu. ‘Atha’ berkata bahwa sebagian mereka berkata bahwa itu adalah penyihir, ada yang berkata orang gila, ada juga yang berkata bahwa itu dukun. Demikian itulah makna kata “Al-'idhin”.

Demikian juga diriwayatkan dari Adh-Dhahhak dan lainnya. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa Al-Walid bin Al-Mughirah menghimpun sejumlah orang dari kalangan Quraisy, dia adalah orang yang terhormat di antara mereka. Saat itu telah datang musim haji.

Lalu dia berkata kepada mereka,"Hai orang-orang Quraisy, sesungguhnya musim haji tahun ini telah tiba, dan sesungguhnya para delegasi dari kalangan orang-orang Arab akan datang kepada kalian, mereka telah mendengar tentang urusan teman kalian ini. Maka bersepakatlah dengannya dalam suatu pendapat, dan janganlah bertentangan, sehingga sebagian dari kalian mendustakan sebagian lainnya, dan pendapat sebagian dari kalian bertentangan dengan sebagian lainnya" Lalu mereka berkata,"Dan engkau, wahai Abdu Asy-Syams, katakanlah pendapatmu kepadan kami dan akan kami jadikan sebagai pegangan yang akan kami katakan nanti" lalu dia bertanya,"Tidak, tetapi kalianlah yang mengatakannya, aku akan mendengarkannya" Mereka berkata, "Dukun" dia berkata, "Dia bukanlah dukun" Mereka berkata,"Dia gila" dia berkata, "Dia tidak gila" Mereka berkata, "Seorang penyair" dia berkata, "Dia bukan penyair" Mereka berkata, "seorang penyihir" dia berkata, "Dia bukan penyihir." Mereka berkata,"Lalu apakah yang kami katakan?" dia berkata, "Demi Allah, sesungguhnya ucapannya benar-benar manis. Tidak sekali-kali kalian mengatakan sesuatu darinya melainkan pasti diketahui bahwa perkataan itu bathil.

Dan sesungguhnya pendapat yang paling dekat untuk kalian katakan bahwa dia adalah seorang penyihir" Lalu mereka berpecah belah dalam hal itu Lalu Allah SWT menurunkan firmanNya tentang mereka: ((yaitu) orang-orang yang telah menjadikan Al-Qur’an itu terbagi-bagi (91)) beberapa bagian (Maka demi Tuhanmu, Kami pasti akan menanyai mereka semua (92) tentang apa yang telah mereka kerjakan dahulu (93)) Mereka adalah orang-orang yang mengatakan hal itu kepada Rasulullah SAW Ali bin Abi Thalhah meriwayatkan dari Ibnu Abbas tentang firmanNya: (Maka demi Tuhanmu, Kami pasti akan menanyai mereka semua (92) tentang apa yang telah mereka kerjakan dahulu (93)) Kemudian Allah berfirman: (Pada waktu itu manusia dan jin tidak ditanya tentang dosanya (39)) (Surah Ar-Rahman) dia berkata bahwa Allah tidak menanyai mereka,” Apakah kalian mengerjakan ini?" sesungguhnya Dia lebih mengetahui hal itu daripada mereka.

Akan tetapi Dia bertanya kepada mereka,"Mengapa kalian mengerjakan hal ini?"

Sumber: https://tafsirweb.com/4239-surat-al-hijr-ayat-89.html

Informasi Tambahan

Juz

14

Halaman

266

Ruku

223

Apabila kamu membaca Al-Quran, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk

Surah An-Nahl: 98

Adab Membaca Al-Quran

1. Suci dari Hadats

Pastikan dalam keadaan suci dari hadats besar dan kecil sebelum memegang dan membaca Al-Quran. Berwudhu terlebih dahulu merupakan salah satu bentuk penghormatan kepada kitab suci Al-Quran.

2. Niat yang Ikhlas

Membaca Al-Quran dengan niat mencari ridha Allah SWT, bukan untuk pamer atau mencari pujian. Niat yang ikhlas akan membawa keberkahan dalam membaca Al-Quran.

3. Menghadap Kiblat

Diutamakan menghadap kiblat saat membaca Al-Quran sebagai bentuk penghormatan dan mengikuti sunnah Rasulullah SAW. Posisi duduk yang sopan dan tenang juga dianjurkan.

4. Membaca Ta'awudz

Memulai dengan membaca ta'awudz dan basmalah sebelum membaca Al-Quran. Ta'awudz merupakan permintaan perlindungan kepada Allah dari godaan syaitan yang terkutuk.

5. Khusyuk dan Tenang

Membaca dengan tenang dan penuh penghayatan, memahami makna ayat yang dibaca. Tidak tergesa-gesa dan memperhatikan tajwid dengan baik.

6. Menjaga Kebersihan

Membaca Al-Quran di tempat yang bersih dan suci, serta menjaga kebersihan diri dan pakaian. Hindari membaca Al-Quran di tempat yang tidak pantas.

7. Memperindah Suara

Membaca Al-Quran dengan suara yang indah dan tartil, sesuai dengan kemampuan. Tidak perlu memaksakan diri, yang terpenting adalah membaca dengan benar sesuai tajwid.

Masukan & Feedback:info@finlup.id
© 2025 quran.finlup.id - All rights reserved