Kembali ke Surat Al-Mu'minun

المؤمنون (Al-Mu'minun)

Surat ke-23, Ayat ke-25

اِنْ هُوَ اِلَّا رَجُلٌۢ بِهٖ جِنَّةٌ فَتَرَبَّصُوْا بِهٖ حَتّٰى حِيْنٍ

Dia hanyalah seorang laki-laki yang gila, maka tunggulah (sabarlah) terhadapnya sampai waktu yang ditentukan.”

📚 Tafsir Al-Muyassar

24-25. Kemudian para tokoh kaumnya mendustakannya, dan berkata kepada masyarakat umum mereka, “Sesungguhnya dia hanya seorang manusia biasa seperti kalian, tidak memiliki kelebihan apa pun atas kalian. Dan dia tidak menginginkan dengan ajakannya, kecuali kekuasaan dan keunggulan di atas kalian.

Dan sekiranya Allah menghendaki untuk mengutus kepada kita seorang rasul, pastilah akan mengutus utusan dari kalangan malaikat. Kami tidak pernah mendengar ini pada orang-orang yang mendahului kami, dari bapak-bapak dan kakek-kakek kami. Dan tidaklah Nuh kecuali seorang lelaki yang telah terkena penyakit gila, maka tunggulah sampai dia sadar kembali, lalu dia akan meninggalkan dakwahnya itu, atau dia mati sehingga kalian akan bebas dari (pengaruh) nya.”

Sumber: https://tafsirweb.com/5917-surat-al-muminun-ayat-25.html

📚 Tafsir as-Sa'di

25 “ia tidak lain hanyalah seorang laki-laki yang berpenyakit gila,” maksudnya, yang terkenal penyakit gila “maka tunggulah (sabarlah) terhadapnya,” tunggulah “sampai suatu waktu,” sampai kematian menghampirinya. Syubhat-syubhat ini [yang] mereka kemukakan untuk menolak kenabian Nabi mereka menunjukkan dahsyatnya kekufuran dan penentangan mereka, dan (juga menandakan) bahwa mereka berada di puncak kebodohan dan kesesatan. Sesungguhnya lontaran-lontaran itu tidak dapat dipergunakan sebagai perlawanan dari segi apapun, seperti yang sudah kami jelaskan, bahkan mengandung sisi yang saling bertolak-belakang dan kontradiktif.

Perkataan mereka, “orang ini tidak lain hanyalah manusia seperti kamu, yang bermaksud hendak menjadi seorang yang lebih tinggi dari kamu,” maksudnya mereka mengakui keberadaan akal pada beliau untuk memperdayai mereka, guna menguasai dan memimpin mereka. Bersama dengan ini mesti diwaspadai agar tidak tertipu dengannya. Lalu bagaimana bisa omongan ini selaras dengan ucapan mereka,”ia tidakm lain hanyalah seorang laki-laki yang berpenyakit gila.” Bukankah ucapan ini tidak lain muncul dari penyerupa yang sesat, yang cara pandangnya terbalik, nalurinya ingin menolak dengan cara apa pun yang sesuai dengan kata hatinya, tidak memahami apa yang diucapkannya.

Allah enggan (menerimanya) kecuali untuk memperlihatkan kehinaan orang-orang yang memusuhi beliau dan para RasulNya.

Sumber: https://tafsirweb.com/5917-surat-al-muminun-ayat-25.html

📚 Tafsir Al-Wajiz

25. la tidak lain hanyalah seorang laki-laki yang berpenyakit gila, yang terganggu akal dan cara bicaranya. Maka tunggu dan sabarlah terhadap dia sampai suatu waktu, barang kali dia sembuh atau justru mati"

Sumber: https://tafsirweb.com/5917-surat-al-muminun-ayat-25.html

📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas)

Ayat 23-25 Allah SWT memberitahukan tentang nabi Nuh ketika Allah mengutusnya kepada kaumnya untuk memberikan peringatan kepada mereka tentang azab dan pembalasan Allah yang keras terhadap orang-orang yang menyekutukanNya, menentang perintahNya, dan mendustakan para rasulNya. (lalu ia berkata, "Hai kaumku sembahlah Allah oleh kalian (karena) sekali-kali tidak ada Tuhan bagi kalian selain Dia. Maka mengapa kalian tidak bertakwa (kepada-Nya)?”) yaitu apakah kalian tidak takut kepada Allah dalam tindakan kalian yang menyekutukanNya (Maka berkatalah para pemuka orang kafir) yaitu para pemimpin dan pembesar dari mereka (Orang ini tidak lain hanyalah manusia seperti kalian, yang bermaksud hendak menjadi seorang yang lebih tinggi dari pada kalian) mereka merasa lebih tinggi daripada kalian dan merasa lebih besar dengan mengaku sebagai seorang nabi, padahal dia adalah seorang manusia seperti kalian. Maka bagaimana bisa dia diberi wahyu, sedangkan kalian tidak? (Dan kalau Allah menghendaki, tentu Dia mengutus beberapa malaikat) yaitu sekiranya Allah berkehendak untuk mengutus seorang nabi, maka Dia mengutus malaikat dari sisiNya, bukan manusia (Belum pernah kami mendengar (seruan yang seperti) ini) yaitu pengutusan manusia menjadi rasul (pada (masa) nenek moyang kami yang dahulu) yang mereka maksud adalah para pendahulu dan nenek moyang mereka di masa lalu.

Firman Allah: (Ia tidak lain hanyalah seorang laki-laki yang berpenyakit gila) yaitu, orang gila dengan apa yang dia akui bahwa Allah mengutusnya kepada kalian, dan Dia mengkhususkannya dengan wahyu di antara kalian (maka tunggulah (sabarlah) terhadapnya sampai suatu waktu) yaitu tunggulah sampai kematian datang merenggutnya, dan bersabarlah terhadapnya selama beberapa saat, sehingga kalian akan terbebas darinya

Sumber: https://tafsirweb.com/5917-surat-al-muminun-ayat-25.html

Informasi Tambahan

Juz

18

Halaman

343

Ruku

296

Apabila kamu membaca Al-Quran, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk

Surah An-Nahl: 98

Adab Membaca Al-Quran

1. Suci dari Hadats

Pastikan dalam keadaan suci dari hadats besar dan kecil sebelum memegang dan membaca Al-Quran. Berwudhu terlebih dahulu merupakan salah satu bentuk penghormatan kepada kitab suci Al-Quran.

2. Niat yang Ikhlas

Membaca Al-Quran dengan niat mencari ridha Allah SWT, bukan untuk pamer atau mencari pujian. Niat yang ikhlas akan membawa keberkahan dalam membaca Al-Quran.

3. Menghadap Kiblat

Diutamakan menghadap kiblat saat membaca Al-Quran sebagai bentuk penghormatan dan mengikuti sunnah Rasulullah SAW. Posisi duduk yang sopan dan tenang juga dianjurkan.

4. Membaca Ta'awudz

Memulai dengan membaca ta'awudz dan basmalah sebelum membaca Al-Quran. Ta'awudz merupakan permintaan perlindungan kepada Allah dari godaan syaitan yang terkutuk.

5. Khusyuk dan Tenang

Membaca dengan tenang dan penuh penghayatan, memahami makna ayat yang dibaca. Tidak tergesa-gesa dan memperhatikan tajwid dengan baik.

6. Menjaga Kebersihan

Membaca Al-Quran di tempat yang bersih dan suci, serta menjaga kebersihan diri dan pakaian. Hindari membaca Al-Quran di tempat yang tidak pantas.

7. Memperindah Suara

Membaca Al-Quran dengan suara yang indah dan tartil, sesuai dengan kemampuan. Tidak perlu memaksakan diri, yang terpenting adalah membaca dengan benar sesuai tajwid.

Masukan & Feedback:info@finlup.id
© 2025 quran.finlup.id - All rights reserved