Kembali ke Surat Al-Furqan

الفرقان (Al-Furqan)

Surat ke-25, Ayat ke-23

وَقَدِمْنَآ اِلٰى مَا عَمِلُوْا مِنْ عَمَلٍ فَجَعَلْنٰهُ هَبَاۤءً مَّنْثُوْرًا

Dan Kami akan perlihatkan segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami akan jadikan amal itu (bagaikan) debu yang beterbangan.

📚 Tafsir Al-Muyassar

Dan Kami mendatangi segala apa yang mereka perbuat dari kebaikan dan kebajikan yang tampak secara zahir, kemudian Kami menjadikannya tidak berguna dan tidak berarti, tidak memberikan manfaat kepada mereka, bagaikan debu yang beterbangan, yaitu debu-debu ringan yang terlihat pada pancaran sinar matahari. Yang demikian itu karena amal sudah berguna di akhirat, kecuali apabila terpenuhi pada pemiliknya: iman kepada Allah; berikut ikhlas untukNya dan mengikuti RasulNya, Muhammad.

Sumber: https://tafsirweb.com/6279-surat-al-furqan-ayat-23.html

📚 Tafsir as-Sa'di

23 “dan kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan,” maksudnya, (kami bersengaja kepada) amal perbuatan mereka yang mereka harapkan menjadi kebaikan dan mereka telah bersusah payah mengerjakannya, “lalu kami jadikan amal itu bagaikan debu yang berterbangan,” maksudnya, batal lagi sirna. Mereka telah merugi dan tidak mendapatkan pahalanya (bahkan) mereka disiksa karenanya. Hal yang demikian itu karena amal tersebut tidak ada nilai imannya dan karena bersumber dari seorang yang mendustakan Allah dan para RasulNya.

Sebab, amal kebaikan yang diterima Allah adalah yang bersumber dari seorang Mukmin nan tulus lagi membenarkan para rasul dan mengikuti mereka.

Sumber: https://tafsirweb.com/6279-surat-al-furqan-ayat-23.html

📚 Tafsir Al-Wajiz

23. Dan Kami hadapkan Iradah dan tujuan Kami kepada apa yang mereka kerjakan di dunia berupa amal baik seperti silaturahmi, lalu Kami jadikan amal itu sia-sia, terbuang dan tidak mengandung manfaat di dalamnya karena amal itu dalam keadaan kufur dan ditujukan kepada selain Allah SWT.

Sumber: https://tafsirweb.com/6279-surat-al-furqan-ayat-23.html

📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas)

Ayat 21-24 Allah SWT berfirman seraya memberitahukan tentang kerasnya kekafiran dan keingkaran orang-orang kafir (Mengapakah tidak diturunkan malaikat kepada kita) yaitu untuk membawa risalah sebagaimana risalah diturunkan kepada para nabi, sebagaimana Allah SWT memberitahukan tentang mereka dalam ayat lain: (Kami tidak akan beriman sehingga diberikan kepada kami yang serupa dengan apa yang telah diberikan kepada utusan-utusan Allah) (Surah Al-An'am: 124) Bisa juga bahwa maksud mereka di sini: (Mengapakah tidak diturunkan malaikat kepada kita) sehingga kita dapat melihat mereka dan mereka memberitahukan kepada kita bahwa Muhammad adalah utusan Allah, sebagaimana perkataan mereka: (atau kamu datangkan Allah dan malaikat-malaikat berhadapan muka dengan kami) (Surah Al-Isra: 92) Tafsir ayat ini telah diterangkan dalam surah Al-Isra.

Oleh karena itu mereka berkata (atau (mengapa) kita (tidak) melihat Tuhan kita?) Oleh karena itu Allah SWT berfirman (Sesungguhnya mereka memandang besar tentang diri mereka dan mereka benar-benar telah melampaui batas (dalam melakukan) kezaliman) dan Allah SWT berfirman: (Kalau sekiranya Kami turunkan malaikat kepada mereka, dan orang-orang yang telah mati berbicara dengan mereka dan Kami kumpulkan (pula) segala sesuatu ke hadapan mereka, niscaya mereka tidak (juga) akan beriman, kecuali jika Allah menghendaki, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui (111)) (Surah Al-An'am) Firman Allah SWT: (Pada hari mereka melihat malaikat di hari itu tidak ada kabar gembira bagi orang-orang yang berdosa dan mereka berkata, "Hijran Mahjura” (22)) yaitu, mereka tidak dapat melihat malaikat di hari yang paling baik bagi mereka, bahkan di hari mereka dapat melihat para malaikat, tidak ada kabar gembira bagi mereka.

Sebagaimana Allah SWT berfirman: (Kalau kamu melihat ketika para malaikat mencabut jiwa orang-orang yang kafir seraya memukul muka dan belakang mereka) yaitu dengan pukulan ((sambil berkata),"'Keluarkanlah nyawamu” Di hari kamu dibalas dengan siksaan yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayatNya) (Surah Al-An'am: 93) Oleh karena itu Allah berfirman di ayat ini: (Pada hari mereka melihat malaikat di hari itu tidak ada kabar gembira bagi orang-orang yang berdosa) Ini berbeda dengan keadaan orang-orang mukmin, saat mereka menjelang kematiannya.

Sesungguhnya mereka mendapat berita gembira tentang kebaikan-kebaikan dan mendapat hal-hal yang menyenangkan. Allah SWT berfirman: (Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, "Tuhan kami ialah Allah, " kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan),"Janganlah kalian merasa takut dan janganlah kalian merasa sedih; dan bergembiralah kalian dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan (30) Allah kepada kalian,” Kamilah pelindung-pelindung kalian dalam kehidupan dunia dan di akhirat, di dalamnya kalian memperoleh apa yang kalian inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kalian minta (31) Sebagai balasan (bagi kalian) dari Tuhan Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (32)) (Surah Fushshilat) Asal kata “al-hijr” adalah terlarang.

Dikatakan,"Hajara Al-Qadhi 'ala Fulan" yaitu ketika dia menahan kebebasannya, bisa juga karena dia jatuh, kekurangan akal, kecil, atau karena hal lain. Dikatakan “Al-Hijr” juga pengertian Hijir (Isma'il) yang ada di sisi Masjidil Haram, karena orang-orang yang berthawaf dilarang berthawaf di dalamnya, melainkan thawaf dilakukan di luarnya. Termasuk ke dalamnya dikata­kan kepada penjamin dengan sebutan hijr karena mencegah orang yang berada di bawah jaminannya melakukan hal-hal yang tidak layak.

Maksudnya bahwa dhamir di dalam firmanNya: (dan mereka mengatakan) kembali kepada malaikat. Demikianlah pendapat Mujahid, Ikrimah, Al-Hasan, Adh-Dhahhak, Qatadah, ‘Atiyyah Al-Aufi, ‘Atha’ Al-Khurrasani, Khashif, dan lainnya. Pendapat ini dipilih Ibnu Jarir Ibnu Jarir meriwayatkan hal ini dari Ibnu Juraij bahwa hal itu merupakan perkataan orang-orang musyrik (Pada hari mereka melihat malaikat) yaitu mereka meminta perlindungan dari para malaikat.

Demikian itu karena orang-orang Arab di masa dahulu jika seseorang dari mereka mengalami musibah atau kesengsaraan, dia mengatakan, (Hijran Mahjura) Pendapat ini sekalipun mempunyai alasan dan sumber, tetapi terkait dari segi konteks ayat ini jauh dari kebenaran, terlebih lagi mayoritas ulama telah menashkan hal yang bertentangan dengan itu. Akan tetapi, Ibnu Abu Najih meriwayatkan dari Mujahid bahwa dia berkata tentang firmanNya, ("Hijran Mahjura") yaitu memohon perlindungan dengan sungguh-sungguh, sehingga pendapat ini bisa sesuatu dengan apa yang dikemukakan Ibnu Juraij. Tetapi dalam riwayat Ibnu Abu Hatim meriwayatkan dari Abu Najih, dari Mujahid, dia berkata bahwa (Hijran Mahjura) adalah memohon perlindungan dengan sungguh-sungguh, dan para malaikat yang mengatakannya.

Hanya Allah Yang lebih Mengetahui Firman Allah SWT: (Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang beterbangan). Ini terjadi pada hari kiamat saat Allah menghisab semua hamba atas amal yang telah mereka kerjakan, baik amal yang baik dan yang buruk. Maka Allah memberitahukan bahwa orang-orang musyrik itu tidak akan memperoleh sesuatu imbalan pun dari amal perbuatan yang mereka lakukan, padahal mereka menduga bahwa amal perbuatannya itu dapat menyelamatkan mereka.

Demikian itu karena amal perbuatannya tidak memenuhi syarat dalam syariat, yaitu ikhlas dalam beramal karena Allah atau mengikuti syariat Allah. Setiap amal dilakukan tidak secara ikhlas dan tidak sesuai dengan syariat yang diridhai adalah bathil. Amal perbuatan orang-orang kafir itu tidak memenuhi salah satu dari kedua hal ini, dan terkadang kedua syarat tersebut tidak terpenuhi sehingga lebih jauh dari diterima.

Oleh karena itu.Allah SWT berfirman: (Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kamijadi­kan amal itu (bagaikan) debu yang beterbangan (23)) Mujahid dan Ats-Tsauri berkata tentang (Dan Kami hadapi) adalah Kami hadapi. Demikian juga dikatakan oleh As-Suddi, dan sebagian lain berkata,”'Kami datangi dia”. Firman Allah SWT: (lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang beterbangan) yaitu, sinar matahari apabila memasuki sebuah lubang dinding.

Demikian juga diriwayatkan dari ulama’ lainnya dari Ibnu Abbas, Mujahid, Ikrimah, dan lainnya. Demikian juga dikatakan Hasan Al-Bashri, yaitu sinar matahari memasuki lubang dinding rumah seseorang, seandainya dia meraupkan tangannya pada sinar itu, dia tidak dapat menangkapnya. Kesimpulan dari semua pendapat itu menjelaskan makna yang terkandung ayat itu.

Demikian juga karena mereka melakukan banyak amal perbuatan yang menurut dugaan mereka benar. Tetapi ketika ditampilkan di hadapan Raja, Hakim yang Maha adil, tidak melampaui batas dan tidak pernah menganiaya seseorang, ternyata tidak ada artinya sama sekali. Kemudian hal itu diumpamakan dengan sesuatu yang tidak ada artinya dan berserakan, yang oleh pemiliknya tidak ada artinya sama sekali.

Sebagaimana Allah SWT berfirman: (Perumpamaan orang yang ingkar kepada Tuhannya, perbuatan mereka seperti abu yang ditiup oleh angin keras pada suatu hari yang berangin kencang. Mereka tidak kuasa (mendatangkan manfaat) sama sekali dari apa yang telah mereka usahakan (di dunia). Yang demikian itu adalah kesesatan yang jauh (18)) (Surah Ibrahim) Firman Allah SWT: (Penghuni-penghuni surga pada hari itu paling baik tempat tinggalnya dan paling indah tempat istirahatnya (24)) yaitu pada hari kiamat (Tidak sama penghuni-penghuni neraka dengan penghuni-penghuni surga; penghuni-penghuni surga itulah orang-orang yang beruntung (20)) (Surah Al-Hasyr) Demikian itu bahwa penghuni surga memperoleh kedudukan-kedudukan yang tinggi dan ruangan-ruangan yang aman.

Mereka berada di tempat yang aman, bagus pemandangannya, dan harum tempat tinggalnya (mereka kekal di dalamnya. Surga itu sebaik-baik tempat menetap dan tempat kediaman (76)) (Surah Al-Furqan) Penghuni neraka berada di tempat yang paling bawah, kekecewaan yang berturut-turut, dan berbagai macam azab serta siksaan (Sesungguhnya Jahanam itu seburuk-buruk tempat menetap dan tempat kediaman (66)) (Surah Al-Furqan) yaitu seburuk-buruk pemandangannya dan tempat tinggal.

Oleh karena itu Allah SWT berfirman: (Penghuni-penghuni surga pada hari itu paling baik tempat tinggalnya dan paling indah tempat istirahatnya (24)) yaitu karena amal mereka yang diterima, akhirnya mereka mendapatkan apa yang mereka dapatkan, dan menempati tempat mereka itu, berbeda dengan keadaan penghuni neraka. Sesungguhnya mereka tidak mempunyai suatu amal yang menjadi alasan bagi mereka untuk dapat masuk surga dan selamat dari neraka. Jadi Allah SWT mengingatkan keadaan orang-orang yang berbahagia di atas keadaan orang-orang yang celaka.

Orang-orang yang celaka itu sama sekali tidak memiliki apapun pada diri mereka. Jadi Allah SWT berfirman: (Penghuni-penghuni surga pada hari itu paling baik tempat tinggalnya dan paling indah tempat istirahatnya (24)) Qatadah berkata tentang firmanNya: (paling baik tempat tinggalnya dan paling indah tempat istirahatnya) yaitu tempat bernaung dan tempat tinggal

Sumber: https://tafsirweb.com/6279-surat-al-furqan-ayat-23.html

Informasi Tambahan

Juz

19

Halaman

362

Ruku

312

Apabila kamu membaca Al-Quran, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk

Surah An-Nahl: 98

Adab Membaca Al-Quran

1. Suci dari Hadats

Pastikan dalam keadaan suci dari hadats besar dan kecil sebelum memegang dan membaca Al-Quran. Berwudhu terlebih dahulu merupakan salah satu bentuk penghormatan kepada kitab suci Al-Quran.

2. Niat yang Ikhlas

Membaca Al-Quran dengan niat mencari ridha Allah SWT, bukan untuk pamer atau mencari pujian. Niat yang ikhlas akan membawa keberkahan dalam membaca Al-Quran.

3. Menghadap Kiblat

Diutamakan menghadap kiblat saat membaca Al-Quran sebagai bentuk penghormatan dan mengikuti sunnah Rasulullah SAW. Posisi duduk yang sopan dan tenang juga dianjurkan.

4. Membaca Ta'awudz

Memulai dengan membaca ta'awudz dan basmalah sebelum membaca Al-Quran. Ta'awudz merupakan permintaan perlindungan kepada Allah dari godaan syaitan yang terkutuk.

5. Khusyuk dan Tenang

Membaca dengan tenang dan penuh penghayatan, memahami makna ayat yang dibaca. Tidak tergesa-gesa dan memperhatikan tajwid dengan baik.

6. Menjaga Kebersihan

Membaca Al-Quran di tempat yang bersih dan suci, serta menjaga kebersihan diri dan pakaian. Hindari membaca Al-Quran di tempat yang tidak pantas.

7. Memperindah Suara

Membaca Al-Quran dengan suara yang indah dan tartil, sesuai dengan kemampuan. Tidak perlu memaksakan diri, yang terpenting adalah membaca dengan benar sesuai tajwid.

Masukan & Feedback:info@finlup.id
© 2025 quran.finlup.id - All rights reserved