الفرقان (Al-Furqan)
Surat ke-25, Ayat ke-65
وَالَّذِيْنَ يَقُوْلُوْنَ رَبَّنَا اصْرِفْ عَنَّا عَذَابَ جَهَنَّمَۖ اِنَّ عَذَابَهَا كَانَ غَرَامًا ۖ
Dan orang-orang yang berkata, “Ya Tuhan kami, jauhkanlah azab Jahanam dari kami, karena sesungguhnya azabnya itu membuat kebinasaan yang kekal,”
📚 Tafsir Al-Muyassar
65-66. Dan juga orang-orang yang meskipun sudah bersungguh-sungguh dalam ibadah, mereka takut kepada Allah, lalu memohon kepadaNya agar menyelamatkan mereka dari siksaan Jahanam. Sesungguhnya siksaannya itu akan mengitari orang yang berhak mendapatkannya.
Dan sesungguhnya Jahanam itu adalah seburuk-buruk tempat menetap dan tempat tinggal.
Sumber: https://tafsirweb.com/6321-surat-al-furqan-ayat-65.html
📚 Tafsir as-Sa'di
65 “dan orang-orang yang berkata, ’ya Rabb kami, jauhkan azab jahanam dari kami,” maksudnya, cegahlah ia dari kami dengan cara dijaga dari segala faktor penyebabnya dan dengan ampunan dari segala dosa yang terjadi dari kami, di mana hal itu merupakan penyebab azab, “sesungguhnya azabnya itu adalah kebinasaan yang kekal,” maksudnya, mengharuskan pelakunya mendapatkan azab, sebagaimana kedudukan orang yang berhutang kepada orang yang berpiutang.
Sumber: https://tafsirweb.com/6321-surat-al-furqan-ayat-65.html
📚 Tafsir Al-Wajiz
65. Dan orang-orang yang berdoa kepada Tuhan mereka dengan berkata: “Wahai Tuhan Kami, jauhkanlah kami dari azab Jahannam. Sesungguhnya azab Jahannam itu terus melekat dan abadi”
Sumber: https://tafsirweb.com/6321-surat-al-furqan-ayat-65.html
📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas)
Ayat 63-67 Ini adalah sifat-sifat hamba-hamba Allah yang beriman (orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati) yaitu dengan langkah yang tenang dan berwibawa, tidak sombong, dan tidak angkuh. Sebagaimana Allah SWT berfirman: ((37)) (Surah Al-Isra).
Adapun mereka berjalan dengan tidak sombong, tidak angkuh, tidak jahat, dan tidak takabur. Tetapi makna yang dimaksud bukanlah orang-orang mukmin itu berjalan seperti orang sakit, karena dibuat-buat dan pamer. Sungguh pemimpin anak nabi Adam ketika berjalan seakan-akan sedang turun dari tempat yang tinggi, seakan-akan bumi melipatkan diri untuknya.
Sebagian ulama salaf memakruhkan berjalan dengan langkah yang lemah dan dibuat-buat, sehingga diriwayatkan dari Umar bahwa dia melihat seorang pemuda berjalan pelan-pelan. Maka dia bertanya, "Mengapa kamu berjalan pelan? Apakah kamu sedang sakit?" dia menjawab,"Tidak, wahai Amirul Mu’minin" Lalu Umar memukulnya dengan cambuk dan memerintahkan kepadanya agar berjalan dengan langkah yang kuat.
Makna yang dimaksud dengan “Al-haun” di sini adalah rendah hati dan berwibawa, sebagaimana Rasulullah SAW bersabda,”Apabila kalian mendatangi tempat shalat, maka janganlah mendatanginya dengan berlari kecil, tetapi berjalanlah dengan langkah yang tenang. Maka apa yang kalian jumpai dari shalat itu, kerjakanlah; dan apa yang kamu tertinggal darinya, maka sempurnakanlah” Firman Allah SWT: (dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang baik) yaitu apabila orang-orang bodoh menilai mereka sebagai orang-orang yang bodoh yang diungkapkannya kepada mereka dengan kata-kata yang buruk, maka mereka tidak membalasnya dengan perkataan yang semisal, melainkan memaafkan dan tidaklah mereka mengatakan perkataan kecuali yang baik-baik. Sebagaimana yang dilakukan Rasulullah SAW; semakin orang jahil bersikap keras, maka semakin penyantun sikap beliau.
Sebagaimana Allah SWT berfirman: (Mereka berkata, “Jika mengikuti petunjuk bersama engkau, niscaya kami akan diusir dari negeri kami.” (Allah berfirman,) “Bukankah Kami telah mengukuhkan kedudukan mereka di tanah haram yang aman, yang didatangkan ke tempat itu buah-buahan dari segala macam (tumbuh-tumbuhan) sebagai rezeki (bagimu) dari sisi Kami?” Akan tetapi, kebanyakan mereka tidak mengetahui (55)) (Surah Al-Qashash) Mujahid berkata tentang firman Allah (mereka mengucapkan kata-kata yang baik) yaitu mereka berkata dengan santun.
Hasan Al-Bashri berkata (mereka mengucapkan kata-kata yang baik) dengan santun dan bukan merupakan orang-orang yang bodoh, dan jika mereka dinilai sebagai orang yang bodoh, maka mereka bersabar. Mereka tetap bersahabat dengan hamba-hamba Allah di siang hari dan bersabar terhadap apa yang mereka dengar. Kemudian disebutkan bahwa pada malam hari mereka itu lebih baik.
Lalu Allah SWT berfirman: (Dan orang-orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Tuhan mereka (64)) yaitu mengerjakan ketaatan dan beribadah kepadaNya, sebagaimana Allah SWT berfirman: (Mereka sedikit sekali tidur di waktu malam (17) dan di akhir-akhir malam mereka memohon ampun (kepada Allah) (18)) (Surah Adz-Dzariyat) Oleh karena itu Allah SWT berfirman: (Dan orang-orang yang berkata, "Ya Tuhan kami, jauhkan azab Jahanam dari kami. Sesungguhnya azabnya itu adalah kebinasaan yang kekal” (65)) yaitu tetap dan abadi.
Sebagaimana seorang penyair berkata: “Jika dia menyiksa, maka siksaannya terus-menerus lagi tetap; dan jika dia memberi dengan pemberian yang banyak, ia tidak peduli. Oleh karena itu Al-Hasan berkata tentang firmanNya: (sesungguhnya azab Jahanam itu adalah kebinasaan yang kekal) Setiap sesuatu yang menimpa anak nabi Adam, lalu lenyap darinya, tidak dapat dikatakan dengan kebinasaan yang kekal. Sesungguhnya pengertian Al-gharam itu tidak lain bagi sesuatu yang kekal selama ada bumi dan langit.
Demikian juga dikatakan Sulaiman At-Taimiy. (Sesungguhnya Jahanam itu seburuk-buruk tempat menetap dan tempat kediaman (66)) yaitu seburuk-buruk tempat menetap dan tempat kediaman Firman Allah SWT: (Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebih-lebihan dan tidak (pula) kikir) yaitu mereka tidak menghambur-hamburkan hartanya dalam berinfak lebih dari apa yang diperlukan, tidak pula kikir terhadap keluarganya yang mengurangi hak keluarga, sehingga tidak bisa mencukupinya. Tetapi mereka membelanjakan hartanya dengan seimbang, dengan penuh pilihan. Sebaik-baik perkara adalah yang dilakukan secara pertengahan, tidak berlebih-lebihan dan tidak kikir (dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian) Sebagaimana Allah SWT berfirman: (Janganlah engkau jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu (kikir) dan jangan (pula) engkau mengulurkannya secara berlebihan sebab nanti engkau menjadi tercela lagi menyesal (29)) (Surah Al-Isra’) Hasan Al-Bahsri berkata bahwa membelanjakan harta dijalan Allah tidak ada batas berlebih-lebihan.
Iyas bin Mu'awiyah berkata bahwa hal yang melampaui perintah Allah SWT adalah perbuatan berlebih-lebihan.
Sumber: https://tafsirweb.com/6321-surat-al-furqan-ayat-65.html
Informasi Tambahan
Juz
19
Halaman
365
Ruku
315