Kembali ke Surat Al-Isra'

الاسراۤء (Al-Isra')

Surat ke-17, Ayat ke-67

وَاِذَا مَسَّكُمُ الضُّرُّ فِى الْبَحْرِ ضَلَّ مَنْ تَدْعُوْنَ اِلَّآ اِيَّاهُۚ فَلَمَّا نَجّٰىكُمْ اِلَى الْبَرِّ اَعْرَضْتُمْۗ وَكَانَ الْاِنْسَانُ كَفُوْرًا

Dan apabila kamu ditimpa bahaya di lautan, niscaya hilang semua yang (bi-asa) kamu seru, kecuali Dia. Tetapi ketika Dia menyelamatkan kamu ke daratan, kamu berpaling (dari-Nya). Dan manusia memang selalu ingkar (tidak bersyukur).

📚 Tafsir Al-Muyassar

Dan apabila kesulitan menimpa kalian di lautan hingga kalian hampir-hampir terancam tenggelam dan binasa, maka hilanglah dari benak-benak kalian tuhan-tuhan yang kalian sembah, dan kalian hanya mengingat Allah semata Dzat yang mahakuasa agar memberi pertolongan dan menyelamtakan kalian. Lalu kemudian kalian ikhlaskan kepadaNya dalam meminta petolongan, kemudia Dia membantu dan menyelamatkan kalian. Namun setelah Dia menyelamatkan kalian ke daratan, kalian berpaling dari beriman, ikhlas dan beramal shalih.

Ini termasuk bentuk kebodohan manusia dan kekafirannya. Dan manusia itu banyak mengingkari nikmat-nikmat Allah .

Sumber: https://tafsirweb.com/4671-surat-al-isra-ayat-67.html

📚 Tafsir as-Sa'di

67. Dan di antara rahmatNya yang menunjukkan bahwa Dia-lah satu-satunya Dzat yang layak disembah, bukan obyek yang lain, adalah tatkala mereka tertimpa bahaya di lautan, kemudian mereka takut akan binasa karena gulungan ombak, niscaya hilanglah dari benak mereka, segala sesuatu yang mereka sembah selain Allah di waktu lapang, baik sesembahan itu hidup atau mati. Seolah-olah mereka tidak pernah menyeru sesembahan itu sama sekali.

Hal ini disebabkan mereka mengetahui bahwasanya sesembahan itu tak berdaya untuk menghilangkan bahaya (yang sedang dihadapi). Mereka pun berteriak menyeru sang Pencipta langit dan bumi, Dzat yang dimintai perlindungan oleh semua makhluk dalam masalah-masalah mereka yang genting. Pada waktu seperti ini mereka mengikhlaskan doa dan ketundukan kepada Allah semata.

Akan tetapi, ketika Allah telah menghilangkan bahaya dan menyelamatkan mereka hingga sampai ke daratan, maka mereka lupa kepada Dzat tempat mereka berdoa sebelumnya. Mereka menyekutukan denganNya suatu obyek yang tidak mampu memberi dan tidak pula mampu mencegah pemberian. Mereka pun berpaling dari keikhlasan untuk Rabb dan Penguasa mereka.

Ini disebabkan kebodohan manusia dan kekufurannya. Karena sesungguhnya manusia itu sering mengkufuri nikmat-nikmat yang diberikan. Kecuali orang-orang yang diberi hidayah, maka Allah memberikan nikmat kepada mereka dengan akal yang sehat dan mengambil petunjuk menuju jalan yang lurus.

Ia mengetahui bahwasanya Dzat yang telah menghilangkan kesulitan-kesulitan dan menyelamatkannya dari kengerian-kengerian, Dia-lah yang berhak untuk ditunggalkan dan diikhlaskan kepadaNya seluruh amalan, baik dalam keadaan lapang atau sempit, susah ataupun senang. Adapun orang yang ditelantarkan tanpa bimbingan (dari Allah) dan diserahkan kepada penanganan akalnya yang lemah, maka tidak menghiraukan pada waktu kesulitan kecuali hanya kemaslahatan sesaat dan keselamatannya di waktu itu. Ketika dia telah mendapatkan keselamatan dan kesulitan telah menjauhinya, niscaya dia menduga dengan akalnya yang bodoh bahwa dia telah melemahkan Allah.

Di dalam hatinya tidak terbetik akibat jelek yang bersifat duniawi, apalagi perkara akhirat.

Sumber: https://tafsirweb.com/4671-surat-al-isra-ayat-67.html

📚 Tafsir Al-Wajiz

67. Atau jika kalian menghadapi penderitaan atau takut tenggelam di laut, maka hilang dan lenyaplah dari pikiran kalian benda/orang yang kalian sembah sebagai tuhan (selain Allah), sehingga kalian tidak menyeru kepadanya, melainkan hanya kepada Allah, karena kalian mengetahui bahwa ketika kalian berada dalam penderitaan itu, tidak ada yang menyingkapnya kecuali Allah. Berhala-berhala dan benda lainnya itu tidak berguna bagi kalian.

Dan ketika Dia (Allah) telah menyelamatkan kalian dari tenggelam dan kalian sampai di daratan, kalian tidak mau beriman dan mengesakan Allah, serta kembali menyeru (menyembah) terhadap berhala-berhala kalian. Dan manusia yang kafir itu tidak berterima kasih atas nikmat

Sumber: https://tafsirweb.com/4671-surat-al-isra-ayat-67.html

📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas)

Allah SWT memberitahukan bahwa sesungguhnya manusia itu ketika ditimpa bahaya, maka mereka berseru kepadaNya seraya bertaubat kepadaNya dan ikhlas dalam melakukan ketaatan kepadaNya. Oleh karena itu Allah berfirman: (Dan apabila kalian ditimpa bahaya di lautan, niscaya hilanglah siapa yang kalian seru, kecuali Dia) yaitu lenyap dari hati kalian segala sesuatu yang kalian sembah selain Allah SWT Firman Allah SWT: (maka tatkala Dia menyelamatkan kalian ke daratan, kalian berpaling) yaitu, kalian lupa kepada apa yang kalian akui berupa keesaanNya, lalu kalian berpaling dari berdoa hanya kepadaNya bahwa tidak ada sekutu bagiNya (Dan manusia itu adalah selalu tidak berterima kasih) yaitu tabiatnya adalah lupa dan meng­ingkari nikmat Allah, kecuali orang-orang yang dipelihara Allah.

Sumber: https://tafsirweb.com/4671-surat-al-isra-ayat-67.html

Informasi Tambahan

Juz

15

Halaman

289

Ruku

246

Apabila kamu membaca Al-Quran, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk

Surah An-Nahl: 98

Adab Membaca Al-Quran

1. Suci dari Hadats

Pastikan dalam keadaan suci dari hadats besar dan kecil sebelum memegang dan membaca Al-Quran. Berwudhu terlebih dahulu merupakan salah satu bentuk penghormatan kepada kitab suci Al-Quran.

2. Niat yang Ikhlas

Membaca Al-Quran dengan niat mencari ridha Allah SWT, bukan untuk pamer atau mencari pujian. Niat yang ikhlas akan membawa keberkahan dalam membaca Al-Quran.

3. Menghadap Kiblat

Diutamakan menghadap kiblat saat membaca Al-Quran sebagai bentuk penghormatan dan mengikuti sunnah Rasulullah SAW. Posisi duduk yang sopan dan tenang juga dianjurkan.

4. Membaca Ta'awudz

Memulai dengan membaca ta'awudz dan basmalah sebelum membaca Al-Quran. Ta'awudz merupakan permintaan perlindungan kepada Allah dari godaan syaitan yang terkutuk.

5. Khusyuk dan Tenang

Membaca dengan tenang dan penuh penghayatan, memahami makna ayat yang dibaca. Tidak tergesa-gesa dan memperhatikan tajwid dengan baik.

6. Menjaga Kebersihan

Membaca Al-Quran di tempat yang bersih dan suci, serta menjaga kebersihan diri dan pakaian. Hindari membaca Al-Quran di tempat yang tidak pantas.

7. Memperindah Suara

Membaca Al-Quran dengan suara yang indah dan tartil, sesuai dengan kemampuan. Tidak perlu memaksakan diri, yang terpenting adalah membaca dengan benar sesuai tajwid.

Masukan & Feedback:info@finlup.id
© 2025 quran.finlup.id - All rights reserved