المؤمنون (Al-Mu'minun)
Surat ke-23, Ayat ke-1
قَدْ اَفْلَحَ الْمُؤْمِنُوْنَ ۙ
Sungguh beruntung orang-orang yang beriman,
📚 Tafsir Al-Muyassar
Sungguh beruntunglah orang-orang yang beriman kepada Allah dan RasulNya, serta melaksanakan syariatNya.
Sumber: https://tafsirweb.com/5893-surat-al-muminun-ayat-1.html
📚 Tafsir as-Sa'di
1. Firman Allah “sungguh beruntunglah orang-orang yang beriman itu,” maksudnya mereka telah memperoleh kemenangan, kebahagiaan dan keberuntungan serta telah berhasil menggapai apa yang dicita-citakan. Mereka adalah kaum Mukminin yang telah beriman kepada Allah dan membenarkan para utusan Allah.
Sumber: https://tafsirweb.com/5893-surat-al-muminun-ayat-1.html
📚 Tafsir Al-Wajiz
Keutamaan: Diriwayatkan dari Imam Ahmad dan lainnya: bahwa Nabi SAW bersabda: Benar-benar telah turun kepadaku sepuluh ayat, barangsiapa melaksanakan/mendirikannya – tidak mengingkari isi kandungannya – maka akan masuk surga, kemudian membaca membaca qad aflahal mu’minun ayat 1 hingga ayat 10. Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman kenikmatan yang kekal selamanya. Diriwayatkan dari Annasai bahwa sayyidah ‘Aisyah radliyallahu ‘anha pernah ditanya tentang akhlak Rasulullah SAW, beliau menjawab: “Akhlak Rasul adalah Alquran.”, kemudian beliau membaca qad aflahal mu’minun hingga walladzina hum lifurujihim hafidhun yaitu ayat 5.
Kemudian beliau berucap: “Seperti inilah akhlak Rasul SAW
Sumber: https://tafsirweb.com/5893-surat-al-muminun-ayat-1.html
📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas)
Ayat 1-11 Diriwayatkan dari Yazid bin Babanus, dia berkata,"Kami bertanya kepada Aisyah,”Bagaimanakah akhlak Rasulullah SAW?" dia menjawab:”Akhlak Rasulullah SAW adalah Al-Qur'an” Kemudian dia membaca firmanNya: (Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman (1)) sampai dengan firmanNya: (dan orang-orang yang memelihara shalatnya (9)) dia berkata,”Demikianlah akhlak Rasulullah SAW" Firman Allah: (Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman (1)) yaitu sungguh mereka beruntung, berbahagia, dan mendapatkan keberhasilan dan mereka yang beriman dan mempunyai gambaran ini adalah ((yaitu) orang-orang yang khusyuk dalam shalatnya (2)) Ali bin Abi Thalhah meriwayatkan dari Ibnu Abbas tentang firmanNya, ("Khasyi'un") yaitu mereka adalah orang-orang yang takut dan tenang Diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib bahwa khusyuk adalah ketundukan hati. Hasan Al-Bahsri berkata bahwa ketundukan hati mereka membuat mereka menundukkan pandangan matanya dan merendahkan dirinya. Diriwayatkan dari Anas dari Rasulullah SAW bahwa beliau bersabda,”Aku dijadikan senang kepada wewangian, wanita, dan dijadikan kesenangan hatiku jika dalam shalat” Firman Allah: (dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna (3)) yaitu dari kebathilan yang mencakup kemusyrikan, sebagaimana yang dikatakan sebagian ulama. dan kemaksiatan sebagaimana yang dikatakan sebagian lainnya, serta semua perkataan dan perbuatan yang tidak berguna, sebagaimana Allah SWT berfirman: (dan apabila mereka bersua dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berguna, mereka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya) (Surah Al-Furqan: 72) Firman Allah: (dan orang-orang yang menunaikan zakat (4)) Menurut mayoritas ulama bahwa yang dimaksud dengan zakat di sini adalah zakat harta, padahal ayat ini adalah ayat Makkiyyah; dan sesungguhnya zakat itu difardhukan di Madinah, pada tahun kedua Hijriyah.
Yang jelas bahwa zakat yang difardhukan di Madinah itu hanya mengenai zakat yang mempunyai nishab dan takaran khusus. Karena sesungguhnya yang jelas bahwa prinsip zakat telah difardhukan sejak di Makkah. Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam surah Al-An'am yang merupakan surah Makkiyyah (dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya) (141)) Firman Allah: (dan orang-orang yang menjaga kemaluannya (5) kecuali terhadap istri-istri mereka atau budak yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela (6) Barang siapa mencari yang di balik itu, maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas (7)) yaitu, orang-orang yang memelihara farji mereka dari hal yang diharamkan.
Jadi mereka tidak terjerumus dalam hal-hal yang dilarang Allah, berupa zina dan liwath. Dan mereka tidak mendekati selain dari istri-istri yang dihalalkan Allah bagi mereka, atau budak-budak perempuan yang mereka miliki dari tawanan perang. Barangsiapa yang melakukan hal-hal yang dihalalkan Allah, maka tidak ada celaan dan dosa baginya.
Oleh karena itu Allah berfirman: (maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela (6) Barangsiapa mencari yang di balik itu) yaitu selain istri dan budak perempuannya (maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas) yaitu melampaui batas Imam Syafii dan orang-orang yang sepakat dengannya menjadikan ayat ini sebagai dalil atas pengharaman mastrubasi dengan tangan, (dan orang-orang yang menjaga kemaluannya (5) kecuali terhadap istri-istri atau budak yang mereka miliki) Imam Syafii berkata bahwa perbuatan itu di luar dari kedua perkara itu.
Dan sungguh Allah SWT berfirman: (Barang siapa mencari yang di balik itu, maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas (7)) Firman Allah: (Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya (8)) Yaitu jika mereka dipercaya, maka tidak berkhianat, bahkan menunaikan amanat itu kepada pemiliknya. Dan jika mereka berjanji atau mengadakan transaksi, maka mereka menunaikannya, tidak seperti sifat orang-orang munafik yang disabdakan Rasulullah SAW tentang mereka,”Tanda orang munafik ada tiga, yaitu: Apabila berbicara berdusta, apabila berjanji mengingkari, dan apabila dipercaya berkhianat” Firman Allah: (dan orang-orang yang memelihara shalatnya (9)) yaitu, mengerjakannya secara rutin pada waktunya. Sebagaimana yang dikatakan Ibnu Mas'ud,”Aku bertanya kepada Rasulullah SAW,”Wahai Rasulullah amal apakah yang paling disukai Allah?" Rasulullah SAW menjawab,"Mengerjakan shalat pada waktunya" Ibnu Mas'ud dan Masruq berkata tentang firmanNya: (dan orang-orang yang memelihara shalatnya (9)) yaitu pada waktu-waktu shalat.
Allah SWT membuka penyebutan sifat-sifat yang terpuji ini dengan menyebutkan shalat, kemudian menutupnya juga dengan penyebutan shalat. Hal ini menunjukkan keutamaan shalat. Setelah menggambarkan mereka dengan menegakkan sifat-sifat terpuji dan perbuatan-perbuatan yang baik dan benar ini, Allah berfirman: (Mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi (10) (yakni) yang akan mewarisi surga Firdaus.
Mereka kekal di dalamnya (11)) Orang-orang mukmin mewarisi tempat tinggal orang-orang kafir, karena pada mulanya orang-orang kafir itu diciptakan untuk menyembah hanya kepada Allah, tida ada sekutu bagiNya. Maka karena orang-orang mukmin mengerjakan apa yang diperintahkan kepada mereka berupa penyembahan, dan orang-orang kafir itu meninggalkan sesuatu yang diperintahkan kepada mereka berupa hal yang menjadi alasan mereka diciptakan , maka orang-orang mukmin merebut bagian orang-orang kafir seandainya mereka taat kepada Tuhan mereka. Saya berkata, ayat ini sama dengan firmanNya: (Itulah surga yang akan Kami wariskan kepada hamba-hamba Kami yang selalu bertakwa (63)) (Surah Maryam) dan (Dan itulah surga yang diwariskan kepada kalian disebabkan amal-amal yang dahulu kalian kerjakan (72)) (Surah Az-Zukhruf)
Sumber: https://tafsirweb.com/5893-surat-al-muminun-ayat-1.html
Informasi Tambahan
Juz
18
Halaman
342
Ruku
295