Kembali ke Surat Al-Anbiya'

الانبياۤء (Al-Anbiya')

Surat ke-21, Ayat ke-21

اَمِ اتَّخَذُوْٓا اٰلِهَةً مِّنَ الْاَرْضِ هُمْ يُنْشِرُوْنَ

Apakah mereka mengambil tuhan-tuhan dari bumi, yang dapat menghidupkan (orang-orang yang mati)?

📚 Tafsir Al-Muyassar

Bagaimana dibenarkan bagi kaum musyrikin mengambil sesembahan yang lemah yang berasal dari bumi, yang tidak berkuasa menghidupkan orang-orang yang telah mati?

Sumber: https://tafsirweb.com/5533-surat-al-anbiya-ayat-21.html

📚 Tafsir as-Sa'di

21. Tatkala Allah mmenjelaskam kesempurnaan kekuasaanNya dan keagunganNYa serta ketundukan segala sesuatu kepadaNya, maka Dia mengingkari kaum musyrikin yang telah menjadikan selainNya sebagai sesembahan dari bumi, yang berada dalam titik puncak kelemahan dan ketidakberdayaan. “Mereka dapat menghidupkan (orang-orang mati),” ini merupakan bentuk pertanyaan, tetapi bermakna penafian (peniadaan). Maksudnya, mereka tidak mampu untuk menghidupkan dan menghimpun mereka.

Hal ini diterangkan oleh Firman Allah, " Kemudian mereka mengambil tuhan-tuhan selain daripada-Nya (untuk disembah), yang tuhan-tuhan itu tidak menciptakan apa pun, bahkan mereka sendiri diciptakan dan tidak kuasa untuk (menolak) sesuatu kemudaratan dari dirinya dan tidak (pula untuk mengambil) sesuatu kemanfaatan pun dan (juga) tidak kuasa mematikan, menghidupkan dan tidak (pula) membangkitkan." (Al-Furqan:3) "Mereka mengambil sembahan-sembahan selain Allah agar mereka mendapat pertolongan. Berhala-berhala itu tiada dapat menolong mereka; padahal berhala-berhala itu menjadi tentara yang disiapkan untuk menjaga mereka." (Yasin:74-75).

Sumber: https://tafsirweb.com/5533-surat-al-anbiya-ayat-21.html

📚 Tafsir Al-Wajiz

21. Ataukah mereka (orang-orang musyrik itu) mengambil tuhan-tuhan yang ada di bumi seperti batu dan logam yang dapat menghidupkan orang-orang mati dari kuburan-kuburan mereka?

Sumber: https://tafsirweb.com/5533-surat-al-anbiya-ayat-21.html

📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas)

Ayat 21-23 Allah SWT mengingkari orang yang menjadikan tuhan-tuhan selain Dia, lalu Allah berfirman: (Apakah mereka mengambil tuhan-tuhan dari bumi, yang dapat menghidupkan (orang-orang mati)? (21)) yaitu apakah tuhan-tuhan mereka itu dapat menghidupkan dan membangkitkan orang-orang mati dari tanah? yaitu mereka tidak mampu melakukan sesuatu dari itu.

Maka bagaimana bisa mereka menjadikannya sebagai tandingan Allah yang mereka sembah bersamaNya. Kemudian Allah SWT memberitahukan bahwa seandainya ada tuhan-tuhan selain Allah, maka langit dan bumi akan rusak. Lalu Allah berfirman: (Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah) yaitu di langit dan bumi (tentulah keduanya itu telah rusak binasa) sebagaimana firmanNya: (Allah sekali-kali tidak mempunyai anak dan sekali-kali tidak ada tuhan (yang lain) beserta-Nya.

Kalau ada tuhan beserta-Nya, masing-masing tuhan itu akan membawa makhluk yang diciptakannya, dan sebagian dari tuhan-tuhan itu akan mengalahkan sebagian yang lain. Mahasuci Allah dari apa yang mereka sifatkan itu (91)) (Surah Al-Mu’minun) Allah SWT berfirman di sini: (Maka Maha Suci Allah yang mempunyai 'Arsy daripada apa yang mereka sifatkan) yaitu dari apa yang mereka katakan, bahwa Allah memiliki anak atau sekutu.

Maha Suci dan Maha Tinggi Allah dari apa yang mereka buat-buat dengan ketinggian yang Maha Besar. Firman Allah: (Dia tidak ditanya tentang apa yang diperbuat-Nya, dan merekalah yang akan ditanyai (23)) yaitu Dialah Dzat Yang memutuskan yang tidak ada yang menghalangi keputusanNya dan tidak ada seorangpun yang dapat menolakNya karena keagungan, kebesaran, ilmu, hikmah, keadilan, dan kelembutanNya (dan merekalah yang akan ditanyai) yaitu, Dia adalah Dzat yang akan menanyai makhlukNya tentang apa yang telah mereka perbuat, seperti firmanNya: (Maka demi Tuhanmu, Kami pasti akan menanyai mereka semua (92) tentang apa yang telah mereka kerjakan dahulu (93)) (Surah Al-Hijr) Ini sebagaimana firman Allah SWT: (sedangkan Dia melindungi, tetapi tidak ada yang dapat dilindungi dari (azab)Nya) (Surah Al-Mu’minun: 88)

Sumber: https://tafsirweb.com/5533-surat-al-anbiya-ayat-21.html

Informasi Tambahan

Juz

17

Halaman

323

Ruku

279

Apabila kamu membaca Al-Quran, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk

Surah An-Nahl: 98

Adab Membaca Al-Quran

1. Suci dari Hadats

Pastikan dalam keadaan suci dari hadats besar dan kecil sebelum memegang dan membaca Al-Quran. Berwudhu terlebih dahulu merupakan salah satu bentuk penghormatan kepada kitab suci Al-Quran.

2. Niat yang Ikhlas

Membaca Al-Quran dengan niat mencari ridha Allah SWT, bukan untuk pamer atau mencari pujian. Niat yang ikhlas akan membawa keberkahan dalam membaca Al-Quran.

3. Menghadap Kiblat

Diutamakan menghadap kiblat saat membaca Al-Quran sebagai bentuk penghormatan dan mengikuti sunnah Rasulullah SAW. Posisi duduk yang sopan dan tenang juga dianjurkan.

4. Membaca Ta'awudz

Memulai dengan membaca ta'awudz dan basmalah sebelum membaca Al-Quran. Ta'awudz merupakan permintaan perlindungan kepada Allah dari godaan syaitan yang terkutuk.

5. Khusyuk dan Tenang

Membaca dengan tenang dan penuh penghayatan, memahami makna ayat yang dibaca. Tidak tergesa-gesa dan memperhatikan tajwid dengan baik.

6. Menjaga Kebersihan

Membaca Al-Quran di tempat yang bersih dan suci, serta menjaga kebersihan diri dan pakaian. Hindari membaca Al-Quran di tempat yang tidak pantas.

7. Memperindah Suara

Membaca Al-Quran dengan suara yang indah dan tartil, sesuai dengan kemampuan. Tidak perlu memaksakan diri, yang terpenting adalah membaca dengan benar sesuai tajwid.

Masukan & Feedback:info@finlup.id
© 2025 quran.finlup.id - All rights reserved