Kembali ke Surat Al-Hajj

الحج (Al-Hajj)

Surat ke-22, Ayat ke-54

وَّلِيَعْلَمَ الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ اَنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَّبِّكَ فَيُؤْمِنُوْا بِهٖ فَتُخْبِتَ لَهٗ قُلُوْبُهُمْۗ وَاِنَّ اللّٰهَ لَهَادِ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِلٰى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيْمٍ

dan agar orang-orang yang telah diberi ilmu, meyakini bahwa (Al-Qur'an) itu benar dari Tuhanmu lalu mereka beriman dan hati mereka tunduk kepadanya. Dan sungguh, Allah pemberi petunjuk bagi orang-orang yang beriman kepada jalan yang lurus.

📚 Tafsir Al-Muyassar

Dan agar orang-orang berilmu yang dengan ilmu yang mereka miliki, mereka membedakan antara kebenaran dan kebatilan, menjadi tahu bahwa sesungguhnya al-qur’an al-Karim itulah kebenaran yang turun dari sisi Allah kepadamu, wahai rasul, tidak ada syubhat padanya, dan tidak ada jalan bagi setan kepadanya, kemudian iman mereka bertambah kepadanya dan hati mereka tunduk kepadanya. Dan sesungguhnya Allah benar-benar akan menunjukkan orang-orang yang beriman kepadaNya dan kepada RasulNya ke jalan kebenaran yang nyata, yaitu Islam, Dia menyelamatkan mereka dengannya dari kesesatan.

Sumber: https://tafsirweb.com/5790-surat-al-hajj-ayat-54.html

📚 Tafsir as-Sa'di

54. Sementara golongan ketiga, hal itu menjadi pancaran rahmat bagi mereka. Mereka itulah yang disebutkan pada FirmanNya, “Dan agar orang-orang yang telah diberi ilmu, meyakini bahwasanya al-Quran itulah yang haq dari Rabbmu.” Allah mencurahkan anugerah ilmu bagi mereka yang menjadi (piranti) merekka untuk mengetahui antara kebenaran dan kebatilan, hidayah dan kesesatan, dan mereka pun membedakan antara dua hal itu, antara kebenaran yang kokoh yang Allah teguhkan dan kebatilan yang timbul yang Allah hapuskan, dengan dasar bukti-bukti dari masing-masing.

Dan supaya mereka mengetahui bahwasanya Allah Mahabijaksana, Dia mendatangkan beberapa ujian yang dengan itu, tersibak rahasia-rahasia jiwa-jiwa yang baik dan jelek. “Lalu mereka beriman kepadanya,” dengan sebab tersebut, dan keimanan mereka terderek naik manakala halangan dan syubhat-syubhat telah terhindarkan. “Dan hati mereka tunduk kepadanya,” maksudnya khusyu’ tunduk dan berserah diri terhadap kandungan hikmahNya. Ini termasuk (pertanda) limpahan hidayah Allah pada mereka. “Dan sesungguhnya Allah adalah pemberi petunjuk bagi orang-orang yang beriman,” karena keimanan mereka “kepada jalan yang lurus,” mengetahui kebenaran dan mengamalkan tuntutannya. Maka, Allah meneguhkan orang-orang yang beriman melalui perkataan yang teguh di kehidupan dunia dan akhirat.

Ini salah satu macam peneguhan Allah bagi hambaNya. Ayat-ayat ini memuat penjelasan bahwa Rasulullah mempunyai sumber teladan dari rekan-rekan beliau dari kalangan para rasul, lantaran apa yang terjadi pada beliau ketika membaca Surat an-Najm, ketika sampai pada ayat, "Maka apakah patut kamu (hai orang-orang musyrik) menganggap Al Lata dan Al Uzza, dan Manah yang ketiga, yang paling terkemudian (sebagai anak perempuan Allah)?" (An-Najm:19-20). Setan melontarkan godaannya pada bacaan beliau, “Itu adalah burung-burung yang tinggi, dan sesungguhnya syafaat mereka benar-benar diharapkan.” Maka, dengan peristiwa itu, timbullah kesedihan pada diri Rasulullah dan fitnah bagi umat manusia.

Sebagaimana telah dipaparkan oleh Allah. Maka, Allah menurunkan ayat-ayat ini.

Sumber: https://tafsirweb.com/5790-surat-al-hajj-ayat-54.html

📚 Tafsir Al-Wajiz

54. Agar orang-orang yang telah diberi ilmu, meyakini bahwasanya Al Quran itulah yang hak dari Tuhan-mu lalu mereka beriman dan tunduk hati mereka kepadanya dan sesungguhnya Allah adalah Pemberi Petunjuk bagi orang-orang yang beriman kepada jalan yang lurus.

Sumber: https://tafsirweb.com/5790-surat-al-hajj-ayat-54.html

📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas)

Ayat 52-54 Diriwayatkan dari Sa'id bin Jubair berkata bahwa Rasulullah SAW di Makkah membaca surah An-Najm, dan ketika bacaan beliau sampai kepada firmanNya: (Maka apakah patut kalian (hai orang-orang musyrik) meng­anggap Lata dan 'Uzza (19) dan Manah yang ketiga, yang paling terkemudian (sebagai anak perempuan Allah)? (20)) (Surah An-Najm) Maka setan memasukkan godaannya pada lisan beliau sehingga beliau mengatakan, "Bintang-bintang yang ada di langit yang tinggi itu, sesungguhnya syafaat benar-benar diharapkan" Lalu mereka berkata,"Dia sebelum ini tidak pernah menyebut nama tuhan-tuhan kami dengan sebutan yang baik" Lalu Nabi SAW bersujud kepada Allah, maka mereka pun ikut bersujud.

Kemudian Allah SWT menurunkan firmanNya: (Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang rasul pun dan tidak (pula) seorang nabi, melainkan apabila ia mempunyai sesuatu keinginan, setan pun memasukkan godaan-godaan terhadap keinginan itu, lalu Allah menghilangkannya apa yang dimasukkan oleh setan itu, dan Allah menguatkan ayat-ayat-Nya. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana (52)) Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Nabi SAW membaca surah An-Najm ketika masih di Makkah, sehingga sampai pada firmanNya: (Maka apakah patut kalian (hai orang-orang musyrik) menganggap Lata dan 'Uzza (19)) hingga akhir ayatnya. Al-Baghawi dalam tafsirnya telah menyebutkannya dalam kumpulan dari perkataan Ibnu Abbas dan Muhammad bin Ka'b Al-Qurazhi serta lainnya dengan pendapat yang semisal.

Kemudian dia mengajukan suatu pertanyaan,"Bagaimana hal seperti ini terjadi, padahal Rasulullah SAW telah dijamin Allah terpelihara dari segala kesalahan?" Kemudian Al-Baghawi mengemukakan beberapa jawaban dari pendapat orang-orang, di antaranya dan yang paling terbaik adalah bahwa setan membisikkan kalimat itu ke dalam pendengaran orang-orang musyrik, sehingga mereka menduga bahwa kalimat-kalimat tersebut bersumber dari Rasulullah SAW. Padahal kenyataannya tidak demikian, melainkan dari ulah setan dan perbuatannya bukan dari Rasulullah SAW. Firman Allah: (melainkan apabila ia mempunyai sesuatu keinginan, setan pun memasukkan godaan-godaan terhadap keinginan itu) ini mengandung hiburan Allah SWT kepada RasulNya SAW. yaitu, janganlah hatimu gundah karenanya, sesungguhnya hal seperti itu pernah menimpa para rasul dan para nabi sebelummu.

Imam Bukhari berkata bahwa Ibnu Abbas berkata tentang firmanNya: (terhadap keinginan itu) Ketika dia berbicara, setan memasukkan godaannya dalam pembicaraannya, lalu Allah menghilangkan apa yang dimasukkan setan itu. (dan Allah menguatkan ayat-ayatNya) Al-Baghawi berkata bahwa kebanyakan mufasir berkata bahwa makna (tamanna) adalah membaca Kitab Allah (setan pun memasukkan godaan-godaan terhadap keinginan itu) yaitu bacaannya. Firman Allah: (Allah menghilangkan apa yang dimasukkan oleh setan itu) hakikat dari “an-nasakh” secara bahasa adalah menghilangkan dan menghapuskan. Ali bin Abi Thalhah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa Allah SWT menghapuskan apa yang dimasukkan setan itu.

Firman Allah: (Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana) yaitu, terhadap semua sesuatu dan kejadian, dan tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi dariNya. (Dan Allah Maha Bijaksana) dalam menentukan keputusanNya, menciptakan makhlukNya, dan perintah­Nya kepada makhlukNya. MilikNyalah hikmah yang sempurna dan hujjah yang jelas, Oleh karena itu Allah berfirman: (agar Dia menjadikan apa yang dimasukkan oleh setan itu sebagai cobaan bagi orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit) yaitu keraguan, kemusyrikan, kekufuran, dan kemunafikan, sebagaimana orang-orang musyrik yang gembira dengan hal itu.

Mereka yakin bahwa apa yang mereka dengar itu benar, padahal kenyataannya adalah dari setan. Muqatil bin Hayyan berkata bahwa mereka adalah orang-orang Yahudi (Dan sesungguhnya orang-orang yang zalim itu benar-benar dalam permusuhan yang sangat) yaitu dalam kesesatan, pertentangan, dan keingkaran. yaitu dari kebenaran. (dan agar orang-orang yang telah diberi ilmu meyakini bahwa Al-Qur'an itulah yang hak dari Tuhanmu, lalu mereka beriman kepadanya) yaitu agar orang-orang yang telah diberi ilmu yang bermanfaat yang dengan ilmunya itu mereka dapat membedakan antara kebenaran dan kebathilan, serta orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasulnya, bahwa apa yang Kami wahyukan kepadamu adalah benar dari sisi Tuhanmu yang menurunkannya dengan ilmuNya, pemeliharaan dan penjagaanNya agar tidak bercampur dengan yang lain, bahkan Al-Qur'an itu adalah Kitab yang memberikan keputusan (Yang tidak datang kepadanya (Al-Qur'an) kebatilan, baik dari depan maupun dari belakangnya, yang diturunkan dari Tuhan Yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji (42)) (Surah Fushshilat) Firman Allah: (lalu mereka beriman kepadanya) yaitu, membenarkan dan mengikutinya (dan tunduk hati mereka kepadanya) yaitu hati mereka tunduk dan patuh kepadanya (dan sesungguhnya Allah adalah Pemberi petunjuk bagi orang-orang yang beriman kepada jalan yang lurus) yaitu di dunia dan akhirat.

Adapun di dunia mereka mendapat petunjuk sehingga membimbing mereka menuju kebenaran dan mengikutinya, serta memberi mereka taufik untuk menjauhi kebathilan dan menentangnya. Sedangkan di akhirat Allah memberi mereka petunjuk kepada jalan yang lurus yang mengantarkan mereka menuju derajat surga dan menjauhkan mereka dari azab yang pedih dan jatuh ke dasar neraka

Sumber: https://tafsirweb.com/5790-surat-al-hajj-ayat-54.html

Informasi Tambahan

Juz

17

Halaman

338

Ruku

291

Apabila kamu membaca Al-Quran, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk

Surah An-Nahl: 98

Adab Membaca Al-Quran

1. Suci dari Hadats

Pastikan dalam keadaan suci dari hadats besar dan kecil sebelum memegang dan membaca Al-Quran. Berwudhu terlebih dahulu merupakan salah satu bentuk penghormatan kepada kitab suci Al-Quran.

2. Niat yang Ikhlas

Membaca Al-Quran dengan niat mencari ridha Allah SWT, bukan untuk pamer atau mencari pujian. Niat yang ikhlas akan membawa keberkahan dalam membaca Al-Quran.

3. Menghadap Kiblat

Diutamakan menghadap kiblat saat membaca Al-Quran sebagai bentuk penghormatan dan mengikuti sunnah Rasulullah SAW. Posisi duduk yang sopan dan tenang juga dianjurkan.

4. Membaca Ta'awudz

Memulai dengan membaca ta'awudz dan basmalah sebelum membaca Al-Quran. Ta'awudz merupakan permintaan perlindungan kepada Allah dari godaan syaitan yang terkutuk.

5. Khusyuk dan Tenang

Membaca dengan tenang dan penuh penghayatan, memahami makna ayat yang dibaca. Tidak tergesa-gesa dan memperhatikan tajwid dengan baik.

6. Menjaga Kebersihan

Membaca Al-Quran di tempat yang bersih dan suci, serta menjaga kebersihan diri dan pakaian. Hindari membaca Al-Quran di tempat yang tidak pantas.

7. Memperindah Suara

Membaca Al-Quran dengan suara yang indah dan tartil, sesuai dengan kemampuan. Tidak perlu memaksakan diri, yang terpenting adalah membaca dengan benar sesuai tajwid.

Masukan & Feedback:info@finlup.id
© 2025 quran.finlup.id - All rights reserved