النّور (An-Nur)
Surat ke-24, Ayat ke-40
اَوْ كَظُلُمٰتٍ فِيْ بَحْرٍ لُّجِّيٍّ يَّغْشٰىهُ مَوْجٌ مِّنْ فَوْقِهٖ مَوْجٌ مِّنْ فَوْقِهٖ سَحَابٌۗ ظُلُمٰتٌۢ بَعْضُهَا فَوْقَ بَعْضٍۗ اِذَآ اَخْرَجَ يَدَهٗ لَمْ يَكَدْ يَرٰىهَاۗ وَمَنْ لَّمْ يَجْعَلِ اللّٰهُ لَهٗ نُوْرًا فَمَا لَهٗ مِنْ نُّوْرٍ ࣖ
Atau (keadaan orang-orang kafir) seperti gelap gulita di lautan yang dalam, yang diliputi oleh gelombang demi gelombang, di atasnya ada (lagi) awan gelap. Itulah gelap gulita yang berlapis-lapis. Apabila dia mengeluarkan tangannya hampir tidak dapat melihatnya. Barangsiapa tidak diberi cahaya (petunjuk) oleh Allah, maka dia tidak mempunyai cahaya sedikit pun.
📚 Tafsir Al-Muyassar
Atau perbuatan-perbuatan mereka itu diumpamakan seperti kegelapan-kegelapan di laut yang dalam, yang di atasnya ada gelombang, dan tertutupi gelombang lainnya, dan di atasnya terdapat awan tebal. Kegelapan-kegelapan pekat, yang sebagiannya berada di atas sebagian yang lain. Apabila orang yang melihat mengeluarkan tangannya, ia hampir-hampir tidak dapat melihatnya, lantaran pekatnya kegelapan-kegelapan itu.
Orang-orang kafir telah bertumpuk-tumpuk pada mereka kegelapan syirik, kesesatan dan rusaknya amal perbuatan mereka. Karenanya, barangsiapa yang Allah tidak menjadikan cahaya baginya, melalui kitab suciNya dan sunnah NabiNya yang dapat ia jadikan sumber petunjuk, maka tidak ada pemberi petunjuk baginya.
Sumber: https://tafsirweb.com/6168-surat-an-nur-ayat-40.html
📚 Tafsir as-Sa'di
40 perumpamaan kedua tentang kebatilan amalan orang-orang kafir “atau seperti gelap gulita di lautan yang dalam,” dasarnya dalam dan jangkauannya luas “yang diliputi oleh ombak, yang diatasnya ombak (pula), diatasnya (lagi) awan; gelap gulita yang bertindih-tindih,” kegelapan laut yang dalam, kemudian dipermukaannya kegelapan gelombang yang bergulung-gulung, dan (dinaungi) di atasnya kegelapan awan yang hitam, lantas diselimuti kegelapan malam yang pekat. Maka, kegelapan semakin parah sekali, dimana keadaan seseorang pada saat itu “apabila dia mengeluarkan tanggannya, tiadalah dia dapat melihatnya,” walaupun tangannya begitu dekat dengan dirinya. Lalu bagaimana dengan benda lain?
Begitu pula kaum kafir, kegelapan telah bertumpuk-tumpuk dalam hati mereka; sebuh kegelapan sifat bawaan yang tidak mengandung kebaikan sama sekali, ditambah dengan kegelapan kekufuran (nya), disusul kegelapan kebodohan(nya), dan dilanjutkan oleh kegelapan dari perbuatan yang muncul sebagaimana yang telah disebutkan. Merekapun mengalami kebingungan dalam kegelapannya, tidak bisa melihat dalam kesesatan mereka, membelakangi jalan yang lurus, mondar-mandir pada jalur-jalur kekeliruan dan kesesatan. Demikian ini, lantaran Allah telah menelantarkan mereka tanpa hidayah dan tidak memberikan bagian dari cahayaNya kepada mereka. “(dan) barangsiapa yang tiada diberi cahaya (petunjuk) oleh Allah, tiadalah dia mempunyai cahaya sedikitpun,” karena dirinya zhalim lagi bodoh, tidak ada kebaikan dan cahaya padanya kecuali apa yang telah Allah berikan dan anugerahkan.
Dua permisalan ini mengandung kemungkinan berlaku untuk amalan seluruh orang kafir. Keduanya bersesuain dengannya (hakikat amalan orang-orang kafir). Allah telah menyebutkannya secara terperinci lantaran perbedaan karakternya.
Dimungkinkan juga, setiap perumpamaan itu diperuntukkan bagi kelompok dan golongan tertentu. Perumpamaan pertama untuk orang-orang yang diikuti dan permisalan yang kedua bagi para pengikutnya. Wallahu’alam.
Sumber: https://tafsirweb.com/6168-surat-an-nur-ayat-40.html
📚 Tafsir Al-Wajiz
40. Atau amal perbuatan orang-orang kafir itu menyerupai kegelapan yang pekat di laut yang sangat dalam yang tertutup ombak, di atas ombak itu ada ombak lainnya dan di atas ombak yang tertinggi ada awan-awan tebal. Kegelapan berlapis tiga atau empat, yaitu kegelapan laut, kegelapan ombak pertama dan kedua, kegelapan awan, dan kegelapan malam.
Hal itu menyerupai kegelapan dari kebodohan, penolakan, keburukan, segel dan kunci atas hati orang kafir. Ketika orang yang melihat menjulurkan tangannya ke dalam kegelapan-kegelapan ini, maka dia hamper tidak bisa melihatnya, meskipun itu adalah sesuatu yang paling dekat dengannya. Dan orang yang tidak diberi hidayah oleh Allah dalam hatinya maka dia tidak diberi petunjuk, yaitu orang yang tidak dituntun Allah menuju sebab-sebab suatu hidayah, maka dia buka orang yang ditunjukkan.
Kegelapan-kegelapan ini menutupi hati orang kafir dan sebagai kebalikan dari cahaya-cahaya dalam hati orang mukmin di ayat sebelumnya {Matsalu Nurihi} [35].
Sumber: https://tafsirweb.com/6168-surat-an-nur-ayat-40.html
📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas)
Ayat 39-40 Kedua ayat ini merupakan dua buah perumpamaan yang dibuat Allah SWT untuk menggambarkan dua macam orang kafir. Sebagaimana Allah membuat perumpamaan tentang orang-orang munafik dalam permulaan surah Al-Baqarah dua perumpamaan, yaitu api dan air. Dan sebagaimana Allah membuat perumpamaan tentang apa yang yang ditetapkan dalam hati berupa petunjuk dan ilmu dalam surah Ar-Ra'd sebanyak dua perumpamaan, yaitu air dan api.
Kami membicarakan keterangan masing-masing di tempatnya sehingga tidak perlu diulangi lagi. Segala puji bagi Allah. Adapun perumpamaan pertama dari keduanya, dimana hal itu tentang keadaan orang-orang kafir yang menyeru orang lain kepada kekafiran mereka yang menduga bahwa mereka berada dalam jalan dan keyakinan yang benar, padahal kenyataannya mereka sama sekali tidak seperti itu.
Perumpamaan mereka dalam hal ini sama dengan fatamorgana yang terlihat di tanah datar yang luas dari kejauhan. seakan-akan seperti lautan yang berombak. “Al-qai'ah” adalah bentuk jamak dari “qa'un”, seperti “jarun” yang bentuk jamaknya adalah “jairah”. “Al-qa'u” juga bisa menjadi bentuk tunggal dari “al-qai'an”, sebagaimana dikatakan “jarun”, bentuk jamaknya “Al-jiran”, yaitu tanah datar yang luas dan membentang serta di dalamnya ada fatamorgana, dan hal itu terjadi setelah lewat tengah hari. Sedangkan “Al-’al” terjadi pada permulaan siang hari, yang dilihat seakan-akan ada air antara langit dan bumi. Ketika fatamorgana terlihat oleh orang yang membutuhkan air, maka dia akan menduganya sebagai air yang dia inginkan untuk minum.
Tetapi setelah dekat dengannya (dia tidak mendapatinya sesuatu apa pun) Demikian juga keadaan orang kafir, dia menduga bahwa dirinya mengerjakan suatu amal dan bahwa dirinya pasti mendapat sesuatu. Tetapi apabila dia menghadap kepada Allah pada hari kiamat dan Allah menghisabnya dan menanyai semua amal perbuatannya, maka dia tidak mendapati sesuatu pun dari apa yang telah dia lakukan sebelumnya. Terkadang karena tidak ikhlas, atau karena tidak sesuai dengan tuntunan syariat, sebagaimana Allah SWT berfirman: (Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan (23)) (Surah Al-Furqan) dan di sini Allah berfirman: (Dan dida dapati (ketetapan) Allah di sisinya, lalu Allah memberikan kepadanya perhitungan amal-amal dengan cukup, dan Allah adalah sangat cepat perhitunganNya) Demikianlah yang diriwayatkan dari Ubay bin Ka'b, Ibnu Abbas, Mujahid, Qatadah dan lainnya.
Perumpamaan ini merupakan gambaran tentang keadaan orang-orang yang bodoh berlipat-lipat. Adapun orang-orang bodoh yang biasa adalah sejumlah besar manusia yang mengikuti para pemimpin kafir yang bisu dan tuli yang tidak berakal. Perumpamaan mereka sebagaimana Allah SWT berfirman: (atau seperti gelap gulita di lautan yang dalam) Qatadah berkata bahwa (lujiyyin) adalah dalam. (Yang diliputi oleh ombak, yang diatasnya ombak (pula), diatasnya (lagi) awan; gelap gulita yang tindih bertindih, apabila ia mengeluarkan tangannya, tiadalah dia dapat melihatnya) yaitu hampir saja tidak dapat melihatnya karena sangat gelap.
Hal ini merupakan perumpamaan hati orang kafir yang kebodohannya sederhana yanghanya bertaklid, yang tidak mengetahui keadaan orang yang memimpinnya dan tidak mengetahui kemanakah dia pergi. Bahkan sebagaimana dalam perumpamaan dimana ditanya kepada orang bodok,"Kamu hendak pergi kemana?" dia menjawab,"bersama mereka" Dikatakan, "Kemana mereka pergi?" dia menjawab, "Aku tidak tahu" Ubay bin Ka'b berkata tentang firmanNya: (gelap gulita yang saling bertindih) Dia berada dalam lima kegelapan. Perkataannya kegelapan, amalnya kegelapan, tempat masuknya kegelapan, tempat keluarnya kegelapan, dan tempat kembalinya kepada kegelapan pada hari kiamat menuju neraka.
As-Suddi dan Ar-Rabi' bin Anas berkata tentang itu juga. Firman Allah SWT: (dan barang siapa yang tiada diberi cahaya (petunjuk) oleh Allah, tiadalah dia mempunyai cahaya sedikit pun) yaitu barangsiapa yang tidak mendapat petunjuk dari Allah, maka dia binasa, bodoh, terhalang, hancur, dan kafir. Sebagaimana firmanNya: (Barang siapa yang disesatkan oleh Allah, maka tiada yang dapat memberikan petunjuk kepadanya) (Surah Al-A'raf: 186) Ini merupakan kebalikan dari apa yang disebutkan Allah tentang perumpamaan orang-orang mukmin: (Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki) (Surah An-Nur: 35) Kita memohon kepada Allah yang Maha Agung, semoga Dia memberikan cahaya dalam hati kita semua; dan cahaya di sebelah kanan, dan sebelah kiri kita, dan semoga Dia membesarkan cahayaNya bagi kita
Sumber: https://tafsirweb.com/6168-surat-an-nur-ayat-40.html
Informasi Tambahan
Juz
18
Halaman
355
Ruku
305