Kembali ke Surat Taha

طٰهٰ (Taha)

Surat ke-20, Ayat ke-44

فَقُوْلَا لَهٗ قَوْلًا لَّيِّنًا لَّعَلَّهٗ يَتَذَكَّرُ اَوْ يَخْشٰى

maka berbicaralah kamu berdua kepadanya (Fir‘aun) dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan dia sadar atau takut.

📚 Tafsir Al-Muyassar

42-44. Pergilah (wahai Musa) engkau bersama saudaramu, Harun, dengan membawa ayat-ayatKu yang menunjukkan keesaanKu dan kesempurnaan kuasaKu, serta kebenaran risalahmu, dan janganlah kalian berdua menjadi lemah untuk senantiasa mengingatKU. Pergilah kalian berdua bersama-sama kepada Fir’aun.

Sesungguhnya dia telah berbuat melampaui batas dalam kekafiran dan kezhaliman. Dan katakanlah oleh kalian berdua kepadanya ucapan yang lembut; mudah-mudahan dia ingat atau takut kepada Tuhannya.”

Sumber: https://tafsirweb.com/5286-surat-thaha-ayat-44.html

📚 Tafsir as-Sa'di

44. “Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut,” yaitu perkataan yang enak (didengar), lunak, dengan kelembutan, persuasive, etika dalam tutur kata, tanpa unsur kekejian, pamer kekuatan dan kekerasan dalam perkataan, serta sikap kasar dalam tindakan. “Mudah-mudahan,” melalui perkataan yang lembut “dia ingat,” tentang perkara-perkara yang bermanfaat bagi dirinya hingga tergugah untuk mengerjakannya “atau takut,” akan segala sesuatu yang membahayakan dirinya sehingga meninggalkannya. Sesungguhnya tutur kata yang lembut akan mengundang perubahan itu, dan omongan yang kasar akan melahirkan antipasti pada dirinya. Tutur kata yang lunak ini diperjelas dalam Firman Allah, "dan katakanlah (kepada Firaun): "Adakah keinginan bagimu untuk membersihkan diri (dari kesesatan)" Dan kamu akan kupimpin ke jalan Tuhanmu agar supaya kamu takut kepada-Nya?" (An-Naziat:18-19) Sesungguuhnya ungkapan di atas memuat sisi kelembutan dan kemudahan tanpa ada unsur keburukan yang sangat jelas sekali bagi orang yang merenunginya.

Beliau memulai dengan kata “Apakah,” yang menandakan tawaran dan ajakan diskusi, yang tiada seorang pun membencinya. Beliau mengajaknya untuk menyucikan dan membersihkan diri dari kotoran-kotoran (maknawi), yang intinya adalah membersihkan diri dari kesyirikan yang bisa disambut oleh setiap akal yang sehat. Beliau tidak mengatakan, “Aku akan membersihkan dirimu.” Akan tetapi berkata, “engkau me.” Akan tetapi berkata, “engkau membersihkan diri,” engkaulah orang yang menjalankannya.

Selanjutnya, beliau mengajaknya menuju jalan Rabbnya yang telah merawat dan mencurahkan kenikmatan padanya dengan kenikmatan lahiriah dan batiniah, yang sudah sepantasnya timbal baliknya yaitu rasa syukur dan mengingat nikmat-nikmat itu. Allah berfirman, “Dan kamu akan kupimpin ke jalan Rabbmu agar kamu takut kepadaNya.” Ketika dia tidak mau menerima perkataan yang lembut yang keindahannya sanggup memikat hati, maka dapat diketahui bahwa peringatan sudah tidak mempan lagi baginya.

Allah pun menyiksanya dengan siksaan Dzat Yang Mahaperkasa lagi Mahakuasa.

Sumber: https://tafsirweb.com/5286-surat-thaha-ayat-44.html

📚 Tafsir Al-Wajiz

44. Dan berucaplah kalian berdua dengan ucapan yang tidak kasar, dengan mengajaknya untuk beriman secara ramah bukan secara keras, barangkali dia mau mengambil pelajaran dan merenung, lalu beriman atau takut dengan azab Allah, lalu menghentikan kesewenang-wenangannya.

Sumber: https://tafsirweb.com/5286-surat-thaha-ayat-44.html

📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas)

Ayat 40-44 Allah berfirman kepada nabi Musa, bahwa sesungguhnya dia akan bermukim di antara penduduk Madyan setelah melarikan diri dari kejaran Fir'aun dan para pembesarnya. dia menggembalakan ternak mertuanya sehingga masanya habis.

Kemudian nabi Musa datang sesuai takdir dan kehendak Allah tanpa ada perjanjian dahulu. Segala sesuatu itu berjalan atas kehendak Allah SWT. Dia adalah Dzat yang Mengatur dan Menjalankan urusan hamba-hambaNya dan makhlukNya sesuai kehendakNya.

Oleh karena itu Allah berfirman: (kemudian kamu datang menurut waktu yang ditetapkan, hai Musa) Mujahid berkata yaitu berdasarkan janjinya.

Diriwayatkan dari Qatadah tentang firmanNya: (kemudian kamu datang menurut waktu yang ditetapkan, hai Musa) dia berkata yaitu sesuai dengan waktu pengangkatan kerasulan dan kenabian. Firman Allah: (dan Aku telah memilihmu untuk diriKu (41)) yaitu Aku telah memilik dan mengangkatmu menjadi seorang rasul sesuai dengan apa yang Aku kehendaki dan inginkan. Diriwayatkan dari Abu Hurairah dari Rasulullah SAW, beliau bersabda,”Nabi Adam bertemu dengan nabi Musa. dan nabi Musa berkata,"Engkaulah orang yang menyengsarakan manusia dan yang menyebabkan mereka dikeluarkan dari surga” Nabi Adam menjawab, "Engkaulah orang yang dipilih Allah untuk menyampaikan risalahNya dan memilihmu dekat denganNya serta menurunkan kepadamu kitab Taurat" Nabi Musa berkata, "Ya” Nabi Adam berkata, "Aku telah menjumpai hal itu tercatat untukku sebelum Allah menciptakan aku” Nabi Musa menjawab, "Ya” Maka nabi Adam memberikan hujjah kepada nabi Musa Firman Allah: (Pergilah kamu beserta saudaramu dengan membawa ayat-ayatKu) yaitu dengan hujjah, bukti-bukti, dan mukjizat-mukjizat dariKu. (dan janganlah kamu berdua lalai dalam mengingat-Ku) Ali bin Abi Thalhah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa maknanya,”Janganlah kamu berdua terlambat” Mu jahid meriwayatkan dari Ibnu Abbas, yaitu janganlah kamu berdua lemah.

Makna yang dimaksud adalah bahwa keduanya diperintahkan Allah untuk terus mengingat Allah, bahkan keduanya mengingat Allah ketika menghadapi Fir'aun, agar mengingat Allah itu dapat membantu keduanya menghadapi Fir'aun, menjadi kekuatan bagi keduanya dan menjadi pengaruh yang mematahkan Fir'aun Firman Allah: (Pergilah kamu berdua kepada Fir’aun, sesungguhnya dia telah melewati batas (43)) yaitu membangkang, melampaui batas, sewenang-wenang dan durhaka terhadap Allah (maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut) Ini mengandung pelajaran yang agung, yaitu sekalipun Fir'aun adalah orang yang sangat membangkang dan sombong, dan nabi Musa adalah makhluk pilihan Allah saat itu. Nabi Musa diperintahkan agar dalam menyampaikan risalahNya kepada Fir'aun dengan lemah lembut dan santun. Diriwayatkan dari Hasan Al-Bashri tentang firmanNya: (maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut) yaitu peringatkanlah kepadanya dengan berkata kepadanya,"Sesungguhnya kamu mempunyai Tuhan dan tempat kembali, dan sesungguhnya di hadapanmu ada surga dan neraka" Firman Allah: (mudah-mudahan ia ingat atau takut) yaitu barangkali Fir'aun kembali dari kesesatannya dan kehancurannya, (atau dia menjadi takut) yaitu dia mau taat kepadaNya. karena takut kepada Tuhannya.

Sebagaimana Allah SWT berfirman: (bagi orang yang ingin mengambil pelajaran atau orang yang ingin bersyukur) Kata At-tadzakkur adalah kembali dari sesuatu yang dilarang dan Al-khasyah yaitu mengerjakan ketaatan

Sumber: https://tafsirweb.com/5286-surat-thaha-ayat-44.html

Informasi Tambahan

Juz

16

Halaman

314

Ruku

271

Apabila kamu membaca Al-Quran, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk

Surah An-Nahl: 98

Adab Membaca Al-Quran

1. Suci dari Hadats

Pastikan dalam keadaan suci dari hadats besar dan kecil sebelum memegang dan membaca Al-Quran. Berwudhu terlebih dahulu merupakan salah satu bentuk penghormatan kepada kitab suci Al-Quran.

2. Niat yang Ikhlas

Membaca Al-Quran dengan niat mencari ridha Allah SWT, bukan untuk pamer atau mencari pujian. Niat yang ikhlas akan membawa keberkahan dalam membaca Al-Quran.

3. Menghadap Kiblat

Diutamakan menghadap kiblat saat membaca Al-Quran sebagai bentuk penghormatan dan mengikuti sunnah Rasulullah SAW. Posisi duduk yang sopan dan tenang juga dianjurkan.

4. Membaca Ta'awudz

Memulai dengan membaca ta'awudz dan basmalah sebelum membaca Al-Quran. Ta'awudz merupakan permintaan perlindungan kepada Allah dari godaan syaitan yang terkutuk.

5. Khusyuk dan Tenang

Membaca dengan tenang dan penuh penghayatan, memahami makna ayat yang dibaca. Tidak tergesa-gesa dan memperhatikan tajwid dengan baik.

6. Menjaga Kebersihan

Membaca Al-Quran di tempat yang bersih dan suci, serta menjaga kebersihan diri dan pakaian. Hindari membaca Al-Quran di tempat yang tidak pantas.

7. Memperindah Suara

Membaca Al-Quran dengan suara yang indah dan tartil, sesuai dengan kemampuan. Tidak perlu memaksakan diri, yang terpenting adalah membaca dengan benar sesuai tajwid.

Masukan & Feedback:info@finlup.id
© 2025 quran.finlup.id - All rights reserved