البقرة (Al-Baqarah)
Surat ke-2, Ayat ke-210
هَلْ يَنْظُرُوْنَ اِلَّآ اَنْ يَّأْتِيَهُمُ اللّٰهُ فِيْ ظُلَلٍ مِّنَ الْغَمَامِ وَالْمَلٰۤىِٕكَةُ وَقُضِيَ الْاَمْرُ ۗ وَاِلَى اللّٰهِ تُرْجَعُ الْاُمُوْرُ ࣖ
Tidak ada yang mereka tunggu-tunggu kecuali datangnya (azab) Allah bersama malaikat dalam naungan awan, sedangkan perkara (mereka) telah diputuskan. Dan kepada Allah-lah segala perkara dikembalikan.
📚 Tafsir Al-Muyassar
Tidaklah menunggu para penentang yang mendustakan lagi kafir itu setelah tegaknya dalil-dalil yang nyata, kecuali Allah datang kepada mereka dengan kedatangan yang sesuai dengan keagungan Nya dalam naungan awan pada hari kiamat, untuk memutus ketetapan antara mereka dengan keputusan yang adil, dan juga datangnya para malaikat. saat itulah Allah memutuskan putusan terhadap perkara di antara mereka. dan kepada Nya lah semua urusan makhluk kembali.
Sumber: https://tafsirweb.com/833-surat-al-baqarah-ayat-210.html
📚 Tafsir as-Sa'di
210. Dalam ayat ini terdapat ancaman yang keras dan peringatan yang membuat hati gentar. Allah berfirman, tiada yang dinanti-nantikan oleh orang-orang yang berbuat kerusakan di muka bumi, dan orang-orang yang mengikuti langkah-langkah setan kecuali orang-orang yang mencampakkan perintah-perintah Allah, kecuali Hari pembalasan segala perbuatan, dimana pada hari itu disisipkan segala hal yang menakutkan, menegangkan, mengerikan,, dan mengguncangkan hati orang-orang zalim, balasan kejelekan atas orang-orang yang merusak.
Hal itu karena akan melipat langit dan bumi, bintang-bintang jatuh berserakan, matahari dan bulan tergulung. Para malaikat yang melihat turun dan melingkupi seluruh makhluk, dan pencipta yang mulia lagi Maha Tinggi turun “dalam naungan awan” untuk melerai di antara hamba-hambaNya dengan keputusan yang adil. Lalu diletakkanlah timbangan, di bukalah buku buku catatan, lalu memutih wajah-wajah penghuni surga, dan menghitam wajah-wajah penghuni neraka, dan terjadilah perbedaan yang sangat jelas antara orang-orang yang baik dari orang-orang yang jelek.
Setiap orang akan dibalas sesuai dengan perbuatannya, orang dholim akan menggigit jarinya apabila ia mengetahui kondisinya saat itu. Ayat ini dan ayat-ayat yang semisalnya adalah dalil bagaimana ahlussunnah Waljamaah yang menetapkan adanya sifat-sifat ikhtiyariyah (yang tergantung kepada kehendak Allah) seperti Al istiwa (bersemayam), an nuzul (turun), al-maji’ (datang) dan yang semacamnya dari sifat-sifat yang telah Allah kabarkan tentang diriNya atau telah dikabarkan oleh rasulNya tentangNya. Mereka menetapkan semua itu sesuai dengan yang patut bagi keagungan Allah dan kebesaranNya tanpa ada penyerupaan dan tidak pula penyimpangan, berbeda dengan kelompok Mu’aththilah dengan berbagai macam cabangnya seperti jahmiyah, Al mu’tazilah, Al asy’ariyah, dan semisalnya mereka dari kalangan orang-orang yang diadakan sifat-sifat tersebut, dan mentakwilkan ayat-ayat tersebut demi tujuan peniadaan dengan takwil takwil yang tidak ada keterangannya dari Allah, bahkan hakikat takwil itu hanyalah demi mencela penjelasan Allah dan penjelasan rasulNya, dan menganggap bahwa perkataan mereka itu membawa kepada Hidayah dalam masalah ini, akan tetapi mereka itu tidaklah memiliki dalil naqli sedikitpun bahkan tidak pula dalil aqli.
Mengenai dalil naqli, mereka telah mengakui bahwa nash-nash yang ada dalam Alquran dan as-sunnah, baik konteks lahirnya atau bahkan kandungan tegasnya, menunjukkan kebenaran apa yang diyakini oleh mazhab ahlussunnah Waljamaah, dan bahwasanya nash-nash itu demi mewujudkan pada mazhab mereka yang batil yang harus dipalingkan dari makna lahirnya, baik ditambah padanya atau dikurangi, hal ini sebagaimana yang anda lihat, tidaklah diridhoi oleh seseorang yang masih memiliki Iman seberat biji sawi sekalipun. Dan mengenai dalil akal, maka tidak ada sesuatupun dalam logika yang menunjukkan peniadaan sifat-sifat tersebut, bahkan akan menunjukkan bahwa pelaku perbuatan adalah lebih sempurna daripada yang tidak mampu melakukan, dan bahwa perbuatan Allah yang berkaitan dengan diriNya dan yang berkaitan dengan penciptaanNya adalah sebuah kesempurnaan, maka apabila mereka mengira bahwa menetapkan sifat-sifat itu akan menjurus kepada penyerupaan kepada makhluk makhlukNya, maka harus dikatakan kepada mereka bahwa perkataan tentang sifat mengikuti perkataan tentang dzat, sebagaimana Allah memiliki dzat yang tidak serupa dengan segala macam dzat-dzat yang lain, maka Allah juga memiliki sifat yang tidak serupa dengan sifat-sifat yang lain. Oleh karena itu sifatNya mengikuti dzatNya dan sifat-sifat makhluk Nya mengikuti dzat-dzat mereka, sehingga tidaklah ada dalam penetapan sifat-sifat itu suatu tindakan penyerupaan denganNya.
Hal ini juga dikatakan kepada mereka yang menetapkan hanya sebagian sifat saja dan meniadakan sebagian lainnya, atau mereka yang menetapkan nama-namaNya tanpa sifat-sifatNya; karena pilihannya adalah antara menetapkan semua yang telah Allah tetapkan untuk diriNya, dan ditetapkan oleh rasulNya, atau meniadakan keseluruhannya yang merupakan pengingkaran terhadap robb alam semesta. Adapun penetapan mu terhadap sebagiannya dan penilaianmu terhadap sebagian lain adalah tindakan yang saling bertolak belakang. Coba bedakan antara apa yang kau tetapkan dan apa yang kau tiadakan, niscaya engkau tidak akan mendapatkan perbedaan dalam hal itu, lalu apabila engkau berkata, “apa yang telah saya tetapkan itu tidaklah menyebabkan penyerupaan,” ahlussunnah berkata kepadamu bahwa penetapan terhadap apa yang engkau tiada kan itu tidak menyebabkan penyerupaan, dan bila engkau berkata, “Saya tidak paham dari orang yang saya tiadakan itu kecuali hanyalah penyerupaan,” orang-orang yang meniadakan berkata kepadamu, “dan kami pun tidak paham dari apa yang kau tetapkan itu kecuali hanyalah penyerupaan,” maka apa yang kau jawab untuk orang-orang tersebut adalah apa yang menjadikan jawaban ahlussunnah untuk terhadap apa yang kau tiadakan.
Kesimpulannya, bahwa barangsiapa yang meniadakan sesuatu dan menetapkan sesuatu dari apa yang telah ditunjukkan oleh Alquran dan as-sunnah atas penetapannya, maka tindakan itu saling bertolak belakang, yang tidak ada dalil syar’i dan tidak pula akal yang menetapkannya, bahkan menyimpang dari hal yang masuk logika maupun hal yang diriwayatkan.
Sumber: https://tafsirweb.com/833-surat-al-baqarah-ayat-210.html
📚 Tafsir Al-Wajiz
210. Tidak ada yang ditunggu orang-orang yang tidak mau masuk Islam itu kecuali Allah mendatangkan mereka untuk dihisab dan diazab, dan kedatangan para malaikat untuk menunaikan perintah Allah dalam naungan awan putih yang tipis dan digunakan untuk membinasakan mereka. Dan hanya kepada Allahlah tempat kembalinya seluruh perkara di dunia dan akhirat.
Sumber: https://tafsirweb.com/833-surat-al-baqarah-ayat-210.html
📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas)
Allah berfirman sembari memberi ancaman kepada orang-orang yang mengingkari nabi Muhammad SAW (Tiada yang mereka nanti-nantikan melainkan datangnya Allah dan malaikat (pada hari kiamat) dalam naungan awan) yaitu pada hari kiamat untuk memutuskan hukum antara orang-orang terdahulu dan orang-orang belakangan.
Setiap orang yang melakukan perbuatan akan diberi balasan sesuai dengan amalnya, jika baik maka dibalas dengan kebaikan, jika buruk maka dibalas dengan keburukan. Oleh karena itu Allah berfirman: (Jangan (berbuat demikian).
Apabila bumi digoncangkan berturut-turut (21) dan datanglah Tuhanmu; sedang malaikat berbaris-baris (22) Dan pada hari itu diperlihatkan neraka Jahannam; dan pada hari itu ingatlah manusia, akan tetapi tidak berguna lagi mengingat itu baginya (23)) (Surah Al-Fajr) dan (Yang mereka nanti-nanti tidak lain hanyalah kedatangan malaikat kepada mereka atau kedatangan (siksa) Tuhanmu atau kedatangan beberapa ayat Tuhanmu) (Surah Al-An’am: 158) Diriwayatkan dari Ibnu Mas'ud, dari Nabi SAW, beliau bersabda:"Allah akan mengumpulkan orang-orang terdahulu dan orang-orang belakangan pada waktu yang telah ditentukan, berdiri satu persatu dengan mata terpaku ke arah langit, menantikan keputusan.
Allah akan turun dalam bayangan awan dari 'Arasy ke Kursi" Diriwayatkan dari Abdullah bin 'Amr bahwa makna ayat (Tiada yang mereka nanti-nantikan melainkan datangnya Allah dan malaikat (pada hari kiamat) dalam naungan awan...) dia berkata: "Allah turun pada saat Dia turun, dan ada tujuh puluh ribu hijab antara Dia dan makhlukNya. Di antara hijab tersebut terdapat cahaya, kegelapan, dan air. Suara air terdengar di dalam kegelapan itu, suara yang mendebarkan hati" Mujahid berkata terkait ayat (dalam naungan awan) mengatakan bahwa Ini bukan awan, dan hal ini tidak pernah terjadi kecuali kepada Bani Israil dalam kebingungan mereka ketika mereka tersesat.
Sumber: https://tafsirweb.com/833-surat-al-baqarah-ayat-210.html
Informasi Tambahan
Juz
2
Halaman
32
Ruku
26