البقرة (Al-Baqarah)
Surat ke-2, Ayat ke-204
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يُّعْجِبُكَ قَوْلُهٗ فِى الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا وَيُشْهِدُ اللّٰهَ عَلٰى مَا فِيْ قَلْبِهٖ ۙ وَهُوَ اَلَدُّ الْخِصَامِ
Dan di antara manusia ada yang pembicaraannya tentang kehidupan dunia mengagumkan engkau (Muhammad), dan dia bersaksi kepada Allah mengenai isi hatinya, padahal dia adalah penentang yang paling keras.
📚 Tafsir Al-Muyassar
Dan sebagian orang dari orang-orang munafik, membuatmu –wahai rosul- kagum dengan kata-katanya yang bergaya bahasa indah, kata-kata yang fasih yang diharapkan untuk mencari kesenangan duniawi, bukan bagian di akhirat. Kemudian mereka bersumpah dengan nama Allah demi mempersaksikan kecintaannya pada Islam dalam hatinya. Dalam ulah mereka ini terdapat puncak sikap lancang mereka terhadap Allah, Padahal dia adalah orang yang amat besar permusuhan dan perlawanannya terhadap Islam dan kaum muslimin.
Sumber: https://tafsirweb.com/821-surat-al-baqarah-ayat-204.html
📚 Tafsir as-Sa'di
204. Setelah Allah memerintahkan untuk memperbanyak dzikir kepadaNya, khususnya pada waktu-waktu utama yang merupakan kebaikan, kemaslahatan, dan kebajikan lalu Allah mengabarkan kondisi orang yang berbicara dengan lisannya, namun perbuatannya bertentangan dengan perkataannya tersebut. Perkataan itu bisa saja mengangkat seseorang dan bisa juga menjatuhkannya, maka Allah berfirman, “Dan diantara manusia ada orang yang ucapannya tentang kehidupan dunia menarik hatimu.” Maksudnya, apabila ia berkata, bicaranya indah sekali bagi pendengar, dan apabila ia berucap, anda akan mengira ia berbicara dengan perkataan yang berguna, lalu ia menegaskan bahwa apa yang ia bicarakan itu “dipersaksikannya kepada Allah (atas kebenaran) isi hatinya,” dengan memberi tahu bahwasanya Allah mengetahui apa yang ada dalam hatinya sesuai dengan apa yang ia bicarakan tersebut, padahal ia berdusta dalam hal itu, karena perkataannya bertentangan dengan perbuatannya, sekiranya dia benar, pastilah perkataan dan perbuatannya akan sesuai dengan kondisi seorang mukmin yang bukan munafik.
Oleh karena itu Allah berfirman, “Padahal dia adalah penantang yang paling keras,” maksudnya, apabila engkau berbantahan dengannya, engkau akan mendapatkan permusuhan sengit, keras, fanatik, dan segala macam hal yang disebabkan oleh hal itu yang merupakan akhlak akhlak yang buruk yang bukan seperti akhlak kaum mukminin, yaitu orang-orang yang menjadikan kemudahan adalah kendaraan mereka, ketundukan kepada kebenaran adalah tugas mereka, dan toleransi adalah karakter mereka.
Sumber: https://tafsirweb.com/821-surat-al-baqarah-ayat-204.html
📚 Tafsir Al-Wajiz
204. Beberapa manusia, yaitu orang-orang munafik itu ada yang ucapannya tentang dunia mengejutkanmu wahai Nabi, yaitu bahwa dia beriman kepada Allah dan rasulNya, serta bersumpah tentang kebenaran isi hatinya yang berupa kecintaan kepada rasul atau islam sedangkan dia itu penantang paling dahsyat di antara manusia. Ath-Thabary meriwayatkan dari As-Suddy bahwa ayat 204 sampai 206 diturunkan untuk Ahnas bin Syuraiq yang mendatangi rasulullah SAW dan menunjukkan keislamannya kemudian dia pergi dan bertemu dengan tanaman dan keledai milik orang-orang mukmin, lalu dia membakar tanaman dan membantai keledai itu.
Kemudian Allah menurunkan ayat ini
Sumber: https://tafsirweb.com/821-surat-al-baqarah-ayat-204.html
📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas)
Ayat 204-207 Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa ayat ini turun tentang kelompok orang munafik yang berbicara tentang Khubaib dan para sahabatnya yang tewas di Ar-Raji' dan mencela mereka. Lalu Allah menurunkan celaanNya terhadap orang-orang munafik dan pujianNya terhadap Khubaib dan para sahabatnya: (Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah) Dikatakan: bahkan hal itu mencakup semua orang munafik dan semua orang mukmin. Ini adalah pendapat Qatadah, Mujahid, Ar-Rabi' bin Anas, dan lainnya, dan ini adalah pendapat yang shahih.
Adapun firmanNya: (dipersaksikannya kepada Allah (atas kebenaran) isi hatinya) Ibnu Muhaishin membacanya “Wa yasyhadullahu” dengan di¬fathah huruf “ya’”nya dan dan didhammah kata Jalalahnya (Allah). ((atas kebenaran) isi hatinya) yaitu meskipun yang indah tampak bagi kalian, tetapi Allah mengetahui apa yang buruk di dalam hatinya; sebagaimana firmanNya (Apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata: "Kami mengakui, bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul Allah". Dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul-Nya; dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar orang pendusta (1)) (Surah Al-Munafiqun) Dalam bacaan mayoritas dengan didhammah huruf “ya’”nya dan dinashab kata jalalahnya (Wa yusyhidullaha ‘ala maa fi qalbihi) maknanya adalah bahwa dia menunjukkan kepada orang-orang Islam, tetapi Allah menampakkan apa yang ada dalam hatinya berupa kekufuran dan kemunafikan, sebagaimana firmanNya: (mereka bersembunyi dari manusia, tetapi mereka tidak bersembunyi dari Allah) (Surah An-Nisa: 108) Ini adalah makna yang diriwayatkan oleh Ibnu Ishaq dari Muhammad bin Abu Muhammad, dari ‘Ikrimah, atau Sa'id bin Jubair, dari Ibnu Abbas.
Dikatakan,”Maknanya adalah bahwa ketika Islam tampak jelas bagi orang-orang, dia bersumpah dan Allah bersaksi bahwa yang ada di dalam hatinya sesuai dengan lisannya. Ini adalah makna yang benar. Hal ini disebutkan oleh Abdurrahman bin Zaid bin Aslam, dan dipilih oleh Ibnu Jarir, dan dia mengaitkannya kepada Ibnu Abbas, dan diriwayatkan oleh Mujahid.
Hanya Allah lebih lebih mengetahui. Firman Allah: (padahal ia adalah penantang yang paling keras) "Al-Alad" dalam bahasa adalah menyimpang (dan agar kamu memberi peringatan dengannya kepada kaum yang membangkang) (Surah Maryam: 97) yaitu menyimpang.
Demikianlah orang munafik dalam keadaan pertentangannya, dia berbohong dan menyesatkan dari kebenaran, dan tidak berjalan dengan lurus bersamanya, bahkan dia mengada-ada dan berbuat durhaka, sebagaimana yang terdapat dalam hadits shahih dari Rasulullah SAW bahwa dia bersabda: "Tanda-tanda seorang munafik adalah tiga: ketika dia berbicara, dia berbohong, ketika dia berjanji, dia melanggar, dan ketika dia berselisih, dia durhaka". Diriwayatkan dari Aisyah, dia meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Orang yang paling dimurkai oleh Allah adalah orang-orang yang paling berlebihan dalam berdebat” FirmanNya: (Dan apabila ia berpaling (dari kamu), ia berjalan di bumi untuk mengadakan kerusakan padanya, dan merusak tanam-tanaman dan binatang ternak, dan Allah tidak menyukai kebinasaan (205)) yaitu merupakan ucapan orang paling menyimpang dan perbuatan paling buruk. Ucapannya seperti itu, lalu perbuatannya seperti ini.
Perkataannya dusta, keyakinannya merusak, dan perbuatannya adalah keburukan. Yang dimaksud dengan “As-Sa’yu” di sini adalah tujuan. Sebagaimana Allah SWT berfirman untuk memberitahukan tentang Fir'aun (Kemudian dia berpaling seraya berusaha menantang (Musa) (22) Maka dia mengumpulkan (pembesar-pembesarnya) lalu berseru memanggil kaumnya (23) (Seraya) berkata: "Akulah tuhanmu yang paling tinggi" (24) Maka Allah mengazabnya dengan azab di akhirat dan azab di dunia (25) Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat pelajaran bagi orang yang takut (kepada Tuhannya) (26)) (Surah An-Nazi’at) dan (Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum'at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah) (Surah Al-Jumu'ah: 9) yaitu berusahalah dengan niat sungguh-sungguh dengan itu untuk melaksanakan shalat jumat, karena sesungguhnya usaha (tergesa-gesa) secara fisik untuk menunaikan shalat adalah sesuatu yang dilarang dalam sunnah,"Jika kalian hendak shalat, maka janganlah kalian datang sambil berlari, namun datanglah dengan tenang dan damai".
Orang munafik ini hanya memiliki usaha kecuali untuk melakukan kerusakan di bumi dan menghancurkan (hasil pertanian) yaitu tempat bertumbuhnya tanaman dan buah-buahan dan (keturunan) yaitu hasil produk hewan, dimana manusia tidak bisa bertahan kecuali dengan dua hal itu. Mujahid berkata: Jika dia berusaha melakukan kerusakan di bumi, Allah akan menahan hujan, sehingga menghancurkan hasil pertanian dan keturunan. (dan Allah tidak menyukai kebinasaan) yaitu Allah tidak menyukai sifat buruk ini dan tidak menyukai orang yang mendasari perilakunya dengan sifat tersebut Firman Allah: (Dan apabila dikatakan kepadanya: "Bertakwalah kepada Allah", bangkitlah kesombongannya yang menyebabkannya berbuat dosa) yaitu ketika orang yang durhaka ini diberi nasihat mengenai perkataan dan perbuatannya, dan dikatakan kepadanya ,“Bertakwalah kepada Allah, perbaikilah ucapan da perbuatanmu, serta kembalilah ke jalan yang benar” maka dia menolak dan enggan melakukannya. Kemudian, kesombongannya dan kemarahan yang dia miliki akan menjadikannya terjerumus dalam dosa.
Yaitu karena dosa-dosa yang telah meliputi dirinya. Berikut adalah ayat yang serupa dengan ayat ini (Dan apabila dibacakan di hadapan mereka ayat-ayat Kami yang terang, niscaya kamu melihat tanda-tanda keingkaran pada muka orang-orang yang kafir itu. Hampir-hampir mereka menyerang orang-orang yang membacakan ayat-ayat Kami di hadapan mereka. Katakanlah: "Apakah akan aku kabarkan kepadamu yang lebih buruk daripada itu, yaitu neraka?" Allah telah mengancamkannya kepada orang-orang yang kafir. Dan neraka itu adalah seburuk-buruknya tempat kembali (72)) (Surah Al-Hajj) oleh karena itu Allah berfirman dalam ayat ini (Maka cukuplah (balasannya) neraka Jahannam.
Dan sungguh neraka Jahannam itu tempat tinggal yang seburuk-buruknya) itu adalah hukuman yang cukup karena melakukan semua itu. Firman Allah (Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah) Setelah Allah menjelaskan sifat-sifat buruk orang munafik, Dia menyebutkan sifat-sifat mulia orang mukmin. Allah berfirman: (Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah) Ibnu Abbas, Anas, Sa'id bin Al-Musayyib, Abu Utsman An-Nahdi, ‘Ikrimah, dan sejumlah ulama berpendapat bahwa ayat ini diturunkan mengenai Shuhaib bin Sinan Ar-Rumi.
Ketika dia memeluk Islam di Makkah dan ingin berhijrah. Orang-orang melarangnya untuk berhijrah dengan meninggalkan hartanya. Meskipun dia menyukai hartanya, dia akhirnya bersedia meninggalkan hartanya dan berhijrah.
Dia melepaskan hartanya itu dan memberinya kepada mereka. Lalu Allah menurunkan ayat ini mengenai dirinya. Kemudian Umar bin Khattab dan sejumlah sahabat lainnya mendekatinya dan berkata, "Kamu telah beruntung dalam melakukan perdagangan" Shuhaib menjawab, "Bagaimana dengan kalian?
Apakah kalian mengalami kerugian dalam perdagangan kalian? Lalu Umar memberitahunya bahwa Allah menurunkan ayat ini mengenai dirinya Mayoritas ulama berpendapat bahwa ayat ini berkaitan dengan setiap orang yang jihad di jalan Allah, sebagaimana Allah SWT berfirman (Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Quran. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah?
Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar (111)) (Surah At-Taubah) Ketika Hisyam bin Amir datang di antara dua barisan, beberapa orang menentangnya.
Kemudian, Umar bin Khattab, Abu Hurairah, dan yang lainnya mencegah mereka. Lalu membacakan ayat ini: (Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hambaNya. (207))
Sumber: https://tafsirweb.com/821-surat-al-baqarah-ayat-204.html
Informasi Tambahan
Juz
2
Halaman
32
Ruku
26