الفرقان (Al-Furqan)
Surat ke-25, Ayat ke-33
وَلَا يَأْتُوْنَكَ بِمَثَلٍ اِلَّا جِئْنٰكَ بِالْحَقِّ وَاَحْسَنَ تَفْسِيْرًا ۗ
Dan mereka (orang-orang kafir itu) tidak datang kepadamu (membawa) sesuatu yang aneh, melainkan Kami datangkan kepadamu yang benar dan penjelasan yang paling baik.
📚 Tafsir Al-Muyassar
Dan tidaklah kaum musyrikin datang kepadamu (wahai Rasul) dengan membawa hujjah atau syubhat kecuali Kami mendatangkan kepadamu jawaban yang haq dan dengan penjelasan terbaik baginya.
Sumber: https://tafsirweb.com/6289-surat-al-furqan-ayat-33.html
📚 Tafsir as-Sa'di
33 oleh karena itu, Dia berfirman,”tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu (membawa) suatu perumpamaan,” yang dengannya mereka menentang kebenaran dan dengannya mereka menolak kerasulanmu, “melainkan (pasti) kami mendatangkan kepadamu sesuatu yang benar dan yang paling baik penjelasannya,” maksudnya kami turunkan kepadamu al-qur’an yang mengandung kebenaran di dalam makna-maknanya, kejelasan dan penjelasan yang sempurna pada lafazh-lafazhnya. Maka makna-makna (yang dikandungnya) semuanya hak dan benar, tidak dicemari oleh satu kebatilan ataupun satu syubhat (kerancuan) dari sisi manapun; lafazh-lafazhnya dan batasan-batasannya terhadap segala sesuatu merupakan lafazh-lafazh yang paling jelas dan paling baik penjelasannya, menjelaskan makna-maknanya dengan penjelasan yang sempurna. Di dalam ayat di atas terdapat satu dalil (bukti) bahwa sepantasnya bagi orang yang membicarakan ilmu, apakah dia sebagai muhaddits, pengajar, maupun penceramah, sepantasnya dia meneladani Rabbnya di dalam mengatur kondisi RasulNya.
Demikian pula seorang alim mengatur permasalahan masyarakat. Setiap kali ada kesempatan atau datang suatu musim, maka hendakNya dia membawakan ayat-ayat al-qur’an, hadits-hadits Nabi dan nasihat-nasihat yang sesuai dengan musim tersebut. Ini juga mengandung bantahan terhadap orang-orang yang berlebihan, seperti kaum jahmiyah dan semisal mereka yang berpendapat bahwa kebanyakan nash-nash al-qur’an mengandung makna bukan literalnya (makna tersuratnya), dan ia mempunyai makna-makna selain dari maknanya yang dipahami secara lahir (literal).
Jadi, berdasarkan pendapat mereka, alqur’an itu tidak lebih baik penjelasannya dari pada yang lainnya. Dan yang lebih baik, menurut klaim mereka, adalah penafsiran mereka yang merubah makna-makna al-qur’an dengan sejauh-jauhnya.
Sumber: https://tafsirweb.com/6289-surat-al-furqan-ayat-33.html
📚 Tafsir Al-Wajiz
33. Wahai Muhammad, Tidaklah orang-orang musyrik mendatangimu dengan membawa sesuatu yang ganjil untuk menggagalkan dakwahmu kecuali Kami memberimu jawaban pasti yang dapat menggagalkan sesuatu yang mereka bawa dan memiliki penjelasan dan keterangan lebih baik bagi mereka.
Sumber: https://tafsirweb.com/6289-surat-al-furqan-ayat-33.html
📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas)
Ayat 32-34 Allah SWT berfirman seraya memberitahukan tentang banyaknya pertentangan dan keingkaran orang-orang kafir, serta pertentangan mereka terhadap hal yang bukan urusan mereka, yaitu mereka berkata: (Mengapa Al-Qur’an ini tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?) yaitu mengapa kitab yang diwahyukan kepadanya itu tidak diturunkan sekali saja, sebagaimana telah diturunkan kitab-kitab sebelumnya yang diturunkan sekaligus, seperti Taurat, Injil, Zabur, dan kitab-kitab tuhan lainnya? Maka Allah SWT menjawab hal itu. Sesungguhnya Dia menurunkan Al-Qur'an secara berangsur-angsur selama dua puluh tiga tahun sesuai dengan peristiwa dan kejadian yang berkaitan dengannya, serta hukum yang diperlukan untuk meneguhkan hati orang-orang mukmin terhadapnya.
Sebagaimana firmanNya: (Dan Al-Quran (kami turunkan) berangsur-angsur agar engkau (Muhammad) membacakannya kepada manusia perlahan-lahan dan Kami menurunkannya secara bertahap (106)) (Surah Al-Isra’).
Oleh karena itu Allah berfirman: (supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacakannya secara tartil) Qatadah berkata bahwa maknanya adalah menjelaskan dengan jelas.
Abdurrahman bin Zaid bin Aslam berkata bahwa maknannya adalah Kami menafsirkannya dengan jelas. (Tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu (membawa) sesuatu yang ganjil) yaitu suatu hujjah dan tuduhan yang tidak benar (melainkan Kami datangkan kepadamu suatu yang benar dan yang paling baik penjelasannya) yaitu, mereka tidak mengatakan sesuatu untuk menentang kebaikan, melainkan Kami menyanggah mereka dengan kebenaran pada hal itu dengan lebih jelas, lebih terang, dan lebih fasih daripada ucapan mereka. Kemudian hal ini menunjukkan bukti perhatian yang besar terhadap kemuliaan Rasulullah SAW dimana wahyu selalu datang kepadanya dari Allah SWT, baik di pagi maupun sore hari, di siang maupun malam hari, dalam perjalanan maupun di tempat. Setiap kali malaikat turun menemuinya selalu membawa Al-Qur'an, tidak seperni menurunkan kitab-kitab yang terdahulu.
Hal ini merupakan kedudukan yang lebih tinggi, lebih besar dan lebih agung daripada kedudukan saudara-saudaranya dari semua nabi. Al-Qur'an adalah kitab yang paling mulia yang diturunkan Allah SWT, dan nabi Muhammad SAW adalah nabi paling agung yang diutus Allah SWT. Allah menghumpunkan Al-Qur'an dua sifat secara bersamaan, yaitu di dalam kedudukan yang tinggi, yaitu diturunkan sekaligus dari Lauhil Mahfuz ke Baitul izzah di langit dunia.
Kemudian Al-Qur'an diturunkan ke bumi secara berangsur-angsur sesuai dengan peristiwa dan kejadiannya. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, dia berkata bahwa Al-Qur'an diturunkan sekaligus ke langit dunia pada malam Lailatul Qadar. Kemudian diturunkan setelah itu selama dua puluh tahun.
Allah SWT berfirman: (Tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu (membawa) sesuatu yang ganjil, melainkan Kami datangkan kepadamu suatu yang benar dan yang paling baik penjelasannya (33)) dan Allah SWT berfirman: (Dan Al-Qur’an itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian (106)) (Surah Al-Isra’) Kemudian Allah SWT berfirman seraya memberitahukan tentang buruknya keadaan orang-orang kafir di hari mereka dikembalikan kepada Allah pada hari kiamat.
Mereka digiring menuju neraka Jahanam dalam keadaan yang paling buruk dan rupa paling jelek (Orang-orang yang dihimpun ke neraka Jahanam dengan diseret atas muka-muka mereka, mereka itulah orang yang paling buruk tempatnya dan paling sesat jalannya (34)) Disebutkan dalam hadits shahih dari Anas bahwa ada seorang lelaki berkata,"Wahai Rasulullah, bagaimanakah orang kafir digiring masuk ke neraka Jahanam di atas mukanya?" Rasulullah SAW menjawab:”Sesungguhnya Tuhan yang membuatnya berjalan di atas kedua kakinya mampu membuatnya berjalan di atas mukanya pada hari kiamat.
Sumber: https://tafsirweb.com/6289-surat-al-furqan-ayat-33.html
Informasi Tambahan
Juz
19
Halaman
363
Ruku
312