Kembali ke Surat Al-Qasas

القصص (Al-Qasas)

Surat ke-28, Ayat ke-81

فَخَسَفْنَا بِهٖ وَبِدَارِهِ الْاَرْضَ ۗفَمَا كَانَ لَهٗ مِنْ فِئَةٍ يَّنْصُرُوْنَهٗ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ ۖوَمَا كَانَ مِنَ الْمُنْتَصِرِيْنَ

Maka Kami benamkan dia (Karun) bersama rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya satu golongan pun yang akan menolongnya selain Allah, dan dia tidak termasuk orang-orang yang dapat membela diri.

📚 Tafsir Al-Muyassar

Maka Kami membenamkan Qarun dan rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada bala tentara yang menolongnya selain Allah. dan tidaklah ia bisa mempertahankan diri dari (siksaan) Allah bila siksaanNya telah menimpanya.

Sumber: https://tafsirweb.com/7131-surat-al-qashash-ayat-81.html

📚 Tafsir as-Sa'di

81. Tatkala kondisi kezhaliman dan kemegahan sudah memuncak bagi Qarun, harta kekayaan pun telah menghiasinya, dan kesombongan pun telah menguasai dirinya, maka dia ditimpa azab secara mendadak. “Maka Kami timbun Qarun beserta rumahnya ke dalam bumi,” sebagai balasan setimpal atas perbuatannya. Oleh karena dia telah mengangkat dirinya (sombong) di atas hamba-hamba Allah, maka Allah menurunkannya pada derajat manusia yang paling rendah.

Dia ditenggelamkan bersama semua harta yang telah menjadikan dirinta terpedaya, yaitu rumah, seluruh harta benda dan kekayaannya. “Maka tidak ada baginya suatu golongan pun” satu kelompok, satu kumpulan, para pembantu dan para tentara, “yang menolongnya terhadap azab Allah, dan tiadalah dia termasuk orang-orang (yang dapat) membela (dirinya),” maksudnya, kala azab menimpanya, dia tidak ditolong dan tidak bisa menolong dirinya sendiri.

Sumber: https://tafsirweb.com/7131-surat-al-qashash-ayat-81.html

📚 Tafsir Al-Wajiz

81. Dan saat Qarun tertipu dengan banyaknya harta itu, Allah membenamkannya beserta harta benda, rumah dan daerah yang dihuninya ke dalam bumi. Dia (Allah) membenamkannya, melenyapkannya dan mengubah derajat tingginya menjadi derajat rendah.

Dan dia (Qarun) tidak memiliki kumpulan penolong yang dapat menyelamatkannya untuk melindungi dan menghalanginya dari siksa dan kehancuran selain Allah. Dan tidak ada yang bisa mencegah apa yang diterima olehnya berupa azab dibenamkan.

Sumber: https://tafsirweb.com/7131-surat-al-qashash-ayat-81.html

📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas)

Ayat 81-82 Setelah menyebutkan keangkuhan Qarun dengan perhiasan dan kebanggaan dirinya terhadap kaumnya serta sikap kelewat batas terhadap mereka, Allah menyebutkan bahwa Dia membenamkan Qarun dan rumahnya ke dalam bumi. Disebutkan kebinasaan Qarun itu karena doa nabi Allah, Musa. Firman Allah SWT: (Maka tidak ada baginya suatu golongan pun yang menolongnya terhadap azab Allah, dan tiadalah ia termasuk orang-orang (yang dapat) membela (dirinya)) yaitu, tidak berguna baginya, harta yang dikumpulkan, pelayan-pelayannya dan para pembantunya, tidak pula melindunginya dari siksa, azab dan pembalasan Allah.

Dia juga tidak dapat melindungi diri sendiri, dan tidak ada seorang pun yang dapat menolongnya. Firman Allah SWT: (Dan jadilah orang-orang yang kemarin mencita-citakan kedudukan Qarun itu) yaitu orang-orang yang saat mereka melihat perhiasannya, mereka berkata. (Moga-moga kiranya kita mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada Qarun; sesungguhnya ia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar) (Surah Al-Qashash: 79) setelah dia dibenamkan, mereka berkata: (Aduhai, benarlah Allah melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki dari hamba-hamba-Nya dan menyempitkannya) yaitu, harta itu tidak menunjukkan bahwa Allah ridha kepada pemiliknya.

Karena sesungguhnya Allah memberi dan mencegah, menyempitkan dan melapangkan, dan merendahkan serta meninggikan. MilikNyalah hikmah yang sempurna dan hujjah yang kuat. (kalau Allah tidak melimpahkan karunia-Nya atas kita, benar-benar Dia telah membenamkan kita (pula)) yaitu seandainya tidak ada belas kasihan dan kebaikan Allah kepada kita maka Dia membenamkan kita sebagaimana Qarun dibenamkan, karena kami pernah mengharapkan kita seperti dia (Aduhai, benarlah tidak beruntung orang-orang yang mengingkari (nikmat Allah) (82)) Maksud mereka yaitu Qarun adalah orang kafir, dan orang kafir itu tidak akan beruntung di hadapan Allah, baik di dunia maupun di akhirat. Ahli Nahwu berbeda pendapat tentang kata (waika’anna).

Sebagian di antara mereka berkata bahwa maknanya adalah “celakalah, ketahuilah bahwa”; tetapi bentuknya ditakhfif. DIkatakan “waika”, dan harakat fathah yang ada pada “an” menunjukkan pembuangan kata “i'lam”. Pendapat ini dinilai lemah oleh Ibnu Jarir.

Yang jelas bahwa pendapat ini kuat dan tidak mengandung masalah, melainkan hanya dari segi penulisannya saja dalam mushaf, yaitu bersambung (Waika’an). Sedangkan penulisan itu merupakan masalah idiom dan rujukannya, dan berasal dari bahasa Arab. Hanya Allah yang lebih Mengetahui.

Dikatakan bahwa makna yang dimaksud adalah ,“Apakah kamu tidak memperhatikan?”, Pendapat ini dikatakan Qatadah. Dikatakan bahwa maknannya adalah (wai) dan (ka’anna) secara terpisah, (wai) bermakna takjub atau perhatian, sedangkan (ka’anna) bermakna “azhunnu” atau “ahtasibu”. Ibnu Jarir berkata bahwa pendapat yang terkuat dalam hal ini adalah pendapat Qatadah, yaitu apakah kamu tidak memperhatikan bahwa, dan dikuatkan dengan ucapan seorang penyair: “Kalian bertanya kepadaku tentang perceraian, dimana kalian melihat kurangnya hartaku, padahal kalian mendatangiku dengan penolakan” “Apakah kalian tidak memperhatikan orang yang memiliki kekayaan yang dicintai dan orang yang kekurangan yang hidupnya sulit”

Sumber: https://tafsirweb.com/7131-surat-al-qashash-ayat-81.html

Informasi Tambahan

Juz

20

Halaman

395

Ruku

341

Apabila kamu membaca Al-Quran, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk

Surah An-Nahl: 98

Adab Membaca Al-Quran

1. Suci dari Hadats

Pastikan dalam keadaan suci dari hadats besar dan kecil sebelum memegang dan membaca Al-Quran. Berwudhu terlebih dahulu merupakan salah satu bentuk penghormatan kepada kitab suci Al-Quran.

2. Niat yang Ikhlas

Membaca Al-Quran dengan niat mencari ridha Allah SWT, bukan untuk pamer atau mencari pujian. Niat yang ikhlas akan membawa keberkahan dalam membaca Al-Quran.

3. Menghadap Kiblat

Diutamakan menghadap kiblat saat membaca Al-Quran sebagai bentuk penghormatan dan mengikuti sunnah Rasulullah SAW. Posisi duduk yang sopan dan tenang juga dianjurkan.

4. Membaca Ta'awudz

Memulai dengan membaca ta'awudz dan basmalah sebelum membaca Al-Quran. Ta'awudz merupakan permintaan perlindungan kepada Allah dari godaan syaitan yang terkutuk.

5. Khusyuk dan Tenang

Membaca dengan tenang dan penuh penghayatan, memahami makna ayat yang dibaca. Tidak tergesa-gesa dan memperhatikan tajwid dengan baik.

6. Menjaga Kebersihan

Membaca Al-Quran di tempat yang bersih dan suci, serta menjaga kebersihan diri dan pakaian. Hindari membaca Al-Quran di tempat yang tidak pantas.

7. Memperindah Suara

Membaca Al-Quran dengan suara yang indah dan tartil, sesuai dengan kemampuan. Tidak perlu memaksakan diri, yang terpenting adalah membaca dengan benar sesuai tajwid.

Masukan & Feedback:info@finlup.id
© 2025 quran.finlup.id - All rights reserved