Kembali ke Surat Al-Baqarah

البقرة (Al-Baqarah)

Surat ke-2, Ayat ke-269

يُّؤْتِى الْحِكْمَةَ مَنْ يَّشَاۤءُ ۚ وَمَنْ يُّؤْتَ الْحِكْمَةَ فَقَدْ اُوْتِيَ خَيْرًا كَثِيْرًا ۗ وَمَا يَذَّكَّرُ اِلَّآ اُولُوا الْاَلْبَابِ

Dia memberikan hikmah kepada siapa yang Dia kehendaki. Barangsiapa diberi hikmah, sesungguhnya dia telah diberi kebaikan yang banyak. Dan tidak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali orang-orang yang mempunyai akal sehat.

📚 Tafsir Al-Muyassar

Allah menganugrahkan kebenaran dalam ucapan dan perbuatan kepada siapa saja yang dikehendakiNya dari hamba-hambaNya. Dan barang siapa telah Allah anugrahkan itu kepadanya, maka sungguh Dia telah memberinya kebaikan yang melimpah ruah. Dan tidak ada orang-orang yang mengingat-ingat ini dan mendapatkan manfaat darinya, kecuali orang-orang yang mempunyai akal-akal yang bersinar dengan cahaya dari Allah dan hidayah dariNya.

Sumber: https://tafsirweb.com/1035-surat-al-baqarah-ayat-269.html

📚 Tafsir as-Sa'di

269. Tatkala Allah menjelaskan orang-orang yang menafkahkan hartanya, dan bahwa Allah-lah yang memberi kepada mereka dan mengaruniakan kepada mereka harta yang mampu mereka keluarkan nafkahnya di jalan-jalan kebaikan, dan dengan itu mereka memperoleh kedudukan yang mulia, Allah menyebut hal tersebut, yaitu Allah akan memberi hikmah kepada siapa yang di kehendakiNya dari hamba-hambaNya dan siapa yang dia kehendaki kebaikan padanya dari hamba-hambaNya. Hikmah itu adalah ilmu-ilmu yang bermanfaat yang bermanfaat, pengetahuan yang benar, akal yang lurus, pemikiran yang matang, dan terciptanya kebenaran dalam perkataan maupun perbuatan.

Inilah anugrah yang paling utama dan karunia yang baik. karena itu Allah berfirman, ”Dan barang siapa yang dianugerahi hikmah, dia benar-benar telah di anugerahi karunia yang banyak.” karena dia telah keluar dari gelapnya kebodohan kepada cahaya petujuk, dari kepandingan penyimpangan perkataan dan kebenaran menuju tepatnya kebenaran padanya, serta terciptanya kebenaran, dan kerena ia telah menyempurnakan dirinya dengan kebajikan yang agung dan bermanfaat untuk makhluk dengan manfaat yang paling besar dalam agama dan dunia mereka.

Seluruh perkara tidak akan berjalan baik kecuali dengan hikmah, yaitu meletakan segala sesuatu pada tempatnya dan menempatkan segala perkara pada posisinya masing-masing, mendahulukan perkara yang harus di dahulukan, megulur perkara yang memang harus di ulur. Akan tetapi perkara yang agung ini tidak akan di ingat dan tidak akan mengetahui derajat pemberian yang besar ini ”Kecuali orang-orang yang berakal.” mereka itu adalah orang-orang yang memiliki akal sehat dan cita-cita yang sempurna mereka itulah yang mengetahui yang berguna lalu mereka melakukanya dan juga mengetahui yang mudharat lalu mereka meninggalkannya. Kedua perkara ini yaitu mengarahkan nafkah harta-harta dan mengarahkan hikmah keilmuan adalah lebih utama bagi orang yang mendekatkan diri denganya kepada Allah dan perkara yang paling tinggi yang menyampaikanya kepada kemuliaan yang paling agung. ke dua perkara itulah yang disebutkan Nabi sholallohu lalaihi wasallam dalam sabdanya, ”Tidak boleh hasad kecuali dua perkara (pertama) seseorang di berikan oleh Allah harta lalu ia menguasainya dengan menghabiskannya dalam kebenaran, dan (kedua) seseorang yang di berikan oleh Allah al-Hikmah lalu dia mengajarkannya kepada manusia.

Sumber: https://tafsirweb.com/1035-surat-al-baqarah-ayat-269.html

📚 Tafsir Al-Wajiz

269. Allah memberi ilmu, pengertian tentang rahasia Al-Qur’an, pemahaman tentang berbagai perkara, terjadian suatu ucapan dan perbuatan, dan penempatan sesuatu pada tempatnya kepada hambaNya yang dikehendaki. Dan barangsiapa diberi hikmah (ilmu yang bermanfaat) maka sungguh dia telah meraik kebaikan dunia akhirat.

Dan tidak ada yang bisa mengambil pelajaran dari hikmah-hikmah Al-Qur’an dan wahyu kecuali orang-orang yang memiliki akal sehat

Sumber: https://tafsirweb.com/1035-surat-al-baqarah-ayat-269.html

📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas)

Ayat 267-269 Allah SWT memerintahkan hamba-hambaNya yang mukmin untuk berinfak. Yang dimaksud di sini adalah sedekah. Ibnu Abbas berkata,"Dari harta yang baik yang diberikan kepada mereka, yang dperoleh melalui usaha." Mujahid berkata, "Yaitu perdagangan, yang dipermudah bagi mereka." Ibnu Abbas berkata, "Allah memerintahkan mereka untuk bersedekah dari harta yang paling baik, paling mulia, dan diri mereka sendiri.

Allah melarang mereka untuk bersedekah dengan harta yang rendah nilainya dan hina, yaitu harta yang buruk. Sesungguhnya Allah Maha Suci, Dia tidak menerima kecuali yang suci. Oleh karena itu Allah berfirman, (Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk) yaitu kalian bersedekah dengan yang buruk (lalu kamu menafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya), yaitu jika kalian diberi harta itu, maka kalian tidak akan mengambilnya, kecuali kalian mengabaikannya.

Allah tidak membutuhkan hal itu dari kalian, jadi janganlah memberi Allah sesuatu yang kalian benci. Dikatakan bahwa makna (Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya) yaitu janganlah kalian mengambil harta yang halal dan bersedekah dengan harta yang haram dan menjadikannya sebagai infak kalian. Diriwayatkan dari Al-Bara' bin 'Azib terkait firman Allah (Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu.

Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya….) Dia berkata,”Ayat ini turun mengenai kaum Anshar. Mereka pada musim kurma yang belum matang sepenuhnya, mereka menggantungkannya di antara dua tiang di masjid Rasulullah SAW. Lalu orang-orang miskin dari golongan Muhajirin memakannya, kemudian ada di antara mereka yang menginginkan hal itu, lalu dia diberi beberapa ikat kurma mentah.

Mereka mengira hal itu dibolehkan. Oleh karena itu Allah menurunkan ayat ini untuk orang yang melakukan hal itu. (Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya) Diriwayatkan dari Abdullah bin Ma'qil, tentang ayat ini (Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya) dia berkata: "Usaha seorang Muslim tidak akan menjadi buruk, tetapi janganlah dia bersedekah dengan kurma mentah, uang palsu dan barang yang tidak ada manfaatnya" Ali bin Abi Thalhah meriwayatkan dari Ibnu Abbas terkait firman Allah: (padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya) Dia berkata,”Jika pada diri kalian ada hak seseorang, lalu dia datang kepada kalian dengan hak yang bukan merupakan hak kalian itu, maka janganlah kalian mengambil hak itu dengan memilih yang baik-baik saja (untuk kalian sehingga kalian menguranginya. Karena itu Allah berfirman: (melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya) Maka bagaimana kalian ridha terhadapku atas apa yang tidak kalian ridhai untuk diri kalian sendiri, dan hakku atas kalian adalah harta yang paling baik dari kalian dan dari diri kalian?

Firman Allan (Dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji) yaitu jika Dia memerintahkan kalian untuk bersedekah dengan sebagian dari harta yang baik, Dia tidak memerlukan itu. Hal itu tidak lain hanya untuk menyamaratakan antara orang kaya dan orang miskin, sebagaimana firmanNya: (Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya) (Surah Al-Hajj: 37) Dia tidak membutuhkan seluruh makhlukNya namun seluruh makhlukNyalah yang butuh kepadaNya.

Dia Maha Luas karuniaNya, dan apa yang dimilikiNya tidak akan habis. Maka barangsiapa yang bersedekah dengan sedekah dari hasil usaha yang baik, hendaklah dia tahu bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Luas dalam memberi, Maha Mulia lagi Maha Memberi. Dia akan memberikan balasan atas sedekah tersebut, dan akan melipatgandakan pahalanya berlipat-lipat.

Siapa saja yang memberi pinjaman kepada orang lain tanpa mengejar keuntungan dan melakukan kezaliman, sedangkan Dialah Dzat Yang Maha Terpuji, yaitu yang terpuji dalam segala tindakan, firman, hukum, dan takdirNya. Tidak ada Tuhan dan Rabb selain Dia. Firman Allah: (Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir); sedang Allah menjadikan untukmu ampunan dariNya dan karunia.

Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui (268)). Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas'ud dia berkata: "Sesungguhnya setan memiliki pasukan di dalam diri anak Adam, begitu juga malaikat memiliki pasukan di dalamnya. Adapun pasukan setan adalah mendatangkan kejahatan dan mendustakan yang benar.

Sedangkan pasukan malaikat adalah mendatangkan kebaikan dan membenarkan yang benar. Maka barangsiapa merasakan hal itu, hendaklah dia tahu bahwa itu berasal dari Allah. Maka hendaklah dia memuji Allah.

Barangsiapa merasakan yang sebaliknya, hendaklah dia berlindung dari setan." Lalu dia membaca ayat: (Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir); sedang Allah menjadikan untukmu ampunan dariNya dan karunia….). Makna firman Allah SWT: (Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan) yaitu dia menakut-nakuti kalian dengan kemiskinan agar kalian menahan harta yang ada pada kalian sehingga kalian tidak menginfakannya untuk meraih keridhaan Allah. (dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir))." yaitu bersama dengan melarang kalian untuk tidak menginfakkan harta, karena takut miskin, dia menyuruh kalian untuk berbuat maksiat, berbuat dosa, dan melanggar terhadap norma, sebagaimana firmanNya: (sedang Allah menjadikan untukmu ampunan dariNya) yaitu sebagai balasan atas perintah setan untuk berbuat maksiat. (dan karunia) yaitu sebagai balasan untuk apa yang ditakut-takutkan oleh setan kepada kalian berupa kemiskinan. (Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui) Terkait firman Allah: (Allah menganugerahkan hikmah kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya) Ali bin Abi Thalhah meriwayatkan dari Ibnu Abbas: yaitu pengetahuan tentang Al-Qur'an, baik tentang ayat yang menasakh maupun ayat yang dinasakh, yang muhkamah dan yang mutasyabihat, yang mengawali dan yang mengakhiri, hukum halal dan haramnya, serta perumpamaan-perumpamaannya. Ibnu Abu Najih meriwayatkan dari Mujahid: “yang dimaksud dengan hikmah adalah tujuan dari firman itu” Abu Al-'Aliyah berkata: “Hikmah adalah takut kepada Allah, karena sesungguhnya takut kepada Allah adalah inti dari segala hikmah” Abu Malik berkata: “Hikmah adalah sunnah.

Ibnu Wahb meriwayatkan dari Malik, “Zaid bin Aslam berkata: “Hikmah adalah akal. Yang benar adalah bahwa hikmah itu seperti yang dinyatakan oleh mayoritas ulama’ yaitu tidak hanya terbatas pada nubuwwah, bahkan lebih umum dari itu. Puncaknya adalah nubuwwah, dan risalah itu lebih khusus.

Akan tetapi pengikut-pengikut para nabi mendapatkan bagian dari kebaikan melalui mengikutinya, sebagaimana disebutkan dalam beberapa hadits: “Tidak ada kedengkian kecuali terhadap dua orang, yaitu “Seseorang yang diberi harta oleh Allah, lalu dia mengaturnya dan menghabiskannya dalam kebenaran, dan seseorang yang diberikan hikmah oleh Allah lalu dia menunaikannya dan mengajarkannya. Firman Allah: (Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran) yaitu tidak ada yang akan mendapatkan manfaat dari pelajaran dan peringatan itu kecuali orang-orang yang memiliki hati dan akal, yang dapat memahami dan makna firman itu.

Sumber: https://tafsirweb.com/1035-surat-al-baqarah-ayat-269.html

Informasi Tambahan

Juz

3

Halaman

45

Ruku

38

Apabila kamu membaca Al-Quran, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk

Surah An-Nahl: 98

Adab Membaca Al-Quran

1. Suci dari Hadats

Pastikan dalam keadaan suci dari hadats besar dan kecil sebelum memegang dan membaca Al-Quran. Berwudhu terlebih dahulu merupakan salah satu bentuk penghormatan kepada kitab suci Al-Quran.

2. Niat yang Ikhlas

Membaca Al-Quran dengan niat mencari ridha Allah SWT, bukan untuk pamer atau mencari pujian. Niat yang ikhlas akan membawa keberkahan dalam membaca Al-Quran.

3. Menghadap Kiblat

Diutamakan menghadap kiblat saat membaca Al-Quran sebagai bentuk penghormatan dan mengikuti sunnah Rasulullah SAW. Posisi duduk yang sopan dan tenang juga dianjurkan.

4. Membaca Ta'awudz

Memulai dengan membaca ta'awudz dan basmalah sebelum membaca Al-Quran. Ta'awudz merupakan permintaan perlindungan kepada Allah dari godaan syaitan yang terkutuk.

5. Khusyuk dan Tenang

Membaca dengan tenang dan penuh penghayatan, memahami makna ayat yang dibaca. Tidak tergesa-gesa dan memperhatikan tajwid dengan baik.

6. Menjaga Kebersihan

Membaca Al-Quran di tempat yang bersih dan suci, serta menjaga kebersihan diri dan pakaian. Hindari membaca Al-Quran di tempat yang tidak pantas.

7. Memperindah Suara

Membaca Al-Quran dengan suara yang indah dan tartil, sesuai dengan kemampuan. Tidak perlu memaksakan diri, yang terpenting adalah membaca dengan benar sesuai tajwid.

Masukan & Feedback:info@finlup.id
© 2025 quran.finlup.id - All rights reserved