Kembali ke Surat Al-Anbiya'

الانبياۤء (Al-Anbiya')

Surat ke-21, Ayat ke-33

وَهُوَ الَّذِيْ خَلَقَ الَّيْلَ وَالنَّهَارَ وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَۗ كُلٌّ فِيْ فَلَكٍ يَّسْبَحُوْنَ

Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing beredar pada garis edarnya.

📚 Tafsir Al-Muyassar

Dan Allah, Dia-lah yang menciptakan malam agar manusia dapat beristirahat padanya dan siang hari supaya mereka dapat mencari penghidupan di dalamnya. Dan Dia menciptakan matahari sebagai pertanda bagi siang hari dan bulan sebagai pertanda untuk waktu malam. Dan masing-masing memiliki garis edar tempat ia berjalan dan beredar, tanpa melenceng darinya.

Sumber: https://tafsirweb.com/5545-surat-al-anbiya-ayat-33.html

📚 Tafsir as-Sa'di

32-33. “Dan Kami jadikan langit itu sebagai atap,” bagi bumi yang kalian berada di atasnya “yang terpelihara,” dari kerobohan, "Sesungguhnya Allah menahan langit dan bumi supaya jangan lenyap; dan sungguh jika keduanya akan lenyap tidak ada seorang pun yang dapat menahan keduanya selain Allah. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun." (Fathir:41). Juga terlindungi dari pencurian pendengaran yang dilakukan oleh setan-setan “sedang mereka berpaling dari segala tanda-tanda (kekuasaan Allah) yang terdapat padanya,” maksudnya, lalai dan lupa diri.

Ini umum sifatnya pada semua tanda-tanda kebesaran Allah yang berada di langit, berupa ketinggian, keluasan, kebesaran, dan warnanya yang elok serta keharmonisannya yang mengagumkan dan panorama-panorama lainnya. Di dalamnya, terdapat planet-planet yang statis dan yang beredar, matahari dan bulannya yang terang benderang yang mengakibatkan terjadinya malam dan siang, dan sifat keberadaannya yang senantiasa beredar di dalam porosnya. Begitu pula, bintang-bintang yang memunculkan kemanfaatan bagi umat manusia, karena berpengaruh atas kemunculan cuaca panas, dingin, dan (pergantian) musim-musim dalam setahun. (Dengan itu) mereka pun menjadii tahu mengenai perhitungan waktu-waktu ibadah dan muamalah mereka.

Di malam hari, mereka beristirahat, merasakan ketenangan dan ketentraman. Di siang harainya, mereka bertebaran dan mencari penghidupan. Semua perkara ini bila direnungi oleh seseorang yang cerdas dan memandangnya dengan cermat, niscaya dia akan yakin dengan seyakin-yakinnya tanpa ada keraguan apa pun bahwasanya Allah –lah yang mengaturnya berdasarkan ketentuan-ketentuan waktu pada tempo yang sudah dicanangkan sampai batas akhir yang pasti.

Pada rentang waktu itu, manusia memenuhi hajat-hajatnya, dan kemanfaatan mereka terpenuhi dengannya. Tujuannya, supaya mereka dapat bersenang-senang dan memperoleh kemaslahatan. Setelah itu, (berbagai hal tadi) akan sirna dan lenyap.

Dzat yang melenyapkannya adalah Dzat yang telah menciptakannya. Dan yang akan menjadikannya diam tidak bergerak adalah Dzat yang menggerakannya. Orang-orang mukallaf akan berpindah dari tempat tinggal mereka menuju tempat lain.

Di sana, mereka akan menjumpai balasan amal mereka (di dunia) secara penuh dan lengkap. Sehingga dapat diketahui bahwa kegunaan tempat ini (dunia) sesbagai lading (amalan) untuk membidik tempat hunian abadi di (akhirat), dan bahwa dunia hanya merupakan lintasan perjalanan seseorang, bukan tempat huniannya.

Sumber: https://tafsirweb.com/5545-surat-al-anbiya-ayat-33.html

📚 Tafsir Al-Wajiz

33. Penjelasan ayat itu yaitu bahwa Allah adalah Dzat yang menciptakan malam dan siang, serta matahari dan bulan. Masing-masing keduanya beputar dalam siklus yang ditentukan untuknya.

Mereka berjalan dengan tenang seperti sedang berenang di air. Fiil paling terakhir mengumpulkan setiap peredaran siang dan malam menggunakan pengibaratan yang terus berlanjut.

Sumber: https://tafsirweb.com/5545-surat-al-anbiya-ayat-33.html

📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas)

Ayat 30-33 Allah SWT berfirman seraya mengingatkan atas kekuasaan­Nya yang sempurna dan agung dalam menciptakan segala sesuatu dan semua makhluk tunduk kepada kekuasaanNya. Maka Allah berfirman: (Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui) yaitu orang-orang yang mengingkari ketuhananNya dan menyembah tuhan lain bersama Dia.

Apakah mereka tidak mengetahui bahwa Allah Maha sendiri dalam menciptakan makhlukNya, dan Maha Kuasa dalam mengatur makhlukNya. Maka bagaimana bisa Dia disembah bersama dengan yang selain Dia, atau menyekutukanNya dengan selain Dia? Apakah mereka tidak melihat bahwa langit dan bumi itu pada asalnya menyatu?

Yaitu semuanya saling terhubung satu sama lain menyatu dan bertumpuk-tumpuk pada awalnya. Lalu yang ini dipisahkan dari yang itu, lalu Dia menjadikan langit menjadi tujuh lapis, dan bumi menjadi tujuh lapis. Dia memisahkan antara langit yang terdekat dan bumi dengan udara, sehingga langit menurunkan hujannya dan bumi menumbuhkan sesuatu.

Oleh karena itu Allah berfirman: (Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?) yaitu mereka menyaksikan semua makhluk tumbuh sedikit demi sedikit dengan jelas.

Semua itu menunjukkan adanya Pencipta, Dzat yang berbuat, memilih, dan Maha Kuasa atas segala sesuatu. “Pada segala sesuatu terdapat tanda yang menunjukkan kekuasaanNya, bahwa Dia Maha Esa” Al-Hasan dan Qatadah berkata bahwa langit dan bumi merupakan sesuatu yang bersatu, lalu dipisahkan antara keduanya dengan udara. Firman Allah: (Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup) yaitu asal dari semua kehidupan itu berasal darinya Diriwayatkan dari Abu Hurairah, dia berkata,"Wahai Rasulullah SAW, ketika aku melihatmu jiwaku menjadi nyaman dan pandanganku menjadi tenang. Maka ceritakanlah kepadaku tentang segala sesuatu" Beliau bersabda,”Segala sesuatu diciptakan dari air” Firman Allah: (Dan telah Kami jadikan di bumi ini gunung-gunung) yaitu gunung-gunung yang dipancangkan di bumi untuk meneguhkan dan memperkokohnya, agar tidak guncang bersama manusia. yaitu agar bumi tidak berguncang dan bergerak sehingga manusia tidak bisa tenang di permukaannya, karena bumi itu tenggelam di dalam air kecuali hanya seperempat bagiannya saja yang tampak di atas untuk mendapatkan udara dan sinar matahari, agar penduduknya bisa melihat langit dan segala sesuatu yang ada padanya berupa tanda-tanda yang luar biasa, hikmah-hikmah dan dalil-dalil atas kekuasaan­Nya.

Oleh karena itu Allah SWT berfirman: (supaya bumi itu (tidak) guncang bersama mereka) yaitu, agar bumi tidak mengguncang mereka. Firman Allah (dan telah Kami jadikan (pula) di bumi itu jalan-jalan yang luas) yaitu celah di gunung-gunung itu yang mereka tempuh sebagai jalan-jalan dari suatu daerah ke daerah lain dan dari suatu kawasan ke kawasan lain. Sebagaimana hal itu bisa disaksikan, bahwa gunung itu menjadi pembatas alam antara satu negeri dengan negeri lain.

Maka Allah menjadikan padanya celah dan lereng agar manusia dapat menempuhnya dari sini ke sana. Oleh karena itu Allah berfirman: (agar mereka mendapat petunjuk) Firman Allah: (Dan Kami menjadikan langit itu sebagai atap yang terpelihara) yaitu di atas bumi, langit bagaikan kubah di atasnya.

Sebagaimana Allah SWT berfirman: (Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya (47)) (Surah Adz-Dzariyat) dan (dan langit serta pembinaannya (5)) (Surah Asy-Syams) Kata “Al-bina’” adalah pilar kubah, Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda,”Islam dibangun di atas lima pilar” yaitu, lima pilar penyangga.

Hal ini tidak lain karena bangunan kemah seperti kebiasaan orang-orang Arab. (yang terpelihara) yaitu tinggi dan terjaga agar tidak dapat dicapai. Mujahid berkata bahwa maknanya adalah ditinggikan Firman Allah: (sedangkan mereka berpaling dari segala tanda-tanda (kekuasaan Allah) yang terdapat padanya) sebagaimana firmanNya: (Dan banyak sekali tanda-tanda (kekuasaan Allah) di langit dan di bumi yang mereka melaluinya, sedangkan mereka berpaling dari padanya (105)) (Surah Yusuf) yaitu mereka tidak memikirkan apa yang diciptakan Allah padanya, berupa keluasannya yang sangat besar dan ketinggiannya yang sangat luar biasa, dan apa yang menghiasnya berupa bintang-bintang yang tetap maupun yang beredar pada malam dan siang harinya dari matahari ini yang menempuh cakrawala langit seluruhnya dalam waktu sehari semalam, maka matahari beredar dengan kecepatan yang tidak ada seorang pun yang mengetahuinya selain Allah yang telah menakdirkan, menundukkan dan memperjalankannya.

Kemudian Allah berfirman seraya memperingatkan tentang sebagian ayat-ayatNya (Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang) yaitu ini dalam kegelapan dan ketenangannya, dan itu dalam cahaya dan keramaiannya.

Terkadang yang ini lebih panjang, dan yang lainnya lebih pendek, dan sebaliknya (matahari dan bulan) Matahari mempunyai cahaya dan garis edarnya sendiri, serta waktu dan pergerakan tersendiri. Dan Bulan mempunyai cahaya, garis edar, dan waktu yang lain (Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya) (Surah Yasin: 40) yaitu beredar Mujahid berkata, maka tidaklah berputar kecuali jika bandulnya berputar, begitu juga bandul alat tenun itu tidak berputar kecuali jika alat tenunnya berputar.

Demikian juga bintang-bintang, matahari dan bulan, yang beredar hanya pada garis edarnya masing-masing. Sebagaimana Allah SWT berfirman: (Dia menyingsingkan pagi dan menjadikan malam untuk beristirahat, dan (menjadikan) matahari dan bulan untuk perhitungan. Itulah ketentuan Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui (96)) (Surah Al-An'am)

Sumber: https://tafsirweb.com/5545-surat-al-anbiya-ayat-33.html

Informasi Tambahan

Juz

17

Halaman

324

Ruku

280

Apabila kamu membaca Al-Quran, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk

Surah An-Nahl: 98

Adab Membaca Al-Quran

1. Suci dari Hadats

Pastikan dalam keadaan suci dari hadats besar dan kecil sebelum memegang dan membaca Al-Quran. Berwudhu terlebih dahulu merupakan salah satu bentuk penghormatan kepada kitab suci Al-Quran.

2. Niat yang Ikhlas

Membaca Al-Quran dengan niat mencari ridha Allah SWT, bukan untuk pamer atau mencari pujian. Niat yang ikhlas akan membawa keberkahan dalam membaca Al-Quran.

3. Menghadap Kiblat

Diutamakan menghadap kiblat saat membaca Al-Quran sebagai bentuk penghormatan dan mengikuti sunnah Rasulullah SAW. Posisi duduk yang sopan dan tenang juga dianjurkan.

4. Membaca Ta'awudz

Memulai dengan membaca ta'awudz dan basmalah sebelum membaca Al-Quran. Ta'awudz merupakan permintaan perlindungan kepada Allah dari godaan syaitan yang terkutuk.

5. Khusyuk dan Tenang

Membaca dengan tenang dan penuh penghayatan, memahami makna ayat yang dibaca. Tidak tergesa-gesa dan memperhatikan tajwid dengan baik.

6. Menjaga Kebersihan

Membaca Al-Quran di tempat yang bersih dan suci, serta menjaga kebersihan diri dan pakaian. Hindari membaca Al-Quran di tempat yang tidak pantas.

7. Memperindah Suara

Membaca Al-Quran dengan suara yang indah dan tartil, sesuai dengan kemampuan. Tidak perlu memaksakan diri, yang terpenting adalah membaca dengan benar sesuai tajwid.

Masukan & Feedback:info@finlup.id
© 2025 quran.finlup.id - All rights reserved