الكهف (Al-Kahf)
Surat ke-18, Ayat ke-6
فَلَعَلَّكَ بَاخِعٌ نَّفْسَكَ عَلٰٓى اٰثَارِهِمْ اِنْ لَّمْ يُؤْمِنُوْا بِهٰذَا الْحَدِيْثِ اَسَفًا
Maka barangkali engkau (Muhammad) akan mencelakakan dirimu karena bersedih hati setelah mereka berpaling, sekiranya mereka tidak beriman kepada keterangan ini (Al-Qur'an).
📚 Tafsir Al-Muyassar
Mungkin saja (engkau wahai rasul), akan membinasakan dirimu sendiri lantaran kedukaan dan kesedihan akibat penolakan kaummu dan mereka berpaling darimu, ketika mereka belum mau beriman kepada Al-qur’an ini dan mengamalkannya.
Sumber: https://tafsirweb.com/4832-surat-al-kahfi-ayat-6.html
📚 Tafsir as-Sa'di
6. Ketika Rasulullah mempunyai animo tinggi untuk memberikan hidayah kepada manusia, berupa sekuat tenaga untuk mencapainya, maka beliau bergembira dan bersuka cita dengan tercapanya kesadaran hidayah pada orang-orang, dan (sebaliknya) bersedih hati serta berduka cita terhadap orang-orang yang mendustakan lagi sesat karena rasa iba dan kasihan beliau kepada mereka, maka Allah membimbing beliau supaya tidak menyibukkan dirinya dengan rasa iba kepada orang-orang yang tidak beriman terhadap al-Quran ini. Sebagaimana Allah berfirman dalam (ayat) yang lain, "Boleh jadi kamu (Muhammad) akan membinasakan dirimu, karena mereka tidak beriman." (Asy-Syuara:3), dan Allah berfirman, "maka janganlah dirimu binasa karena kesedihan terhadap mereka.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat." (Fathir:8). Di sini Allah berfirman, “maka (apakah) barangkali kamu akan membunuh dirimu,” maksudnya membinasakan dirimu disebabkan kegalauan hati dan rasa prihatin kepada mereka.
Padahal pahalamu sudah pasti ditanggung oleh Allah, sedangkan merekka itu, seandainya Allah mengetahui ada kebaikan pada diri mereka, niscaya Allah akan memberi petunjuk. Akan tetapi, Allah mengetahui bahwa mereka tidak pantas kecuali untuk api neraka saja. Oleh karena itu, Allah menelantarkan mereka, tidak memberikan hidayah kepada mereka.
Maka, perhatianmu (yang menyita) dirimu lantaran kepedihan hati dan keprihatinan kepada mereka tidak ada gunanya bagimu. Dalam ayat ini dan ayat yang semisalnya terdapat pelajaran, bahwa orang yang diperintahkan menyeru manusia ke jalan Allah, wajib baginya menyampaikan dan berupaya menempuh cara yang dapat mengantarkan menuju jalan hidayah, menutup semua jalan kesesatan dan kebinasaan dengan kemampuan maksimalnya, dilandasi dengan bertawakal kepada Allah. Jika mereka mendapatkan petunjuk, maka alangkah indahnya kenikmatan hidayah itu.
Kalau tidak, maka tidak perlu bersedih dan berduka cita. Sebab, perasaan itu dapat melemahkan jiwa dan menghancurkan kekuatan. Tidak ada faidahnya.
Justru, (sebaiknya) tetap meneruskan pekerjaan yang dibebankan kepadanya dan berjalan kea rah sana. Adapun selain itu, maka di luar batas kemampuannya. Jika nabi Muhammad saja diberi Firman oleh Allah, "Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi," (Al-Qashash:56), dan Musa berkata, ""Ya Tuhanku, aku tidak menguasai kecuali diriku sendiri dan saudaraku.
Sebab itu pisahkanlah antara kami dengan orang-orang yang fasik itu" (Al-Maidah:25), maka orang-orang selain mereka termasuk yang lebih utama (untuk memahami hal itu). Allah berfirman, "Maka berilah peringatan, karena sesungguhnya kamu hanyalah orang yang memberi peringatan.
Kamu bukanlah orang yang berkuasa atas mereka,"(Al-Ghasyiah:21-22).
Sumber: https://tafsirweb.com/4832-surat-al-kahfi-ayat-6.html
📚 Tafsir Al-Wajiz
6. Maka apakah barangkali kamu akan membinasakan dirimu karena bersedih hati setelah mereka berpaling dari keimanan, sekiranya mereka tidak beriman kepada Al-Quran.
Maka jangan sedih atas sikap mereka sebab tugas utamamu adalah menyampaikan risalah Allah, dan kamu tidak dimintai pertanggungjawaban atas beriman atau tidaknya mereka
Sumber: https://tafsirweb.com/4832-surat-al-kahfi-ayat-6.html
📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas)
Ayat 6-8 Allah SWT berfirman seraya menghibur RasulNya SAW dalam kesedihan beliau dalam menghadapi orang-orang musyrik, karena mereka enggan beriman dan menjauhi dari beliau, sebagaimana Allah SWT berfirman: (maka janganlah dirimu binasa karena kesedihan terhadap mereka) (Surah Fathir: 8) dan (dan janganlah kamu bersedih hati terhadap (kekafiran) mereka) (Surah Al-Hijr: 88 serta (Boleh jadi kamu (Muhammad) akan membinasakan dirimu, karena mereka tidak beriman (3)) (Surah Asy-Syu'ara) membinasakan yaitu membinasakan dirimu sendiri dengan kesedihanmu atas mereka.
Oleh karena itu Allah berfirman: (Maka (apakah) barangkali kamu akan membunuh dirimu karena bersedih hati sesudah mereka berpaling, sekiranya mereka tidak beriman kepada keterangan ini) yaitu Al-Qur'an. (kecewa) yakni janganlah membinasakan dirimu sendiri karena kecewa.
Qatadah berkata bahwa yang dimaksud adalah membunuh dirimu sendiri karena marah dan bersedih hati terhadap mereka. Mujahid berkata bahwa maknanya adalah kecewa. yaitu "Janganlah kamu kecewa terhadap mereka, melainkan sampaikanlah risalah Allah. Barangsiapa yang menjadikannya petunjuk, maka hal itu untuk dirinya sendiri.
Dan barangsiapa yang sesat, maka janganlah dirimu binasa karena kesedihan terhadap mereka" Kemudian Allah SWT memberitahukan bahwa Dia telah menjadikan dunia ini sebagai rumah yang fana yang dihiasi dengan perhiasan yang fana. Sesungguhnya Dia menjadikannya sebagai tempat ujian, bukan tempat untuk menetap. Maka Allah berfirman: (Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan untuknya, agar Kami menguji mereka, siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya (7)) Kemudian Allah SWT memberitahukan bahwa dunia itu pasti lenyap, fana, habis, lenyap dan hancur.
Maka Allah berfirman: (Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menjadikan (pula) apa yang di atasnya menjadi tanah rata lagi tandus (8)) yaitu sesungguhnya sesudah menghiasinya Kami benar-benar akan menjadikan dunia rusak dan hancur, dan Kami akan menjadikan segala sesuatu yang ada di atasnya binasa, rata dan tandus yang tidak dapat menumbuhkan tanaman apapun dan tidak bermanfaat.
Mujahid berkata terkait firmanNya: (tanah rata lagi tandus) yaitu tandus Qatadah berkata bahwa ”ash-sha’id” adalah tanah yang tidak ada pohon dan tanaman di atasnya. Ibnu Zaid berkata bahwa ”ash-sha’id” adalah tanah yang tidak ada apapun sama sekali di atasnya. Tidakkah kamu memperhatikan firman Allah SWT: (Dan apakah mereka tidak memperhatikan bahwa Kami menghalau (awan yang mengandung) air ke bumi yang tandus.
Lalu Kami tumbuhkan dengan air hujan itu tanam-tanaman yang darinya (dapat) makan binatang-binatang ternak mereka dan mereka sendiri. Maka apakah mereka tidak memperhatikan? (27)) (Surah As-Sajdah) Muhammad bin Ishaq berkata tentang firman Allah: (Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menjadikan (pula) apa yang di atasnya menjadi tanah rata lagi tandus (8)) yaitu bumi dan apa yang ada di atasnya pasti akan lenyap dan binasa.
Dan sesungguhnya temoat kembali adalah kepada Allah. Maka janganlah membuatmu bersedih apa yang kamu dengar dan kamu lihat
Sumber: https://tafsirweb.com/4832-surat-al-kahfi-ayat-6.html
Informasi Tambahan
Juz
15
Halaman
294
Ruku
252