Kembali ke Surat Al-Baqarah

البقرة (Al-Baqarah)

Surat ke-2, Ayat ke-22

الَّذِيْ جَعَلَ لَكُمُ الْاَرْضَ فِرَاشًا وَّالسَّمَاۤءَ بِنَاۤءً ۖوَّاَنْزَلَ مِنَ السَّمَاۤءِ مَاۤءً فَاَخْرَجَ بِهٖ مِنَ الثَّمَرٰتِ رِزْقًا لَّكُمْ ۚ فَلَا تَجْعَلُوْا لِلّٰهِ اَنْدَادًا وَّاَنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ

(Dialah) yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dialah yang menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia hasilkan dengan (hujan) itu buah-buahan sebagai rezeki untukmu. Karena itu janganlah kamu mengadakan tandingan-tandingan bagi Allah, padahal kamu mengetahui.

📚 Tafsir Al-Muyassar

Robb kalian itulah yang telah menjadikan bumi sebagai hamparan bagi kalian Supaya kehidupan kalian berjalan dengan mudah di atas permukaan nya, dan langit sebagai atap yang kuat dan menurunkan hujan dari awan yang dengan itu dia mengeluarkan untuk kalian beragam buah dan berbagai macam tumbuhan sebagai Rizki bagi kalian. Maka janganlah kalian mengadakan tandingan-tandingan bagi Allah dalam beribadah sedangkan kalian mengetahui keesaannya dalam menciptakan dan memberi rezeki serta hak tunggalnya untuk diibadahi.

Sumber: https://tafsirweb.com/259-surat-al-baqarah-ayat-22.html

📚 Tafsir as-Sa'di

22. Dan Dia memberikan nikmat kepada kamu dengan nikmat-nikmat lahiriyah mapun batiniyah, Dia menjadikan untukmu dunia ini sebagai hamparan yang menjadi tempat kamu menetap, dan kamu mengambil manfaatnya dengan membangun rumah, pertanian, pembajakan, dan berkelana dari suatu tempat menuju tempat lain, dan lain sebagainya dari bentuk-bentuk pemanfaatannya, lalu Dia menjadikan langit sebagai atap bagi rumah sebagai tempat tinggal kalian dan menyediakan manfaat-manfaat yang merupakan kebutuhan pokok hidup kalian dan kebutuhan dasar, seperti matahari, bulan dan bintang, "dan Dia menurunkan air hujan dari langit.” Langit adalah segala yang ada di atas kalian, oleh karena itu para ahli tafsir berkata, ”Maksud dari langit disini adalah awan di mana Allah ta’ala menurunkan air hujan darinya, “lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan, ” seperti biji-bijian dan hasil-hasil dari pohon kurma, buah-buahan, tanaman dan lain sebagainya, ”sebagai rizki untukmu” yang dengannya kamu mendapatkan rizki, kamu makan, kamu hidup, kamu bahagia. “Karena itu janganlah kau mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, ” yakni yang diserupakan dan disepadankan dari makhluk-makhlukNya, lalu kamu menyembahnya sebagaiman kamu menyembah Allah, kamu mencintainya sebagaimana kamu mencintai Allah padahal mereka itu sama saja seperti kalian, mereka adalah makhluk yang diciptakan, diberi rizki, dan diatur, dimana mereka tidak memiliki seberat biji atom pun di bumi dan tidak pula di langit, serta mereka tidak dapat memberikan manfaat kepadamu dan tidak juga menimpakan mudarat. “padahal kamu mengetahui, ” bahwasanya Allah tidak memiliki sekutu, tidak pula kesamaan, tidak pada mencipta, memberi rizki, dan mengatur semesta, tidak pula pada peribadahan dan kesempurnaan, lalu bagaimanakah kamu menyembah tuhan-tuhan lain bersamaNya padahal kalian mengetahuinya? Hal ini merupakan perkara yang paling mngherankan dan yang paling bodoh.

Ayat ini menyatukan antara perintah untuk beribadah hanya kepada Allah semata dan larangan dari beribadah kepada selain Allah, dan penjelasan akan dalil yang sangat jelas atas kewajiban beribadah kepadaNya dan batilnya beribadah kepada selainNya, yaitu penyebutan tauhid rububiyah yang mengandung keesaanNya, dalam mencipta, memberi rizki, dan mengatur semesta. Lalu apabila setiap orang menetapkan bahwasanya tidak ada sekutu bagi Allah dalam hal itu, maka itulah yang seharusnya, maka haruslah seperti itu juga penetapannya bahwasanya Allah itu tidak ada sekutu bagiNya dalam beribadah kepadaNya. Ini adalah dalil logika yang paling terang atas keesaan Sang Pencipta, Allah ta’ala dan batilnya kesyirikan.

Dan firmanNya, ”Agar kamu bertakwa, ” kemungkinan maknanya adalah, bahwasanya karena kamu sekalian beribadah hanya kepada Allah semata, maka dengan hal itu kalian telah menjaga diri kalian sendiri dari murka dan AzabNya, karena kalian telah melakukan sebab yang mendorong hal tersebut. Kemungkinan lain maknanya adalah, bahwasanya jika kamu menyembah Allah semata, niscaya kamu menjadi golongan orang-orang bertakwa yang memiliki sifat ketakwaan. Kedua arti ini adalah benar, dan keduanya saling berkaitan, karena barangsiapa yang melakukan ibadah secara sempurna, niscaya ia menjadi golongan orang-orang bertakwa, dan barangsiapa yang tergolong dalam orang-orang bertakwa, pastilah ia akan memperoleh keselamatan dari azab dan murka Allah.

Sumber: https://tafsirweb.com/259-surat-al-baqarah-ayat-22.html

📚 Tafsir Al-Wajiz

Allah adalah Dzat yang menciptakan bagimu bumi yang membentang agar kamu dapat tetap berdiri di atasnya dan hidup di dalamnya; dan menciptakan langit sebagai bangunan dan tatanan yang sempurna layaknya kubah dan atap, sehingga tidak jatuh (menimpa) bumi, melainkan menurunkan air dari awan yang dapat menumbuhkan buah-buahan dan berbagai jenis tumbuhan agar kamu dapat menikmati dan memakannya. Maka janganlah kalian menyekutukan Allah dengan menyembah selainNya layaknya menyembahNya, sedangkan kalian mengetahui bahwa sekutu itu tidak bisa menciptakan kalian dan tidak memberi kalian rejeki. Sesungguhnya Allah adalah Dzat yang Maha Pencipta dan Maha Pemberi Rejeki

Sumber: https://tafsirweb.com/259-surat-al-baqarah-ayat-22.html

📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas)

Allah SWT telah menetapkan dalam penjelasan tentang keesaan dan ketuhananNya yaitu bahwa Dialah Dzat yang memberi anugerah kepada hamba-hambaNya dengan mengeluarkan mereka dari ketiadaan menjadi ada, menyempurnakan anugerahNya atas mereka, yaitu nikmat yang tampak dan tersembunyi. Dia menjadikan bumi sebagai alas bagi mereka, yaitu menghamparkannya seperti alas yang rihamparkan dan diratakan, dikokohkan oleh pegunungan yang tinggi. Dan menjadikan langit sebagai atap, sebagaimana firman Allah dalam ayat lain: (Dan Kami menjadikan langit itu sebagai atap yang terpelihara, sedang mereka berpaling dari segala tanda-tanda (kekuasaan Allah) yang terdapat padanya) (Surah Al-Anbiya: 32) Dan menurunkan bagi mereka air dari langit, yang dimaksud di sini adalah awan ketika mereka membutuhkannya.

Dengan air tersebut, Dia menumbuhkan berbagai jenis tanaman dan buah-buahan yang bisa disaksikan (mata) sebagai rezeki bagi mereka dan ternak mereka. Sebagaimana Dia telah menyebutkan hal ini di beberapa ayat Al-Qur'an lainnya. Salah satu ayat yang mirip dengan ayat ini adalah firman Allah: (Dzat yang menjadikan bumi bagi kamu tempat menetap dan langit sebagai atap, dan membentuk kamu lalu membaguskan rupamu serta memberi kamu rezeki dengan sebahagian yang baik-baik. Yang demikian itu adalah Allah Tuhanmu, Maha Agung Allah, Tuhan semesta alam.) (Surah Ghafir: 64).

Makna yang terkandung di dalamnya yaitu bahwa Dia adalah Pencipta, Pemberi Rezeki, Raja seluruh alam dan para penghuninya serta Pemberi Rezeki bagi mereka. Oleh karena itu, Dia satu-satunya yang layak untuk disembah dan tidak menyekutukanNya dengan yang lain. Oleh karena itu Allah SWT berfirman: (karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui) Dalam hadits shahih Bukhari-Muslim (diriwayatkan) dari Ibnu Mas'ud, dia berkata, "Aku bertanya, “Wahai Rasulullah, dosa manakah yang paling besar di sisi Allah?” Beliau bersabda, “Kamu menyekutukanNya, padahal Dia adalah penciptamu....".

Demikian pula dalam hadis dari Mu'adz, "Tahukah kamu apa hak Allah atas hamba-hambaNya?... yaitu mereka menyembahNya dengan tidak menyekutukanNya dengan apapun...". Dalam hadits lainnya, "Jangan pernah salah seorang dari kalian mengatakan, “Apa yang dikehendaki Allah dan Fulan juga berkehendak, tetapi sebaiknya dia mengatakan, “Apa yang dikehendaki Allah, kemudian Fulan." Dari Ibnu Abbas, dia berkata: “Seorang laki-laki berkata kepada Nabi: “Apa yang dikehendaki Allah dan apa yang engkau kehendaki?” Lalu Nabi bersabda: “Apakah kamu menjadikanku sebagai sekutu bagi Allah” Katakanlah: “Apa yang dikehendaki Allah saja” Diriwayatkan oleh Ibnu Mardawaih. Hadits ini juga disebutkan oleh An-Nasa'i dan Ibnu Majah dari hadits Isa bin Yunus tentang Al-Ajlah, Semua ini adalah upaya untuk melindungi dan memelihara kesucian tauhid.

Dan hanya Allah yang lebih Mengetahui. Dari Ibnu Abbas, dia berkata, bahwa firman Allah SWT: (Hai manusia, sembahlah Tuhanmu) itu kedua golongan, baik orang-orang kafir maupun orang-orang munafik; maknanya yaitu, Esakanlah Tuhan kalian, yang telah menciptakan kalian dan orang-orang sebelum kalian. Dan dari Ibnu Abbas, makna firman Allah: (karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui) yaitu, janganlah menyekutukanNya dengan sekutu-sekutu yang tidak mampu memberikan manfaat dan mudharat, sedangkan kalian sudah tahu bahwa tidak ada Tuhan selain Dia yang memberi rezeki kepada kalian.

Sungguh kalian sudah tahu bahwa apa yang diserukan oleh Rasulallah SAW kepada kalian tentang Tauhid itu adalah suatu kebenaran yang tidak diragukan lagi. Demikianlah yang dikatakan Qatadah. Dari Ibnu Abbas, tentang firman Allah SWT : (karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah)- dia berkata: makna “Sekutu-sekutu” adalah bentuk kesyirikan yang lebih tersembunyi daripada jejak semut hitam di atas batu hitam pada kegelapan malam.

Yaitu ketika seseorang mengatakan, “Demi Allah, demi nyawamu, wahai Fulan!”, “Demi nyawaku!” atau dia mengatakan, “Jika bukan karena anjing ini, para pencuri itu mendatangi kita semalam” atau “Jika bukan karena seekor bebek di rumah ini, para pencuri itu akan datang”, dan ucapan seorang lelaki kepada temannya: “Apa yang dikehendaki Allah dan apa yang dikehendaki Fulan” – Jangan masukkan kata “Fulan” pada kalimat ini, dan semua hal ini merupakan bentuk kesyirikan kepada Allah. Abu Al-‘Aliyah berkata,(karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah) – maknanya yaitu sekutu-sekutu Begitu juga pendapat Rabi' bin Anas, Qatadah, As-Suddi, dan Abu Malik, dan Isma'il bin Abi Khalid. Mujahid berkata, makna firman Allah SWT: (karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah , padahal kamu mengetahui) yaitu bahwa kalian mengetahui bahwa Dia adalah Tuhan yang Maha Esa dalam Taurat dan Injil.

Ulama’ lain berkata: Siapa saja yang merenungi langit tentang ketinggiannya, keluasannya, dan apa yang ada di dalamnya berupa planet-planet besar dan kecil yang terang benderang, bergerak dengan teratur, serta menyaksikan bagimana planet-planet itu beredar (secara beraturan) bersamaan dengan peredaran benda langit yang besar setiap hari, dan masing-masing benda langit itu memiliki jalur khususnya masing-masing, serta memperhatikan lautan yang menyelubungi bumi di segala penjuru, serta gunung-gunung yang ditancapkan di permukaan bumi dengan berbagai bentuk dan warna yang berbeda, supaya penduduknya bisa tinggal dan menempatinya, sebagaimana Allah SWT berfirman (Dan di antara gunung-gunung itu ada garis-garis putih dan merah yang beraneka macam warnanya dan ada (pula) yang hitam pekat (27) Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama) (Surah Fatir: 27-28).

Demikian juga dengan sungai-sungai yang mengalir dari satu tempat ke tempat lain untuk memberikan manfaat, serta segala sesuatu yang telah Dia ciptakan di bumi, berupa hewan yang beraneka ragam, dan tumbuhan-tumbuhan yang beragam rasa, aroma, bentuk, dan warnanya, semuanya bersatu dalam kesatuan tanah dan air. Semuanya menunjukkan adanya Pencipta, kekuasaanNya yang agung, hikmahNya, kasih sayangNya, dan kebaikanNya terhadap mereka, Tidak ada Tuhan selain Dia, dan tidak ada Tuhan yang patut disembah selain Dia. Hanya kepadaNyalah aku bertawakal dan hanya kepadaNyalah aku kembali.

Ayat-ayat dalam Al-Quran yang menunjukkan hal ini sangat banyak sekali

Sumber: https://tafsirweb.com/259-surat-al-baqarah-ayat-22.html

Informasi Tambahan

Juz

1

Halaman

4

Ruku

4

Apabila kamu membaca Al-Quran, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk

Surah An-Nahl: 98

Adab Membaca Al-Quran

1. Suci dari Hadats

Pastikan dalam keadaan suci dari hadats besar dan kecil sebelum memegang dan membaca Al-Quran. Berwudhu terlebih dahulu merupakan salah satu bentuk penghormatan kepada kitab suci Al-Quran.

2. Niat yang Ikhlas

Membaca Al-Quran dengan niat mencari ridha Allah SWT, bukan untuk pamer atau mencari pujian. Niat yang ikhlas akan membawa keberkahan dalam membaca Al-Quran.

3. Menghadap Kiblat

Diutamakan menghadap kiblat saat membaca Al-Quran sebagai bentuk penghormatan dan mengikuti sunnah Rasulullah SAW. Posisi duduk yang sopan dan tenang juga dianjurkan.

4. Membaca Ta'awudz

Memulai dengan membaca ta'awudz dan basmalah sebelum membaca Al-Quran. Ta'awudz merupakan permintaan perlindungan kepada Allah dari godaan syaitan yang terkutuk.

5. Khusyuk dan Tenang

Membaca dengan tenang dan penuh penghayatan, memahami makna ayat yang dibaca. Tidak tergesa-gesa dan memperhatikan tajwid dengan baik.

6. Menjaga Kebersihan

Membaca Al-Quran di tempat yang bersih dan suci, serta menjaga kebersihan diri dan pakaian. Hindari membaca Al-Quran di tempat yang tidak pantas.

7. Memperindah Suara

Membaca Al-Quran dengan suara yang indah dan tartil, sesuai dengan kemampuan. Tidak perlu memaksakan diri, yang terpenting adalah membaca dengan benar sesuai tajwid.

Masukan & Feedback:info@finlup.id
© 2025 quran.finlup.id - All rights reserved