Kembali ke Surat Al-Isra'

الاسراۤء (Al-Isra')

Surat ke-17, Ayat ke-1

سُبْحٰنَ الَّذِيْٓ اَسْرٰى بِعَبْدِهٖ لَيْلًا مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ اِلَى الْمَسْجِدِ الْاَقْصَا الَّذِيْ بٰرَكْنَا حَوْلَهٗ لِنُرِيَهٗ مِنْ اٰيٰتِنَاۗ اِنَّهٗ هُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ

Mahasuci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidilharam ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat.

📚 Tafsir Al-Muyassar

Allah memuliakan kedudukan diriNYa dan mengagungkan urusanNya karena kuasaNya untuk melakukan hal-hal yang tidak dapat diperbuat oleh siapapun selainNya; tiada tuhan yang berhak disembah selainNya, dan tidak ada tuhan (penguasa alam) selainNya. Dialah yang menjalankan hambaNYa, Muhammad di malam hari pada sebagian malamnya dengan jasad dan ruhnya dalam keadaan terjaga, bukan tidur, dari masjidil haram di makkah menuju masjidil aqsha di baitul maqdis yang Allah memberkahi sekelilingnya dari segi tanam-tanamannya, buah-buahannya dan lain sebagianya, dan Dia menjadikannya sebagai tempat hidup banyak nabi agar ia dapat menyaksikan keajaiban-keajaibab kuasa Allah dan petunjuk-petunjuk keesaanNYa. Sesungguhnya Allah , Dia mahamendengar semua ucapan para hambaNya lagi mahamelihat semua perbuatan mereka.

Maka DIa akan memberikah hak setiap orang di dunia dan di akhirat.

Sumber: https://tafsirweb.com/4605-surat-al-isra-ayat-1.html

📚 Tafsir as-Sa'di

1. Allah menyucikan dan mengagungkan diriNYa, karena Dia memiliki perbuatan-perbuatan dan aneka karunia yang agung. Termasuk dalam kategori itu adalah bahwa Dia “yang telah memperjalankan hambaNya,” yaitu RasulNya, Muhammad “dari Masjidil Haram,” masjid yang paling agung secara mutlak “ke Masjidil Aqsha,” sebuah masjid yang termasuk kategori masjid-masjid yang utama dan tempat (pusat) para nabi.

Beliau diperjalankan dalam satu malam melintasi jarak yang sangat jauh, dan kembali pada malam itu juga. Allah menunjukkan tanda-tanda kebesaranNya kepada beliau, yang menyebabkan beliau mendapatkan tambahan petunjuk, kekuatan bashirah, ketetapan hati serta pembeda (antara yang benar dan bathil). Peristiwa ini menunjukkan perhatian dan kelembutan Allah terhadap Nabi, lantaran Dia memberikan kemudahan dalam seluruh uruusan serta melimpahkan karunia-karuniaNya kepada beliau beliau hingga mengungguli orang-orang terdahulu dan generasi yang akan datang dengannya.

Zahirnya ayat menunjukkan bahwa, peristiwa Isra’ terjadi pada permulaan malam dan sejak dari tempat Masjidil Haram itu sendiri. Akan tetapi, telah disebutkan dalam kitab ash-Shahih bahwasanya Rasulullah memulai perjalanan Isra’ dari rumah Ummu Hani. Berdasarkan ini maka keutamaan Masjidil Haram berlaku untuk seluruh tanah Haram.

Di setiap tanah Haram, (pahala) beribadah akan berliparganda sebagaimana pelipatgandaan (pahala) ibadah di dalam Masjidil haram. (Selain itu), ayat ini menunjukkan bahwasanya peristiwa Isra’ (dan MI’raj) berlangsung dengan ruh dan jasad Nabi sekaligus. Karena jika tidak demikian, maka kejadian ini bukanlah termasuk tanda kebesaran yang besar dan keistimewaan yang agung. Begitu banyak hadits yang diriwayatkan dari Nabi berkaitan dengan peristiwa Isra’ (dan Mi’raj).

Nabi menerangkan secara rinci kejadian-kejadian yang telah beliau lihat, dan bahwasanya beliau diperjalankan di malam hari menuju Baitul Maqdis, kemudian dinaikkan dari sana menuju langit-langit hingga sampai pada permukaan atas langit yang tertinggi. Beliau telah menyaksikan surge dan neraka, (bertemu dengan) sejumlah Nabi sesuai dengan kedudukan mereka, lantas ditetapkan atas beliau kewajiban shalat lima puluh waktu (dalam sehari semalam). Atas arahan dari Nabi Musa al-Kalim, beliau berbolak-balik kepada RabbNya (untuk meminta keringanan) hingga menjadi lima kali waktu secara perbuatan, dan menjadi 50 dalam pahala dan balasannya.

Beliau dan umatnya telah meraih sumber-sumber kebanggaan di malam itu, yang tidak ada yang mengetahui kadarnya kecuali Allah. Allah menyebut Muhammad di sini dan di dalam kesempatan menurunkan al-Quran dan di tempat penentangan sifat ‘ubudiyah. Lantaran Rasulullah telah meraih kedudukan-kedudukan yang tinggi ini melalui penyempurnaan penghambaan beliau kepada Rabbnya.

Dan Firman Allah, “Yang telah Kami berkahi sekelilingnya,” dengan pepohonan yang banyak dan sungai-sungai dan kesuburan yang langgeng. Di antara keberkahan (Masjidil Aqsha) adalah pengutamaan Masjid ini dibandingkan masjid-masjid lainnya selain Masjidil Haram dan Masjid Nabawi, dan bahwasanya dituntut untuk memaksakan bepergian ke masjid-masjid ini semata-mata untuk beribadah dan shalat di dalamnya. Dan bahwa Allah telah mengkhususkan tempat ini bagi kebanyakan para nabi dan orang-orang pilihanNya.

Sumber: https://tafsirweb.com/4605-surat-al-isra-ayat-1.html

📚 Tafsir Al-Wajiz

Keutamaan: Imam Ahmad, Tirmidzi, An-Nasai dan lainnya meriwayatkan dari ‘Aisyah RA bahwa Nabi SAW setiap malam membaca surah Bani Israil dan Az-Zumar. Surah ini juga dinamakan surah Bani Israil dan termasuk surah-surah awal yang diturunkan di Mekah. 1.

Maha suci Allah dari apa yang tidak sesuai dengannyan berupa sifat-sifat lemah dan kurang, Dzat yang menjalankan hambaNya, Muhammad SAW secara jasad dan ruh pada sebagian malam sebelum satu tahun berhijrah, dari rumah Ummu Hani’ di seberang Masjidil Haram (Masijil Haram digunakan untuk menyebut Mekah atau tempat suci yang ada di Mekah) menuju masjid Baitul Maqdis yang Kami berkahi sekelilingnya dengan buah-buahan, perkebunan dan sungai-sungai, dan menjadikannya sebagai tempat turunnya malaikat dan tempat tinggalnya para nabi, supaya Kami bisa memperlihatkan dia sebagian dalil-dalil kekuasaan Kami yang menakjubkan dan betapa menakjubkannya para makhluk. Sesungguhnya Dia (Allah) itu Maha Mendengar ucapan-ucapan hamba-hambaNya dan Maha Melihat perbuatan-perbuatan mereka. Dan di sini Allah menggambarkan nabiNya sebagai orang yang menerima wahyu kehambaan untuk memberi penghormatan, kemuliaan dan isyarat kepadanya yang mana dia berkumpul bersama para nabi dan melakukan perjalanan langit.

Dan sungguh rasulallah SAW telah mengatakan kepada kaum Quraisy tentang peristiwa Isra’ Mi’raj tersebut dan mereka mendustakannya lalu Allah menurunkan ayat ini untuknya sebagai wujud pembenaran baginya.

Sumber: https://tafsirweb.com/4605-surat-al-isra-ayat-1.html

📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas)

Allah SWT memuji DzatNya, mengagungkan perkaraNya, karena kekuasaanNya melampaui segala sesuatu yang tidak mampu dilakukan siapapun selain Dia. Maka tidak ada Tuhan dan Rabb selain Dia (yang telah memperjalankan hamba-Nya) yaitu nabi Muhammad SAW (pada suatu malam) yaitu di dalam kegelapan malam (dari Masjidil Haram) yaitu masjid Makkah (ke Masjidil Aqsa) yaitu Baitul Maqdis yang terletak di Elia, tempat asal para nabi sejak Nabi Ibrahim, Oleh karena itu mereka dikumpulkan di sana, lalu Nabi SAW mengimami mereka di tempat mereka. Hal ini menunjukkan bahwa beliau adalah imam paling agung dan pemimpin yang didahulukan.

Semoga shalawat dan salam terlimpahkan kepada mereka semua. Firman Allah SWT: (yang telah Kami berkahi sekelilingnya) yaitu tanaman dan buah-buahan (agar Kami perlihatkan kepadanya) yaitu nabi Muhammad (sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami) yaitu, Kami perlihatkan kepada nabi Muhammad sebagian dari tanda-tanda kekuasaan Kami yang agung. Sebagaimana Allah SWT berfirman: (Sesungguhnya Dia telah melihat sebagian tanda-tanda (ke­kuasaan) Tuhannya yang paling besar (18)) (Surah An-Najm).

Firman Allah: (Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Menge­tahui) yaitu Maha Mendengar semua ucapan hamba-hambaNya, yang mukmin maupun yang kafir, yang membenarkan maupun yang mendustakan di antara mereka. Dia Maha Melihat semua perbuatan mereka, siapa yang berhak mereka terima di dunia dan akhirat.

Sumber: https://tafsirweb.com/4605-surat-al-isra-ayat-1.html

Informasi Tambahan

Juz

15

Halaman

282

Ruku

240

Apabila kamu membaca Al-Quran, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk

Surah An-Nahl: 98

Adab Membaca Al-Quran

1. Suci dari Hadats

Pastikan dalam keadaan suci dari hadats besar dan kecil sebelum memegang dan membaca Al-Quran. Berwudhu terlebih dahulu merupakan salah satu bentuk penghormatan kepada kitab suci Al-Quran.

2. Niat yang Ikhlas

Membaca Al-Quran dengan niat mencari ridha Allah SWT, bukan untuk pamer atau mencari pujian. Niat yang ikhlas akan membawa keberkahan dalam membaca Al-Quran.

3. Menghadap Kiblat

Diutamakan menghadap kiblat saat membaca Al-Quran sebagai bentuk penghormatan dan mengikuti sunnah Rasulullah SAW. Posisi duduk yang sopan dan tenang juga dianjurkan.

4. Membaca Ta'awudz

Memulai dengan membaca ta'awudz dan basmalah sebelum membaca Al-Quran. Ta'awudz merupakan permintaan perlindungan kepada Allah dari godaan syaitan yang terkutuk.

5. Khusyuk dan Tenang

Membaca dengan tenang dan penuh penghayatan, memahami makna ayat yang dibaca. Tidak tergesa-gesa dan memperhatikan tajwid dengan baik.

6. Menjaga Kebersihan

Membaca Al-Quran di tempat yang bersih dan suci, serta menjaga kebersihan diri dan pakaian. Hindari membaca Al-Quran di tempat yang tidak pantas.

7. Memperindah Suara

Membaca Al-Quran dengan suara yang indah dan tartil, sesuai dengan kemampuan. Tidak perlu memaksakan diri, yang terpenting adalah membaca dengan benar sesuai tajwid.

Masukan & Feedback:info@finlup.id
© 2025 quran.finlup.id - All rights reserved