Kembali ke Surat Maryam

مريم (Maryam)

Surat ke-19, Ayat ke-3

اِذْ نَادٰى رَبَّهٗ نِدَاۤءً خَفِيًّا

(yaitu) ketika dia berdoa kepada Tuhannya dengan suara yang lembut.

📚 Tafsir Al-Muyassar

Yaitu, ketika dia berdoa memohon kepada tuhannya dengan suara lirih, agar menjadi lebih sempurna keikhlasannya kepada Allah dan lebih mendatangkan harapan besar di kabulkannya doa tersebut.

Sumber: https://tafsirweb.com/5049-surat-maryam-ayat-3.html

📚 Tafsir as-Sa'di

3-4. Ketika Nabi Zakaria menyadari kelemahan pada dirinya dan khawatir akan meninggal, sementara belum ada orang yang menempati tugasnya untuk mendakwahi umat manusia kepada Rabb mereka dan menasehati mereka, maka beliau mengadukan kelemahan batin dan fisiknya itu kepada Rabbnya . Beliau berdoa kepada Allah dengan suara lembut, supaya doanya lebih sempurna, lebih utama dan lebih paripurna keikhlasannya.

Beliau mengatakan, “Wahai Rabbku, sesungguhnya tulangku telah lemah,” maksudnya, sudah lemah dan lunglai. Jika tulang yang merupakan penyangga badan sudah lemah, maka anggota badan yang lain pasti ikut melemah. “Kepalaku telah ditumbuhi uban,” karena (tumbuhnya) uban merupakan pertanda kelemahan dan masa tua, utusan dan duta kematian serta peringatan akan dekatnya kematian. Maka Zakarian menjadikan kelemahan dan ketidakberdayaannya sebagai wasilah (perantara) dalam berdoa kepada Allah.

Ini merupakan salah satu bentuk wasilah yang dicintai oleh Allah, karena menunjukkan berlepas diri dari daya dan kekuatan (pribadi) dan ketergantungan hati hanya kepada daya dan kekuatan Allah. “Dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepadaMu, wahai Rabbku.” Wahai Rabbku, Engkau tidak pernah menolak permintaanku dengan hampa dan menjadi terhalang-halangi dari pengabulan. Bahkan Engkau selalu menyambutku dan mengabulkan permohonanku. Dan kelembutanMu selalu silih berganti datang kepadaku, (begitu juga) kebaikanMu selalu sampai kepadaku.

Ini merupakan satu bentuk tawasul kepada Allah dengan (penyebutan) nikmat yang Allah anugerahkan kepadanya dan pengabulan doa-doanya yang terdahulu. Jadi, Nabi Zakaria berdoa kepada Allah yang telah memberinya kebaikan pada masa yang lalu agar menyempurnakan curahan kebaikanNya pada masa akan datang.

Sumber: https://tafsirweb.com/5049-surat-maryam-ayat-3.html

📚 Tafsir Al-Wajiz

3. Yaitu tatkala ia berdoa kepada Tuhannya di tengah malam dengan suara yang lembut. Sebab doa seperti itu adalah doa yang cepat diijabah, dan jauh dari perbuatan riya’.

Sumber: https://tafsirweb.com/5049-surat-maryam-ayat-3.html

📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas)

Ayat 1-6 Adapun pembahasan tentang huruf hijaiyah telah dijelaskan di permulaan surah Al-Baqarah. Firman Allah: ((Yang dibacakan ini adalah) penjelasan tentang rahmat Tuhan kamu) yaitu, hal ini menyebutkan rahmat Allah kepada hambaNya, yaitu nabi Zakaria. Yahya bin Ya'mur membaca (dzakkara rahmata rabbika ‘abdahu zakariyya) “(Yang dibacakan ini adalah) penjelasan tentang rahmat Tuhan kamu kepada hambaNya Zakaria” kata “Zakaria” dibaca panjang dan pendek; dua bacaan ini terkenal.

Zakaria adalah seorang nabi yang agung dari kalangan nabi-nabi Bani Israil. Disebutkan dalam hadits shahih Bukhari bahwa nabi Zakaria adalah seorang tukang kayu yang makan dari hasil kerja tangannya yang menjadi tukang kayu. Firman Allah: (yaitu tatkala ia berdoa kepada Tuhannya dengan suara yang lembut (3)) Sebagian mufasir mengatakan bahwa sesungguhnya nabi Zakaria melirihkan suara dalam doanya agar dalam permohonannya akan anak tidak dituduh sebagai orang yang lemah karena usia tua, Pendapat ini dikatakan oleh Al-Mawardi.

Ulama lainnya berkata, sesungguhnya nabi Zakaria melirihkan suaranya karena hal itu lebih disukai Allah sebagaimana yang dikatakan Qatadah tentang ayat ini: (Yaitu tatkala ia berdoa kepada Tuhannya dengan suara yang lembut (3)) Sesungguhnya Allah mengetahui hati orang yang bertakwa, dan mendengar suara yang lirih. (Zakaria berkata, "Ya Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah lemah”) yaitu lemah dan tidak mempunyai kekuatan (dan kepalaku telah ditumbuhi uban) yaitu, warna putih ubannya menutupi sisa rambutnya yang masih hitam. Sebagaimana yang dikatakan Ibnu Duraid dalam syair gubahan­nya: “Tidakkah engkau melihat rambut kepalaku yang kini warnanya seakan-akan seperti fajar subuh yang di sisa-sisa kegelapan malam. “Warna putih ubannya menyala menutupi warna hitamnya, seperti warna api yang menyala dalam bara api” Makna yang dimaksud dari sini adalah pemberitahuan tentang kelemahan, ketuaan dan tanda-tandanya, baik yang tampak maupun tersembunyi. Firman Allah: (dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada Engkau, ya Tuhanku) yaitu aku belum pernah berdoa kepadaMu, melainkan Engkau memperkenankannya, dan Engkau tidak pernah menolak apa yang kumohonkan kepadaMu.

Firman Allah: (Dan sesungguhnya aku khawatir terhadap mawaliku sepeninggalku) Mayoritas ulama membacanya dengan dinashab huruf ya’nya menjadi “mawaliya” karena sebagai maf'ul. Diriwayatkan dari Kisai, dia mensukun huruf yanya sebagaimana yang dikatakan oleh penyair “Seakan-akan tangan-tangan mereka di tanah yang datar, dan tangan-tangan tetangga saling mengambil perak” Mujahid, Qatadah, dan As-Suddi berkata bahwa yang dimaksud dengan mawali adalah “'ashabah”. Abu Shalih berkata bahwa maknannya adalah kalalah.

Mujahid berkata tentang firmanNya: (yang akan mewarisi aku dan mewarisi sebagian keluarga Ya’qub) peninggalannya adalah ilmu, dan dia termasuk keturunan nabi Ya'qub. Diriwayatkan dari Al-Hasan yaitu mewarisi kenabian dan ilmunya. As-Suddi berkata yaitu mewarisi kenabianku dan kenabian keluarga nabi Ya'qub.

Diriwayatkan dari Malik, dari Zaid bin Aslam tentang firmanNya: (dan mewarisi sebagian keluarga Ya’qub) yaitu kenabian mereka. Diriwayatkan dari Abu Shalih tentang firmanNya: (yang akan mewarisi aku dan mewarisi sebagian keluarga Ya’qub) yaitu mewarisi hartaku dan kenabian keluarga nabi Ya'qub. Ini adalah pendapat yang dipilih Ibnu Jarir dalam tafsirnya Firman Allah: (dan jadikanlah ia, ya Tuhanku, seorang yang diridhai) yaitu diridhai di sisiMu dan makhlukMu, yaitu Engkau menyukainya dan menjadikannya disukai makhlukMu dalam agama dan akhlaknya.

Sumber: https://tafsirweb.com/5049-surat-maryam-ayat-3.html

Informasi Tambahan

Juz

16

Halaman

305

Ruku

264

Apabila kamu membaca Al-Quran, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk

Surah An-Nahl: 98

Adab Membaca Al-Quran

1. Suci dari Hadats

Pastikan dalam keadaan suci dari hadats besar dan kecil sebelum memegang dan membaca Al-Quran. Berwudhu terlebih dahulu merupakan salah satu bentuk penghormatan kepada kitab suci Al-Quran.

2. Niat yang Ikhlas

Membaca Al-Quran dengan niat mencari ridha Allah SWT, bukan untuk pamer atau mencari pujian. Niat yang ikhlas akan membawa keberkahan dalam membaca Al-Quran.

3. Menghadap Kiblat

Diutamakan menghadap kiblat saat membaca Al-Quran sebagai bentuk penghormatan dan mengikuti sunnah Rasulullah SAW. Posisi duduk yang sopan dan tenang juga dianjurkan.

4. Membaca Ta'awudz

Memulai dengan membaca ta'awudz dan basmalah sebelum membaca Al-Quran. Ta'awudz merupakan permintaan perlindungan kepada Allah dari godaan syaitan yang terkutuk.

5. Khusyuk dan Tenang

Membaca dengan tenang dan penuh penghayatan, memahami makna ayat yang dibaca. Tidak tergesa-gesa dan memperhatikan tajwid dengan baik.

6. Menjaga Kebersihan

Membaca Al-Quran di tempat yang bersih dan suci, serta menjaga kebersihan diri dan pakaian. Hindari membaca Al-Quran di tempat yang tidak pantas.

7. Memperindah Suara

Membaca Al-Quran dengan suara yang indah dan tartil, sesuai dengan kemampuan. Tidak perlu memaksakan diri, yang terpenting adalah membaca dengan benar sesuai tajwid.

Masukan & Feedback:info@finlup.id
© 2025 quran.finlup.id - All rights reserved