Kembali ke Surat An-Nur

النّور (An-Nur)

Surat ke-24, Ayat ke-22

وَلَا يَأْتَلِ اُولُو الْفَضْلِ مِنْكُمْ وَالسَّعَةِ اَنْ يُّؤْتُوْٓا اُولِى الْقُرْبٰى وَالْمَسٰكِيْنَ وَالْمُهٰجِرِيْنَ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ ۖوَلْيَعْفُوْا وَلْيَصْفَحُوْاۗ اَلَا تُحِبُّوْنَ اَنْ يَّغْفِرَ اللّٰهُ لَكُمْ ۗوَاللّٰهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ

Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kerabat(nya), orang-orang miskin dan orang-orang yang berhijrah di jalan Allah, dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak suka bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.

📚 Tafsir Al-Muyassar

Dan janganlah orang terhormat dalam agama dan memiliki kelapangan dalam harta, bersumpah untuk tidak mau menyambung hubungan silaturahmi dengan kaum kerabatnya yang miskin, orang-orang yang membutuhkan uluran tangan yang mana mereka tidak memiliki sesuatu yang bisa menutupi dan mencukupi kebuthan mereka dan kaum Muhajirin fi sabilillah, dan menghentikan pemberian nafkah hidup bagi mereka, gara-gara dosa yang mereka perbuat; dan hendaknya memaafkan kesalahan mereka dan tidak menghukum mereka. Tidakkah kalian suka Allah memaafkan kalian? Maka maafkanlah kesalahan mereka.

Allah Maha Pengampun bagi hamba-hambaNya, lagi Maha Penyayang terhadap mereka. Di sini, terkandung ajakan untuk memaafkan dan lapang dada, meskipun diperlakukan buruk.

Sumber: https://tafsirweb.com/6150-surat-an-nur-ayat-22.html

📚 Tafsir as-Sa'di

22. ”dan janganlah bersumpah,” maksudnya mengeluarkan sumpah “orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan diantara kamu bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kaum kerabat(nya), orang-orang yang miskin dan orang-orang yang berhijrah pada jalan Allah, dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang adda,” diantara orang yang larut dalam berita dusta ini adalah Mistah bin utasah, dia masih kerabat Abu Bakar ash-shidiq. Mistah seorang yang fakir dari golongan Muhajirin di jalan Allah. Abu bakar bersumpah untuk tidak memberikan nafkah lagi kepada Misthah, karena ia telah mengabarkan berita dusta.

Maka turunlah ayat ini, [Allah melarangnya] dari sumpah (yang mengandung substansi) menghentikan pemberian nafkah baginya, menganjurkan abu bakar untuk memaafkan dan berlapang dada dan menjanjikan padanya ampunan bila ia berkenan memaafkannya. Lalu Allah berfirman, “apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu?

Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” Bila kalian memperlakukan hambaNya dengan sikap maaf dan lapang dada, niscaya Allah akan memperlakukan kalian seperti itu. Mendengar ayat ini, abu bakar berkata, “ Ya, demi Allah, sungguh aku benar-benar senang bila Allah mengampuniku.” Selanjutnya, Abu bakar kembali memberikan nafkah kepada Misthah. Dalam ayat ini, termuat dalil tentang pemberian nafkah kepada kerabat, dan bahwa pemberian nafkah dan curahan kebaikan (dari seseorang) tidak boleh di putus disebabkan perbuatan maksiat yang dia lakukan, serta anjuran untuk memberikan maaf dan berlapang dada, walaupun para pelaku kejelekan tersebut (masih terus) melakukan kejelekannya.

Sumber: https://tafsirweb.com/6150-surat-an-nur-ayat-22.html

📚 Tafsir Al-Wajiz

22. Dan Jangan sampai orang yang memiliki keutamaan, kebaikan, kekayaan dan kesejahteraan itu bersumpah untuk tidak memberikan hartanya kepada kerabat, orang miskin, orang-orang yang berhijrah di jalan Allah untuk mencari ridhaNya. Sebaiknya mereka memaafkan dan mengampuni dosa dan perbuatan buruk mereka.

Apakah kalian tidak ingin Allah mengampuni kalian karena memaafkan dan mengampuni orang-orang yang menyakiti (kalian). Allah adalah Dzat yang Maha Pengampun dosa-dosa orang-orang yang taat dan Maha Pengasih bagi hamba-hambaNya yang beriman dengan segala kesempurnaan kuasaNya. Maka lebih berakhlaklah kalian kepadaNya.

Sumber: https://tafsirweb.com/6150-surat-an-nur-ayat-22.html

📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas)

Allah SWT berfirman: (Dan janganlah bersumpah) dari kata “Al-Alyah” yaitu bersumpah, yaitu “jangan bersumpah” (orang-orang yang mempunyai kelebihan di antara kalian) yaitu kelebihan harta, bersedekah, dan berbuat kebaikan (dan kelapangan) yaitu kesejahteraan (untuk tidak akan memberikan bantuan kepada kaum kerabat(nya), orang-orang miskin, dan orang-orang yang berhijrah pada jalan Allah) yaitu janganlah bersumpah bahwa kalian tidak menyambung silaturahim dengan kerabat kalian, orang-orang miskin, dan kaum Muhajirin. Ini mengandung anjuran yang sangat untuk berbelas kasih dan lemah lembut untuk bersilaturahim. Oleh karena itu Allah SWT berfirman: (dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada) yaitu dari apa yang diberikan mereka berupa keburukan dan sikap menyakitkan.

Hal ini termasuk sifat Penyantun, Kemuliaan, dan Kelembutan Allah SWT kepada makhlukNya, padahal mereka menzalimi diri sendiri. Ini diturunkan tentang sahabat Abu Bakar Ash-Shiddiq ketika dia bersumpah bahwa dia tidak akan memberikan bantuannya lagi kepada Misthah bin Atsatsah untuk selamanya. Hal ini terjadi setelah Misthah berkata beberapa hal yang telah disebutkan tentang Aisyah.

Setelah Allah menurunkan wahyu yang membersihkan diri Aisyah sehingga hati Aisyah senang dan tentram, dan Allah menerima taubat orang-orang yang membicarakan hal itu dari kalangan orang-orang mukmin, lalu ditegakkan hukuman had kepada sebagian dari mereka. Maka Allah SWT beralih kepada Abu Bakar Ash-Shiddiq agar berbelas kasih kepada kerabatnya dan orang yang memiliki hubungan dengannya, yaitu Misthah bin Atsatsah. Sesungguhnya dia adalah anak bibi Abu Bakar, dan dia adalah orang yang miskin dan tidak memiliki harta kecuali apa yang dia terima dari Abu Bakar.

Dia juga salah seorang dari kaum Muhajirin yang berjihad di jalan Allah. Tetapi dia terpeleset dan melakukan suatu kesalahan, kemudian Allah menerima taubatnya, dan menjalani hukuman had akibat kesalahannya itu. dan Abu Bakar adalah seorang yang bijak dan dermawan. Dia suka memberi bantuan, baik kepada kerabatnya maupun orang lain.

Ketika ayat ini turun hingga firmanNya: (Apakah kalian tidak ingin bahwa Allah mengampuni kalian?). Karena sesungguhnya setiap amal perbuatan itu mendapat balasan sesuai dengan jenis amalnya, sebagaimana kamu mengampuni dosa orang yang berdosa kepadamu, maka Kami mengampuni dosa-dosamu. Dan sebagaimana kamu memaafkan, maka Kami memaafkanmu.

Maka pada saat itu juga Abu Bakar berkata, "Benar, demi Allah, sesungguhnya kami suka jika Engkau memberikan ampunan kepada kami, wahai Tuhan kami" Kemudian Abu Bakar kembali memberikan bantuannya kepada Misthah. lalu berkata, "Demi Allah, aku tidak akan mencabutnya selamanya" Ini untuk mengimbangi apa yang telah dikatakannya, yakni ucapannya,"Demi Allah, aku tidak akan memberinya bantuan lagi sedikit pun selamanya" Oleh karena itu Abu Bakar sesuai dengan julukannya, yaitu Ash-Shiddiq; semoga Allah meridhainya, dan putrinya

Sumber: https://tafsirweb.com/6150-surat-an-nur-ayat-22.html

Informasi Tambahan

Juz

18

Halaman

352

Ruku

303

Apabila kamu membaca Al-Quran, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk

Surah An-Nahl: 98

Adab Membaca Al-Quran

1. Suci dari Hadats

Pastikan dalam keadaan suci dari hadats besar dan kecil sebelum memegang dan membaca Al-Quran. Berwudhu terlebih dahulu merupakan salah satu bentuk penghormatan kepada kitab suci Al-Quran.

2. Niat yang Ikhlas

Membaca Al-Quran dengan niat mencari ridha Allah SWT, bukan untuk pamer atau mencari pujian. Niat yang ikhlas akan membawa keberkahan dalam membaca Al-Quran.

3. Menghadap Kiblat

Diutamakan menghadap kiblat saat membaca Al-Quran sebagai bentuk penghormatan dan mengikuti sunnah Rasulullah SAW. Posisi duduk yang sopan dan tenang juga dianjurkan.

4. Membaca Ta'awudz

Memulai dengan membaca ta'awudz dan basmalah sebelum membaca Al-Quran. Ta'awudz merupakan permintaan perlindungan kepada Allah dari godaan syaitan yang terkutuk.

5. Khusyuk dan Tenang

Membaca dengan tenang dan penuh penghayatan, memahami makna ayat yang dibaca. Tidak tergesa-gesa dan memperhatikan tajwid dengan baik.

6. Menjaga Kebersihan

Membaca Al-Quran di tempat yang bersih dan suci, serta menjaga kebersihan diri dan pakaian. Hindari membaca Al-Quran di tempat yang tidak pantas.

7. Memperindah Suara

Membaca Al-Quran dengan suara yang indah dan tartil, sesuai dengan kemampuan. Tidak perlu memaksakan diri, yang terpenting adalah membaca dengan benar sesuai tajwid.

Masukan & Feedback:info@finlup.id
© 2025 quran.finlup.id - All rights reserved