Kembali ke Surat An-Nur

النّور (An-Nur)

Surat ke-24, Ayat ke-26

اَلْخَبِيْثٰتُ لِلْخَبِيْثِيْنَ وَالْخَبِيْثُوْنَ لِلْخَبِيْثٰتِۚ وَالطَّيِّبٰتُ لِلطَّيِّبِيْنَ وَالطَّيِّبُوْنَ لِلطَّيِّبٰتِۚ اُولٰۤىِٕكَ مُبَرَّءُوْنَ مِمَّا يَقُوْلُوْنَۗ لَهُمْ مَّغْفِرَةٌ وَّرِزْقٌ كَرِيْمٌ ࣖ

Perempuan-perempuan yang keji untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji untuk perempuan-perempuan yang keji (pula), sedangkan perempuan-perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik untuk perempuan-perempuan yang baik (pula). Mereka itu bersih dari apa yang dituduhkan orang. Mereka memperoleh ampunan dan rezeki yang mulia (surga).

📚 Tafsir Al-Muyassar

Setiap yang keji dari kaum lelaki dan kaum perempuan, ucapan-ucapan dan perbuatan-perbuatan akan cocok, sejalan dan sesuai dengan yang keji pula. Dan setiap yang baik dari kaum lelaki dan kaum perempuan, ucapan dan perbuatan akan cocok dan sesuai dengan yang baik-baik (pula). Para lelaki dan wanita yang baik-baik bersih dari tuduhan buruk yang dilontarkan oleh orang-orang keji.

Mereka akan mendapatkan ampunan dari Allah yang akan menutupi dosa-dosa mereka dan mendapatka rizki yang baik di surga.

Sumber: https://tafsirweb.com/6154-surat-an-nur-ayat-26.html

📚 Tafsir as-Sa'di

26 “wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula),” maksudnya, setiap yang keji dari kaum lelaki dan wanita (berupa) kata-kata dan perbuatan-perbuatan akan bersesuaian, sejalan dan serupa dengan yang keji. Dan setiap yang baik, dari kalangan lelaki dan wanita (berupa) kata-kata dan perbuatan-perbuatan akan selaras, bertalian dan menyerupai dengan kebaikan. Ini adalah ungkapn umum, dan pembingkaian yang tidak ada sesuatupun yang keluar darinya.

Dan komponennya yang paling agung adalah bahwa para nabi, (khususnya dari kalangan ulul azmi, terutama penghulu mereka, Nabi Muhammad, yang merupakan sebaik-baik insan secara mutlak) mereka tidak sederajat kecuali dengan wanita-wanita yang baik. Jadi, mencoreng kehormatan aisyah dengan tuduhan ini (perzinaan) berarti telah mencoreng Nabi. Sebenarnya, beliaulah yang dibidik oleh orang-orang munafik dengan dusta mereka.

Dengan status aisyah sebagi istri rasulullah semata sudah diketahui bahwa aisyah adalah wanita yang baik lagi bersih dari perkara yang nista itu. Bagaimana mungkin (fitnah) itu terjadi sedangkan dia adalah wanita yang paling besar kepercayaannya (kepada nabi), paling utama, paling berilmu, dan terbaik, seorang kekasih bagi utusan Allah yang tidak pernah terjadi wahyu diturunkan kepada beliau ketika berada dalam selimut bersama para istri-istri selain dia?! Kemudian Allah menegaskan hal ini, di mana tidak menyisakan komentar lagi para penolak, dan tidak ada ruang untuk ragu-ragu dan syubhat.

Allah berfirman, ”mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu),” pada asalnya, isyarat ini mengarah kepada aisyah, sedangkan para wanita Mukminah yang baik-baik, yang tidak pernah berpikir untuk berbuat tak senonoh ikut masuk kedalam konteksnya yaitu mendapatkan “ampunan”, yang menghapuskan semua dosa ”dan rizki yang mulia,” di surga, yang berasal dari Rabb Yang Mahamulia.

Sumber: https://tafsirweb.com/6154-surat-an-nur-ayat-26.html

📚 Tafsir Al-Wajiz

26. Wanita-wanita yang buruk itu untuk lelaki yang buruk begitu juga sebaliknya. Setiap mereka tidak memberi kebaikan satu sama lain dalam hal itu dan memang dikhususkan untuk yang serupa dengannya.

Dan wanita-wanita baik yang suci itu untuk laki-laki baik yang suci, begitu juga sebaliknya, sehingga masing-masing jenis itu sesuai dengan jenisnya. Rasulallah SAW adalah sebaik-baik manusia, dan isteri-isterinya adalah sebaik-baik wanita. Mereka itu adalah para lelaki dan wanita baik yang berlepas diri dari sesuatu yang diucapkan oleh orang-orang yang suka berbuat buruk dan berbohong dalam kebenaran mereka dengan membuat kepalsuan.

Dan bagi mereka itu ampunan (penutup) dari Tuhan mereka atas dosa-dosa mereka dan rejeki surga.

Sumber: https://tafsirweb.com/6154-surat-an-nur-ayat-26.html

📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas)

Ibnu Abbas berkata bahwa perkataan yang keji hanya pantas dilemparkan kepada lelaki yang berwatak keji, dan laki-laki yang keji hanya pantas menjadi bahan pembicaraan perkataan yang keji. Perkataan yang baik-baik hanya pantas kepada lelaki yang baik-baik, dan lelaki yang baik-baik hanya pantas menjadi bahan pembicaraan perkataan yang baik-baik. Ibnu Abbas berkata bahwa ayat ini diturunkan tentang Aisyah dan orang-orang yang membuat-buat kebohongan.

Demikian juga diriwayatkan dari Mujahid, ‘Atha’, Sa'id bin Jubair, Asy-Syabi’, Hasan Al-Bashri, Habib bin Abi Tsabit, dan Adh-Dhahhak. Ibnu Jarir memilih pendapat ini dan memberikan pendapatnya, bahwa perkataan yang keji pantas untuk orang yang keji, dan perkataan yang baik pantas kepada orang yang baik. Dan apa yang dikatakan orang-orang yang menyebar berita dusta terhadap Aisyah, sebenarnya merekalah yang lebih utama menyandang hal itu.

Aisyah lebih utama mendapat predikat bersih dan suci daripada mereka. Oleh karena itu Allah SWT: (Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh para penuduhnya) Abdurrahman bin Zaid bin Aslam berkata bahwa para wanita yang keji adalah untuk para laki-laki yang keji dari. Dan para lelaki yang keji adalah untuk para wanita yang keji.

Para wanita yang baik itu untuk para laki-laki yang baik. Dan para laki-laki yang baik itu untuk para wanita yang baik. Ini juga merujuk kepada apa yang telah dikatakan oleh para ulama itu sebagai suatu kepastian, yaitu bahwa tidaklah Allah menjadikan Aisyah sebagai istri Rasulullah SAW melainkan karena dia adalah wanita yang baik, karena Rasulullah SAW adalah manusia terbaik di antara yang baik.

Seandainya Aisyah adalah seorang wanita yang keji maka tidak pantas, baik menurut penilaian syari'at maupun martabat, Oleh karena itu Allah SWT berfirman: (mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka yang melancarkan tuduhan) yaitu, mereka jauh dari apa yang dituduhkan orang-orang yang menyebar berita bohong dan musuh-musuhnya (Bagi mereka ampunan) yaitu karena kedustaan yang dilemparkan terhadap mereka (dan rezeki yang mulia) yaitu di sisi Allah yaitu surga yang penuh dengan kenikmatan. Di dalam ayat ini terkandung suatu janji bahwa istri Rasulullah SAW itu masuk surga

Sumber: https://tafsirweb.com/6154-surat-an-nur-ayat-26.html

Informasi Tambahan

Juz

18

Halaman

352

Ruku

303

Apabila kamu membaca Al-Quran, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk

Surah An-Nahl: 98

Adab Membaca Al-Quran

1. Suci dari Hadats

Pastikan dalam keadaan suci dari hadats besar dan kecil sebelum memegang dan membaca Al-Quran. Berwudhu terlebih dahulu merupakan salah satu bentuk penghormatan kepada kitab suci Al-Quran.

2. Niat yang Ikhlas

Membaca Al-Quran dengan niat mencari ridha Allah SWT, bukan untuk pamer atau mencari pujian. Niat yang ikhlas akan membawa keberkahan dalam membaca Al-Quran.

3. Menghadap Kiblat

Diutamakan menghadap kiblat saat membaca Al-Quran sebagai bentuk penghormatan dan mengikuti sunnah Rasulullah SAW. Posisi duduk yang sopan dan tenang juga dianjurkan.

4. Membaca Ta'awudz

Memulai dengan membaca ta'awudz dan basmalah sebelum membaca Al-Quran. Ta'awudz merupakan permintaan perlindungan kepada Allah dari godaan syaitan yang terkutuk.

5. Khusyuk dan Tenang

Membaca dengan tenang dan penuh penghayatan, memahami makna ayat yang dibaca. Tidak tergesa-gesa dan memperhatikan tajwid dengan baik.

6. Menjaga Kebersihan

Membaca Al-Quran di tempat yang bersih dan suci, serta menjaga kebersihan diri dan pakaian. Hindari membaca Al-Quran di tempat yang tidak pantas.

7. Memperindah Suara

Membaca Al-Quran dengan suara yang indah dan tartil, sesuai dengan kemampuan. Tidak perlu memaksakan diri, yang terpenting adalah membaca dengan benar sesuai tajwid.

Masukan & Feedback:info@finlup.id
© 2025 quran.finlup.id - All rights reserved