مريم (Maryam)
Surat ke-19, Ayat ke-23
فَاَجَاۤءَهَا الْمَخَاضُ اِلٰى جِذْعِ النَّخْلَةِۚ قَالَتْ يٰلَيْتَنِيْ مِتُّ قَبْلَ هٰذَا وَكُنْتُ نَسْيًا مَّنْسِيًّا
Kemudian rasa sakit akan melahirkan memaksanya (bersandar) pada pangkal pohon kurma, dia (Maryam) berkata, “Wahai, betapa (baiknya) aku mati sebelum ini, dan aku menjadi seorang yang tidak diperhatikan dan dilupakan.”
📚 Tafsir Al-Muyassar
Rasa kontraksi untuk melahirkan memaksanya berhenti pada sebatang pohon kurma. Lalu dia berkata, ”aduhai, alangkah baiknya bila aku mati saja sebelum hari ini, dan aku menjadi sesuatu yang tidak dikenal juga tidak disebut-sebut, serta tidak diketahui siapa aku sebenarnya.
Sumber: https://tafsirweb.com/5069-surat-maryam-ayat-23.html
📚 Tafsir as-Sa'di
23. Ketika masa kelahiran sudah deat, rasa sakit menjelang persalinan memaksanya bersandar pada pangkal pohon kurma. Tatkala dia mulai didera rasa sakit (menjelang) melahirkan, perihnya jauh dari makanan dan minuman, pedihnya hatinya karena komentar miring orang banyak, dan mencemaskan kemampuannya untuk bersabar, maka dia berandai-andai, bahwa dia mati sebelum mengalami kejadian ini, hingga menjadi tak berarti lagi dilupakan (oleh manusia), dan tidak disebut-sebut (lagi).
Pengandaian itu tertolak dari kondisi yang merisaukan (nya) tadi, padahal tidak ada nilai kebaikan dan kemaslahatan sama sekali baginya saat menginginkan kematian itu. Kebaikan hanya terwujud dengan menghargai apa yang telah terjadi.
Sumber: https://tafsirweb.com/5069-surat-maryam-ayat-23.html
📚 Tafsir Al-Wajiz
23. Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksa ia bersandar pada pangkal pohon kurma, dia berkata: "Aduhai, alangkah baiknya aku mati sebelum ini, sebab malu dan takut atas cacian orang-orang. Sehingga aku menjadi orang yang tidak berarti, dan dilupakan"
Sumber: https://tafsirweb.com/5069-surat-maryam-ayat-23.html
📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas)
Ayat 22-23 Allah SWT berfirman seraya memberitahukan tentang Maryam, bahwa ketika Jibril menyampaikan firmanNya, maka Maryam berserah diri kepada takdir Allah SWT. Banyak ulama salaf menyebutkan bahwa malaikat itu adalah Jibril. Saat itu Jibril melakukan tiupan melalui lengan bajunya, lalu tiupan itu turun ke bagian bawah tubuhnya hingga masuk ke dalam farjinya, lalu Maryam mengandung anak dengan seizin Allah SWT.
Setelah Maryam hamil, terasa sempit dadanya, dan dia tidak mengetahui apa yang akan dia katakan kepada orang-orang. Maryam yakin bahwa orang-orang tidak akan mempercayainya dalam apa yang dia beritahukan kepada mereka. Maryam hanya menceritakan rahasianya kepada saudara perempuannya yang menjadi istri nabi Zakaria, dan dalam hal itu nabi Zakaria telah meminta seorang anak kepada Allah, lalu Allah mengabulkannya sehingga istrinya hamil. (Maka Maryam mengandungnya, lalu ia menyisihkan diri dengan kandungannya itu ke tempat yang jauh (22) Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksa ia (bersandar) pada pangkal pohon kurma) sekalipun huruf “fa’” menunjukkan makna urutan, tetapi urutannya disesuaikan dengan kebiasaan yang berlaku.
Sebagaimana firman Allah SWT: (Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati dari tanah (12) Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim) (13) Kemudian air mani itu Kami jadikan sesuatu yang menempel, lalu sesuatu yang menempel itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang) (Surah Al-Mu’minun: 12-14) Huruf “fa’” ini juga bermakna urutan, dan berdasarkan kebiasaan yang berlaku.
Disebutkan dalam hadits shahih Bukhari Muslim, bahwa di antara kedua gambaran itu ada empat puluh hari. Dan Allah SWT berfirman: (Apakah kamu tidak melihat bahwasanya Allah menurunkan air dari langit, lalu jadilah bumi itu hijau?) (Surah Al-Hajj: 63) Pendapat terkenal yang tampak (Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu) adalah bahwa Maryam mengandung nabi Isa seperti biasa wanita mengandung anak-anaknya.
Firman Allah: (Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksa ia (bersandar) pada pangkal pohon kurma) yaitu memaksanya untuk bersandar pada pangkal pohon kurma di tempat pengasingannya. Qatadah berkata tentang firmanNya: (dan aku menjadi sesuatu yang tidak berarti lagi dilupakan) yaitu sesuatu yang tidak dikenal, tidak disebut, dan tidak diketahui siapakah aku. Ar-Rabi' bin Anas berkata tentang firmanNya: (dan aku menjadi sesuatu yang tidak berarti lagi dilupakan) yaitu keguguran.
Ibnu Zaid berkata.”Aku tidak ada sama sekali”
Sumber: https://tafsirweb.com/5069-surat-maryam-ayat-23.html
Informasi Tambahan
Juz
16
Halaman
306
Ruku
265