Kembali ke Surat Taha

طٰهٰ (Taha)

Surat ke-20, Ayat ke-114

فَتَعٰلَى اللّٰهُ الْمَلِكُ الْحَقُّۚ وَلَا تَعْجَلْ بِالْقُرْاٰنِ مِنْ قَبْلِ اَنْ يُّقْضٰٓى اِلَيْكَ وَحْيُهٗ ۖوَقُلْ رَّبِّ زِدْنِيْ عِلْمًا

Maka Mahatinggi Allah, Raja yang sebenar-benarnya. Dan janganlah engkau (Muhammad) tergesa-gesa (membaca) Al-Qur'an sebelum selesai diwahyukan kepadamu, dan katakanlah, “Ya Tuhanku, tambahkanlah ilmu kepadaku. ”

📚 Tafsir Al-Muyassar

Allah maha bersih, tinggi dan suci dari semua kekurangan, Dia Raja Yang kekuasaaNya mengalahkan semua penguasa dan tirani, Yang mengendalikan segala sesuatu, Yang Mahabenar, janjiNya benar, ancamanNya benar, dan tiap-tiap sesuatu dariNya adalah kebenaran. Dan janganlah kamu teegesa-gesa (wahai Rasul) untuk mendahului Jibril dalam menerima al-Qur’an sebelim dia tuntas darinya. Dan katakanlah, “Wahai Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu disamping ilmu yang telah Engkau ajarkan kepadaku.”

Sumber: https://tafsirweb.com/5356-surat-thaha-ayat-114.html

📚 Tafsir as-Sa'di

114. Ketika Allah menyebutkan keputusan pembalasan-pembalasanNYa pada para hambaNya dan ketetapan perintah agamaNya yang Allah turunkan di dalam KItabNya, -realita ini termasuk bagian dari implikasi kekuasaanNya-, Allah berfirman, “Maka Maha Tinggi Allah,” maksudnya Mahabesar, berada di ketinggian, suci dari segala kekurangan dan kerusakan. “Raja”, yang kepemilikan kerajaan menjadi ciriNya, dan semua makhluk adalah budak-budakNya.

Ketetapan hukum-hukum kekuasaan qadari maupun syar’iNya berlaku pada mereka. “Yang sebenar-benarnya,” maksudnya wujudNya, kerajaanNYa, dan kesempurnaanNYa benar-benar haq. Sifat-sifat kesempurnaan tidaklah hakiki kecuali bagi Dzat Yang Memiliki keagungan. Termasuk hal itu adalah kepemilikan kekuasaan.

Sesungguhnya selainNYa dari kalangan makhluk, walaupun mempunyai kekuasaan pada waktu-waktu tertentu yang meliputi sebagian aspek, akan tetapi kekuasaannya adalah kekuasaan yang pendek, batil lagi akan sirna. Adapun (kekuasaaan) Allah, maka akan tersu eksis dan tidak musnah, karena Diia Raja, Yang Mahahidup, Maha menangani yang lain lagi Mahaagung. “Dan janganlah kamu tergesa-gesa membaca al-Quran sebelum wahyunya disampaikan (secara sempurna) kepadamu,” maksudnya janganlah engkau bersegera untuk menangkap al-Quran ketika Jibril sedang membacakannya kepadamu. Bersabarlah sampai dia menuntaskannya.

Jika sudah selesai, maka bacalah. Sesungguhnya Allah telah menjamin pengumpulannya bagimu di dadamu dan dalam bacaan al-Quranmu. Seperti yang difirmankan Allah, "Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al Qur'an karena hendak cepat-cepat (menguasai) nya.

Sesungguhnya atas tanggungan Kami-lah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu. Kemudian, sesungguhnya atas tanggungan Kami-lah penjelasannya." (Al-Qiyamah:16-19).

Ketika ketergesaan dan kesegeraan beliau untuk menerima wahyu menunjukkan kecintaan beliau yang utuh kepada ilmu dan keantusiasan untuk menguasainya, maka Allah memerintahkan beliau untuk meminta tambahan ilmu. Sesungguhnya ilmu itu baik, dan banyak kebaikan itu dituntut, kebaikan itu berasal dari Allah, dan jalan menuju ke sana adalah melalui ketekunan, kerinduan kepada ilmu, memohon dan meminta pertolongan kepadaNya serta duduk bersimpuh kepadaNya di setiap waktu. Bisa di ambil pelajaran dari ayat yang mulia ini, mengenai etika dalam menerima ilmu, bahwa orang yang mendengarkan ilmu seyogyanya perlahan-lahan dan bersabar, sampai pendikte dan pengajar selesai dari penjelasannya yang saling berkaitan.

Jika ia sudah selesai darinya, pencari ilmu menanyakan (nya) bila dia punya pertanyaan. Janganlah dia bersegera bertanya dan memotong keterangan orang yang mengajar. Sesungguhnya sikap ini penyebab terhalangi (dari menguasai ilmu).

Demikian juga orang yang ditanya, seharusnya ia meminta penjelasan lebih lanjut tentang pertanyaan penanya dan melacak maksudnya sebelum menjawab. Sesungguhnya sikap ini menjadi penyebab ketepatan dalam menjawab dengan benar.

Sumber: https://tafsirweb.com/5356-surat-thaha-ayat-114.html

📚 Tafsir Al-Wajiz

114. Maha Agung Allah Dzat yang Maha Merajai, lagi Maha Benar Dzat dan SifatNya dari bentuk karakter para makhluk dan dari apa yang dikatakan orang-orang musyrik. Dan janganlah tergesa-gesa wahai Nabi dalam membaca Al-Qur’an ketika diturunkan sampai sempurna wahyu (yang diturunkan) itu, dan sampai Jibril telah selesai menyampaikannya kepadamu.

Dan katakanlah: “Wahai Tuhanku, tambahkanlah ilmu sampai aku mendapatkan banyak ilmu sebagai ganti ketergesa-gesaanku.” As-Sadi berkata: “Suatu ketika Nabi SAW saat menerima Al-Qur’an dari Jibril, beliau kesulitan menghafalnya, sehingga itu menyulitkan dirinya, dan beliau takut Jibril segera naik (pergi), sedangkan beliau belum menghafalnya. Kemudian turunlah ayat ini”

Sumber: https://tafsirweb.com/5356-surat-thaha-ayat-114.html

📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas)

Ayat 113-114 Allah SWT berfirman,"'Mengingat hari kembali dan hari pembalasan kebaikan dan keburukan itu pasti terjadi, maka Kami menurunkan Al-Qur'an se­bagai berita gembira dan peringatan dengan bahasa Arab yang jelas dan fasih, tidak ada kesamaran dan kesulitan padanya” (dan Kami telah menerangkan dengan berulang kali di dalamnya sebagian dari ancaman, agar mereka bertakwa) yaitu meninggalkan perbuatan-perbuatan dosa dan yang haram serta yang keji (atau (agar) Al-Qur’an itu menimbulkan pengajaran bagi mereka) yaitu menimbulkan ketaatan dan perbuatan yang mendekatkan diri (Maka Maha Tinggi Allah, Raja yang sebenar-benarnya) yaitu Maha Suci Allah, Raja yang sebenarnya yang janjiNya, ancamanNya, para rasulNya, surga, neraka, dan segala sesuatu yang datang dariNya adalah benar. KeadilanNya adalah Dia tidak menyiksa seseorang sebelum memberi peringatan dan mengutus para rasulNya dan sebagai alasan­Nya kepada makhlukNya, agar tidak ada hujjah dan keraguan. Firman Allah: (Dan janganlah kamu tergesa-gesa membaca Al-Qur’an sebelum disempurnakan mewahyukannya kepadamu) Sebagaimana firman Allah SWT dalam surah lain: (Aku bersumpah dengan hari Kiamat (1)) (Jangan engkau (Muhammad) gerakkan lidahmu (untuk membaca Al-Qur'an) karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya (16) Sesungguhnya Kami yang akan mengumpulkannya (di dadamu) dan membacakannya (17) Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu (18) Kemudian sesungguhnya Kami yang akan menjelaskannya (19)) (Surah Al-Qiyamah) Disebutkan dalam hadits shahih dari Ibnu Abbas, bahwa Rasulullah SAW sangat bersemangat jika menerima wahyu; hal ini yang mendorong beliau menggerakkan lisan beliau.

Lalu Allah menurunkan ayat ini. Yaitu bahwa apabila Nabi SAW didatangi malaikat Jibril dengan wahyu, setiap kali Jibril mengatakan suatu ayat, Nabi SAW ikut membacanya bersama Jibril, karena keinginannya yang keras untuk menghafal Al-Qur'an. Maka Allah membimbingnya kepada cara yang lebih mudah dan lebih ringan agar beliau tidak kesulitan.

Kemudian Allah SWT berfirman: (Jangan engkau (Muhammad) gerakkan lidahmu (untuk membaca Al-Qur'an) karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya (16) Sesungguhnya Kami yang akan mengumpulkannya (di dadamu) dan membacakannya (17)) (Surah Al-Qiyamah) yaitu Kami mengumpulkannya dalam dadamu, kemudian kamu membacakannya kepada manusia tanpa ada sesuatu pun yang kamu lupakan. (Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu (18) Kemudian sesungguhnya Kami yang akan menjelaskannya (19)) (Surah Al-Qiyamah) dan di ayat ini Allah berfirman: (dan janganlah kamu tergesa-gesa membaca Al-Qur’an sebelum disempurnakan mewahyukannya kepadamu) melainkan dengarlah dengan penuh perhatian.

Apabila malaikat telah selesai membacakannya kepadamu, mulailah membacanya (dan katakanlah, "Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan”) yaitu tambahkanlah ilmu dariMu kepadaku. Oleh karena itu disebutkan dalam suatu hadits.”Sesungguhnya Allah SWT menurunkan wahyu kepada RasulNya SAW secara berturut-turut, sehingga wahyu banyak diturunkan di hari-hari beliau menjelang wafat.

Sumber: https://tafsirweb.com/5356-surat-thaha-ayat-114.html

Informasi Tambahan

Juz

16

Halaman

320

Ruku

275

Apabila kamu membaca Al-Quran, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk

Surah An-Nahl: 98

Adab Membaca Al-Quran

1. Suci dari Hadats

Pastikan dalam keadaan suci dari hadats besar dan kecil sebelum memegang dan membaca Al-Quran. Berwudhu terlebih dahulu merupakan salah satu bentuk penghormatan kepada kitab suci Al-Quran.

2. Niat yang Ikhlas

Membaca Al-Quran dengan niat mencari ridha Allah SWT, bukan untuk pamer atau mencari pujian. Niat yang ikhlas akan membawa keberkahan dalam membaca Al-Quran.

3. Menghadap Kiblat

Diutamakan menghadap kiblat saat membaca Al-Quran sebagai bentuk penghormatan dan mengikuti sunnah Rasulullah SAW. Posisi duduk yang sopan dan tenang juga dianjurkan.

4. Membaca Ta'awudz

Memulai dengan membaca ta'awudz dan basmalah sebelum membaca Al-Quran. Ta'awudz merupakan permintaan perlindungan kepada Allah dari godaan syaitan yang terkutuk.

5. Khusyuk dan Tenang

Membaca dengan tenang dan penuh penghayatan, memahami makna ayat yang dibaca. Tidak tergesa-gesa dan memperhatikan tajwid dengan baik.

6. Menjaga Kebersihan

Membaca Al-Quran di tempat yang bersih dan suci, serta menjaga kebersihan diri dan pakaian. Hindari membaca Al-Quran di tempat yang tidak pantas.

7. Memperindah Suara

Membaca Al-Quran dengan suara yang indah dan tartil, sesuai dengan kemampuan. Tidak perlu memaksakan diri, yang terpenting adalah membaca dengan benar sesuai tajwid.

Masukan & Feedback:info@finlup.id
© 2025 quran.finlup.id - All rights reserved