Kembali ke Surat An-Nur

النّور (An-Nur)

Surat ke-24, Ayat ke-63

لَا تَجْعَلُوْا دُعَاۤءَ الرَّسُوْلِ بَيْنَكُمْ كَدُعَاۤءِ بَعْضِكُمْ بَعْضًاۗ قَدْ يَعْلَمُ اللّٰهُ الَّذِيْنَ يَتَسَلَّلُوْنَ مِنْكُمْ لِوَاذًاۚ فَلْيَحْذَرِ الَّذِيْنَ يُخَالِفُوْنَ عَنْ اَمْرِهٖٓ اَنْ تُصِيْبَهُمْ فِتْنَةٌ اَوْ يُصِيْبَهُمْ عَذَابٌ اَلِيْمٌ

Janganlah kamu jadikan panggilan Rasul (Muhammad) di antara kamu seperti panggilan sebagian kamu kepada sebagian (yang lain). Sungguh, Allah mengetahui orang-orang yang keluar (secara) sembunyi-sembunyi di antara kamu dengan berlindung (kepada kawannya), maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul-Nya takut akan mendapat cobaan atau ditimpa azab yang pedih.

📚 Tafsir Al-Muyassar

Dan janganlah kalian (wahai kaum Mukminin) ketika kalian memanggil Rasulullah, kalian mengatakan, “Wahai Muhammad”, atau “Wahai Muhammad putra Abdullah”, sebagaimana sebagian kalian memanggil sebagian yang lain. Akan tetapi, muliakanlah dia, dan ucapkanlah, “Wahai Nabi Allah”, “Wahai Rasulullah”. Allah telah mengetahui orang-orang munafik yang keluar meninggalkan majelis Rasulullah, sebagian mereka bersembunyi di belakang sebagian yang lain.

Maka hendaknya orang-orang yang menyalahi perintah Rasulullah takut akan turun pada mereka cobaan dan keburukan atau akan menimpa mereka siksaan pedih lagi menyakitkan di akhirat kelak.

Sumber: https://tafsirweb.com/6191-surat-an-nur-ayat-63.html

📚 Tafsir as-Sa'di

63 “janganlah kamu jadikan panggilan Rasul diantara kamu seperti panggilan sebagian kaum kepada sebagian (yang lain),” [maksudnya jangan kalian jadikan panggilan Rasul kepada kalian atau panggilan kalian kepada Rasul sebagimana panggilan sebagian kalian kepada sebagian yang lain]. Apabila beliau memanggil kalian, maka sambutlah sebagai bentuk kewajiban. Bahkan bila kalian shalat pun, wajib bagi kalian untuk menyambutnya.

Tiada seorangpun yang mengatakan suatu perkataan yang menjadi kewajiban atas umat untuk menerima dan mengamalkannya kecuali perkataan Rasulullah, lantaran beliau terjaga dari kesalahan sementara kita diperintahkan untuk mengikuti beliau. Allah berfirman, ”hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu.” (al-anfal:24) Demikan pula, janganlah kalian menjadikan panggilan kalian kepada Rasul sebagimana panggilan sebagian kalian kepada sebagian lainnya.

Jangan kalian berkata, ”wahai Muhammad,” saat kalian memanggil beliau atau, ”wahai Muahmmad bin Abdillah!” sebagaimana kalian berkata kepada sesama kalian. Akan tetapi, karena kemuliaan dan keutamaan, serta keistimewaan Rasulullah dari orang lain, hendaklah dipanggil dengan, ”wahai Rasulullah, wahai Nabi Allah,” “sesungguhnya Allah telah mengetahui orang-orang yang berangsur-angsur pergi dari kalian dengan berlindung (kepada kawannya),” ketika Allah memuji kaum yang beriman kepada Allah dan RasulNya yang mana apabila mereka bersama Rasulullah dan suatu urusan yang memerlukan pertemuan, maka mereka tidak pergi (kecuali) setelah mereka meminta izin kepada beliau. Allah mengancam orang-orang yang tidak mau melakukannya dan pergi tanpa izin, walaupun kalian tidak mengetahui kepergiannya (yang dilakukan) dengan sembunyi-sembunyi.

Inilah yang dimaksud dengan FirmanNYa, ”orang-orang yang berangsur-angsur pergi dari kalian dengan berlindung (kepada kawannya),” maksudnya berlindung diri ketika mereka menyelinap keluar dan pergi dengan sesuatu yang dapat menghalangi pandangan mata, maka Allah mengetahui mereka dan akan memberikan balasan kepada mereka dengan balasan yang setimpal. Oleh karena itu, Allah mengancam mereka dengan FirmanNYa, “maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintahNya takut,” yaitu mereka yang pergi untuk memenuhi sebagian keperluan mereka dengan berpaling dari Allah dan RasulNya, lalu bagaimana dengan orang-orang yang pergi tanpa ada urusan sama sekali? Ia meninggalkan urusan Allah tanpa ada kesibukkan “mereka akan ditimpa cobaan,” berupa kesyirikan dan kejahatan “atau ditimpa azab yang pedih,”

Sumber: https://tafsirweb.com/6191-surat-an-nur-ayat-63.html

📚 Tafsir Al-Wajiz

63. Wahai orang-orang muslim, janganlah kalian samakan panggilan terhadap rasulallah seperti panggilan sebagian kalian terhadap sebagian lainnya dalam meminta perijinan, jangan meremehkan dalam memberi jawaban, jangan meninggikan suara, dan jangan berkata: “Wahai Muhammad” namun katakanlah “Wahai Nabi Allah dan wahai Rasulallah” dengan lembut penuh kerendah hatian. Sesungguhnya mendahulukan diri untuk menjawab beliau adalah wajib, dan keluar tanpa seijinnya adalah haram.

Allah mengetahui orang yang melepaskan diri atau pergi secara bertahap dan sembunyi-sembunyi dari majelis Rasulallah SAW, ketidak dia sedang sibuk dengan mereka. Liwadz adalah usaha saling menutupi satu sama lain yang dilakukan mereka, Dan Qad adalah untuk memastikan. Dan sebaiknya orang-orang yang menentang dan menolak perintah rasulallah serta pergi tanpa seijinnya itu takut bahwa mereka akan ditimpa bala’ dan kesengsaraan di dunia, seperti pembantaian dan gempa bumi, atau azab yang pedih di akhirat.

Ibnu Abbas berkata: “Mereka berkata:”Wahai Muhammad, wahai ayahnya Qasim” Lalu Allah menurunkan ayat {Laa Taj’aluu Du’aa’ar Rasuul …}, lalu mereka berkata: “Wahai Nabi Allah, Wahai Rasulallah”

Sumber: https://tafsirweb.com/6191-surat-an-nur-ayat-63.html

📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas)

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa dahulu mereka mengatakan,"Wahai Muhammad, wahai Abu Al-Qasim!" Kemudian Allah SWT melarang mereka melakukan hal itu sebagai penghormatan kepada NabiNya SAW. Nabi SAW bersabda, "Ucapkanlah,"Wahai Nabi Allah, wahai Rasulullah" Demikian juga dikatakan Mujahid dan Sa'id bin Jubair. Qatadah berkata bahwa Allah memerintahkan agar NabiNya SAW disegani, dihormati, dimuliakan, dan dianggap sebagai pemimpin.

Diriwayatkan dari Zaid bin Aslam tentang firmanNya: (Janganlah kalian jadikan panggilan Rasul di antara kalian seperti panggilan sebagian kalian kepada sebagian (yang lain)) dia berkata,”Allah memerintahkan kepada mereka agar memuliakannya. Ini merupakan suatu pendapat yang tampak sesuai dengan konteks ayat, sebagaimana firmanNya SWT: (Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu katakan, raa'inaa, tetapi katakanlah, “Unzhurnaa” dan dengarkanlah) (Surah Al-Baqarah: 104) Firman Allah: (Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian meninggikan suara kalian lebih dari suara Nabi, dan janganlah kalian berkata kepada­nya dengan suara keras sebagaimana kerasnya (suara) sebagian kalian terhadap sebagian yang lain, supaya tidak hapus (pahala) amalan kalian, sedangkan kalian tidak menyadari (2)) sampai firmanNya: (Sesungguhnya orang-orang yang memanggil kamu dari luar kamar-(mu) kebanyakan mereka tidak mengerti (4) Dan kalau sekiranya mereka bersabar sampai kamu keluar menemui mereka, sesungguhnya itu adalah lebih baik bagi mereka) (Surah Al-Hujurat: 2-5), Semuanya ini termasuk Bab "Etika dan Sopan Santun dalam berbicara kepada Nabi SAW" sebagaimana mereka diperintahkan juga untuk mendahulukan bersedekah sebelum berbicara dengan beliau SAW Firman Allah: (Sesungguhnya Allah telah mengetahui orang-orang yang berangsur-angsur pergi di antara kalian dengan berlindung (kepada kawannya)) As-Suddi berkata bahwa mereka itu apabila ada bersama Nabi SAW dalam suatu jamaah, maka sebagian dari mereka pergi secara berangsur-angsurkepada sebagian lainnya hingga pergi meninggalkan Nabi SAW, dan Nabi SAW tidak melihat mereka.

Qatadah berkata tentang firmanNya: (Sesungguhnya Allah telah mengetahui orang-orang yang berangsur-angsur pergi di antara kalian dengan berlindung (kepada kawannya)) yaitu pergi secara berangsur-angsur dari Nabi Allah SAW dan dari KitabNya. Sufyan berkata tentang firmanNya: (Sesungguhnya Allah telah mengetahui orang-orang yang berangsur-angsur pergi di antara kalian dengan berlindung (kepada kawannya)) dia berkata yaitu dari saf shalat. Mujahid berkata tentang makna (liwadzan) bahwa maknanya adalah menentang.

Firman Allah: (maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintahnya takut) yaitu dari perintah Rasulullah SAW, yaitu jalan, metode, jalur, sunnah, dan syariatnya. Maka semua ucapan dan perbuatannya ditimbang dengan semua ucapan dan perbuatannya. Mana yang sesuai, maka dapat diterima; dan mana yang bertentangan, maka ditolak dan dikembalikan kepada pelakunya, siapa pun dia adanya.

Sebagaimana yang disebutkan dalam hadits shahih Bukhari Muslim dan hadits lainnya dari Rasulullah SAW bahwa beliau SAW pernah bersabda,”Barangsiapa yang mengerjakan suatu amal perbuatan yang bukan termasuk urusan kami, maka hal itu ditolak” maka, hendaklah orang-orang yang menentang syariat Rasulullah SAW berhati-hati dan takut secara lahir dan batin. (akan ditimpa cobaan) yaitu dalam hati mereka berupa kekafiran, kemunafikan, atau perkara bid'ah ( atau ditimpa azab yang pedih) yaitu di dunia dengan dihukum mati, dihukum had, dipenjara, atau hal lain sebagainya

Sumber: https://tafsirweb.com/6191-surat-an-nur-ayat-63.html

Informasi Tambahan

Juz

18

Halaman

359

Ruku

309

Apabila kamu membaca Al-Quran, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk

Surah An-Nahl: 98

Adab Membaca Al-Quran

1. Suci dari Hadats

Pastikan dalam keadaan suci dari hadats besar dan kecil sebelum memegang dan membaca Al-Quran. Berwudhu terlebih dahulu merupakan salah satu bentuk penghormatan kepada kitab suci Al-Quran.

2. Niat yang Ikhlas

Membaca Al-Quran dengan niat mencari ridha Allah SWT, bukan untuk pamer atau mencari pujian. Niat yang ikhlas akan membawa keberkahan dalam membaca Al-Quran.

3. Menghadap Kiblat

Diutamakan menghadap kiblat saat membaca Al-Quran sebagai bentuk penghormatan dan mengikuti sunnah Rasulullah SAW. Posisi duduk yang sopan dan tenang juga dianjurkan.

4. Membaca Ta'awudz

Memulai dengan membaca ta'awudz dan basmalah sebelum membaca Al-Quran. Ta'awudz merupakan permintaan perlindungan kepada Allah dari godaan syaitan yang terkutuk.

5. Khusyuk dan Tenang

Membaca dengan tenang dan penuh penghayatan, memahami makna ayat yang dibaca. Tidak tergesa-gesa dan memperhatikan tajwid dengan baik.

6. Menjaga Kebersihan

Membaca Al-Quran di tempat yang bersih dan suci, serta menjaga kebersihan diri dan pakaian. Hindari membaca Al-Quran di tempat yang tidak pantas.

7. Memperindah Suara

Membaca Al-Quran dengan suara yang indah dan tartil, sesuai dengan kemampuan. Tidak perlu memaksakan diri, yang terpenting adalah membaca dengan benar sesuai tajwid.

Masukan & Feedback:info@finlup.id
© 2025 quran.finlup.id - All rights reserved