Kembali ke Surat Al-Baqarah

البقرة (Al-Baqarah)

Surat ke-2, Ayat ke-189

۞ يَسـَٔلُوْنَكَ عَنِ الْاَهِلَّةِ ۗ قُلْ هِيَ مَوَاقِيْتُ لِلنَّاسِ وَالْحَجِّ ۗ وَلَيْسَ الْبِرُّ بِاَنْ تَأْتُوا الْبُيُوْتَ مِنْ ظُهُوْرِهَا وَلٰكِنَّ الْبِرَّ مَنِ اتَّقٰىۚ وَأْتُوا الْبُيُوْتَ مِنْ اَبْوَابِهَا ۖ وَاتَّقُوا اللّٰهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ

Mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang bulan sabit. Katakanlah, “Itu adalah (penunjuk) waktu bagi manusia dan (ibadah) haji.” Dan bukanlah suatu kebajikan memasuki rumah dari atasnya, tetapi kebajikan adalah (kebajikan) orang yang bertakwa. Masukilah rumah-rumah dari pintu-pintunya, dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung.

📚 Tafsir Al-Muyassar

Wahai nabi, sahabat-sahabatmu bertanya kepadamu tentang Hilal dan perubahan bentuknya. katakanlah kepada mereka," Allah menjadikan hilal sebagai tanda-tanda bagi manusia untuk mengetahui waktu-waktu ibadah mereka yang telah ditentukan, waktu puasa dan haji serta batas tempo transaksi-transaksi mereka. Bukan termasuk kebajikan, kebiasaan yang kalian lakukan di masa jahiliyah dan permulaan Islam dengan masuk rumah-rumah melalui bagian belakangnya jika kalian memulai ihram untuk Haji atau umrah, lantaran mengira bahwa perbuatan itu adalah bentuk pendekatan diri kepada Allah. Akan tetapi, kebajikan yang sebenarnya adalah perbuatan orang yang bertakwa kepada Allah dan menjauhi maksiat maksiat. dan masukilah rumah-rumah melalui pintu-pintunya ketika kalian berihram untuk Haji atau umrah, dan takutlah kepada Allah dalam seluruh urusan kalian, supaya kalian beruntung menggapai semua yang kalian sukai dari kebaikan di dunia dan akhirat."

Sumber: https://tafsirweb.com/702-surat-al-baqarah-ayat-189.html

📚 Tafsir as-Sa'di

189. Firman Allah, “Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit.” Kata Al-ahillah adalah bentuk jamak dari kata Hilaalun. Maksudnya, mereka bertanya tentang aqidah dan hikmah atau dzat bulan sabit tersebut. “Katakanlah bulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia,” maksudnya, Allah dengan kelembutan dan rahmatNya menjadikannya dengan pengaturan ini, sabit itu terlihat kecil pada awal bulan, lalu bertambah besar menjadi sempurna di pertengahannya, kemudian mulai berkurang dari kesempurnaannya, dan seperti itulah hingga manusia mengetahui tanda-tanda waktu ibadah-ibadah mereka, seperti puasa, waktu zakat, denda (kafarat) dan masa-masa haji.

Dan ketika haji itu jatuh pada bulan-bulan yang telah ditentukan, serta menghabiskan waktu yang sangat banyak, Allah berfirman, “Dan bagi ibadah haji.” Demikian pula, dengan hal tersebut diketahui lah tempo-tempo dari hutang-hutang yang ditangguhkan, masa penyewaan, masa bilangan, dan masa kehamilan, dan lain sebagainya dari hal-hal yang merupakan kebutuhan makhluk, lalu Allah menjadikannya sebagai hitungan yang diketahui oleh setiap orang, baik anak kecil maupun orang dewasa, orang pintar maupun orang bodoh.

Seandainya saja perhitungan itu dengan tahun matahari, maka hanya sedikit manusia yang mengetahuinya. “Dan Bukankah kebajikan itu memasuki rumah rumah dari belakangnya.” Ini sebagaimana kebiasaan kaum Anshar dan selain mereka dari orang-orang Arab apabila berihram, mereka tidak memasuki rumah dari pintu pintunya sebagai suatu tindakan ibadah dan sebagai dugaan bahwa hal itu adalah suatu kebajikan, lalu Allah mengabarkan bahwasanya hal itu bukanlah suatu kebajikan, karena Allah tidak mensyariatkannya, dan setiap orang yang beribadah dengan suatu ibadah yang tidak disyariatkan oleh Allah dan tidak pula oleh rasulNya, maka dia telah melakukan ibadah dengan sesuatu bid’ah, dan Allah memerintahkan mereka untuk memasuki rumah dari pintunya karena mengandung suatu kemudahan atas mereka, yang merupakan kaidah dasar dari kaidah-kaidah syariat. Dari isyarat ayat ini dapat diambil Faidah bahwa dalam setiap perkara, seyogyanya seorang manusia itu melakukannya dari jalan yang mudah dan dekat, yang cepat menyampaikannya kepada tujuan. Maka tujuan yang menyeru kepada kebaikan dan melarang dari yang munkar sepatunya memandang kondisi orang-orang yang diserunya (atau dilarangnya), dan memakai cara kelembutan dan taktik yang dengannya dapat menyampaikannya kepada yang dimaksudkan atau kepada sebagainya saja.

Seorang pelajar dan pengajar seyogyanya menempuh cara yang paling dekat dan mudah untuk memperoleh apa yang dimaksudkanya, demikianlah setiap orang yang berusaha mendapatkan sesuatu, dia akan memperoleh apa yang dimaksud dengan bantuan Dzat Yang Maha memiliki lagi yang disembah. “Dan bertakwalah kepada Allah.” Inilah kebajikan yang diperintahkan oleh Allah, yaitu konsisten dalam bertaqwa kepadaNya secara terus-menerus dengan merealisasikan perintah-perintahNya dan menjauhi larangan-laranganNya, karena sesungguhnya hal itu adalah sebab keberhasilan dan kemenangan dengan mendapatkan apa yang diinginkan serta keselamatan dari apa yang ditakuti. Maka barangsiapa yang tidak bertakwa kepada Allah, niscaya Dia tidak memiliki jalan menuju keberhasilan, dan barangsiapa yang bertaqwa kepadaNya, niscaya dia akan bahagia dengan kemenangan dan keberhasilan.

Sumber: https://tafsirweb.com/702-surat-al-baqarah-ayat-189.html

📚 Tafsir Al-Wajiz

189. Wahai nabi, mereka bertanya kepadamu tentang hilal di setiap bulannya yang bertambah dan berkurang. Maka katakanlah kepada mereka: “Itulah batas akhir bagi manusia terkait amalan agama dan dunia.

Dengan hilal itu, mereka membatasi waktu panen dan pekerjaan mereka, juga urusan agama mereka terkait waktu puasa, waktu membatalkan puasa, masa iddah wanita, dan ibadah haji. Dan bukanlah sesuatu yang baik jika mendatangi rumah-rumahnya lewat belakang dimana bangsa Arab di masa Jahiliyyah ketika usai berziarah, tidak masuk melalui pintu-pintu rumahnya, melainkan lewat belakang. Dan kebaikan itu adalah bertakwa kepada Allah dengan menunaikan perintah-perintahNya dan menjauhi hal-hal yang diharamkan olehNya.

Dan diperbolehkan bagi kalian untuk memasuki rumah melalui pintu-pintunya dimanapun letaknya, dan beribadahlah kepada Allah dengan sebenar-benar ibadah, supaya kalian mendapatkan ridhaNya”. Ayat {Yas’alunaka} turun untuk Muadz bin Jabal dan Tsal’abah bin Ghanam yang merupakan kaum Anshar yang bertanya tentang perubahan hilal yang terkadang kecil dan besar. Dan ayat {laisal birru} untuk laki-laki yang melanggar sesuatu yang dilakukan kaum Anshar pada zaman Jahiliyyah setelah berpergian yang memasuki rumah lewat belakang, lalu seakan dia dihina karena hal tersebut, lalu turunlah ayat ini

Sumber: https://tafsirweb.com/702-surat-al-baqarah-ayat-189.html

📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas)

Al-'Aufi meriwayatkan dari Ibnu Umar berkata: Rasulullah SAW bersabda, "Allah menjadikan bulan-bulan sebagai penanda waktu bagi manusia, maka berpuasalah dengan melihatnya, berbukalah dengan melihatnya dan Jika awan menyulitkan kalian, maka hitunglah menjadi tiga puluh hari." Firman Allah SWT, (Dan bukanlah kebajikan memasuki rumah-rumah dari belakangnya, akan tetapi kebajikan itu ialah kebajikan orang yang bertakwa. Dan masuklah ke rumah-rumah itu dari pintu-pintunya) Diriwayatkan dari Al-Bara', dia berkata: “Dahulu ketika mereka diharamkan pada masa jahiliyah, mereka memasuki Ka'bah melalui pintu belakang. Lalu Allah menurunkan ayat, (Dan bukanlah kebajikan memasuki rumah-rumah dari belakangnya, akan tetapi kebajikan itu ialah kebajikan orang yang bertakwa. Dan masuklah ke rumah-rumah itu dari pintu-pintunya). Diriwayatkan dari Jabir, bahwa suku Quraisy menyebut Ka'bah dengan sebutan "Al-Humus" Mereka dulu masuk ke dalam Ka'bah melalui pintu belakang saat berihram, sedangkan kaum Anshar dan bangsa Arab lainnya tidak melakukannya ketika berihram.

Lalu ketika Rasulullah SAW sedang berada di sebuah taman, beliau keluar dari pintu Ka'bah dan diikuti oleh Quthbah bin Amir dari kalangan Anshar. Para sahabat berkata, "Wahai Rasulullah, Qutbah bin Amir ini adalah seorang yang berdosa, dia keluar bersamamu melalui pintu itu" Rasulullah SAW bertanya kepadanya,"Apa yang mendorongmu untuk mengikuti perbuatanku?" Quthbah menjawab, "Saya melihat engkau melakukannya, jadi saya pun melakukan seperti yang engkau lakukan" Rasulullah bersabda,"Saya mempunuyai keinginan hal itu, dan sesungguhnya agamaku adalah agamamu” Lalu Allah menurunkan ayat, (Dan bukanlah kebajikan memasuki rumah-rumah dari belakangnya, akan tetapi kebajikan itu ialah kebajikan orang yang bertakwa. Dan masuklah ke rumah-rumah itu dari pintu-pintunya) Firman Allah, (dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung), yaitu: bertakwalah kepada Allah, maka laksanakanlah apa yang Dia perintahkan kepada kalian dan tinggalkanlah apa yang Dia larang kepada kelian. (agar kamu beruntung) Kelak ketika kalian berdiri di hadapanNya, Dia akan membalas perbuatan-perbuatan kalian dengan sepenuhnya

Sumber: https://tafsirweb.com/702-surat-al-baqarah-ayat-189.html

Informasi Tambahan

Juz

2

Halaman

29

Ruku

25

Apabila kamu membaca Al-Quran, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk

Surah An-Nahl: 98

Adab Membaca Al-Quran

1. Suci dari Hadats

Pastikan dalam keadaan suci dari hadats besar dan kecil sebelum memegang dan membaca Al-Quran. Berwudhu terlebih dahulu merupakan salah satu bentuk penghormatan kepada kitab suci Al-Quran.

2. Niat yang Ikhlas

Membaca Al-Quran dengan niat mencari ridha Allah SWT, bukan untuk pamer atau mencari pujian. Niat yang ikhlas akan membawa keberkahan dalam membaca Al-Quran.

3. Menghadap Kiblat

Diutamakan menghadap kiblat saat membaca Al-Quran sebagai bentuk penghormatan dan mengikuti sunnah Rasulullah SAW. Posisi duduk yang sopan dan tenang juga dianjurkan.

4. Membaca Ta'awudz

Memulai dengan membaca ta'awudz dan basmalah sebelum membaca Al-Quran. Ta'awudz merupakan permintaan perlindungan kepada Allah dari godaan syaitan yang terkutuk.

5. Khusyuk dan Tenang

Membaca dengan tenang dan penuh penghayatan, memahami makna ayat yang dibaca. Tidak tergesa-gesa dan memperhatikan tajwid dengan baik.

6. Menjaga Kebersihan

Membaca Al-Quran di tempat yang bersih dan suci, serta menjaga kebersihan diri dan pakaian. Hindari membaca Al-Quran di tempat yang tidak pantas.

7. Memperindah Suara

Membaca Al-Quran dengan suara yang indah dan tartil, sesuai dengan kemampuan. Tidak perlu memaksakan diri, yang terpenting adalah membaca dengan benar sesuai tajwid.

Masukan & Feedback:info@finlup.id
© 2025 quran.finlup.id - All rights reserved