Kembali ke Surat Ar-Rum

الرّوم (Ar-Rum)

Surat ke-30, Ayat ke-30

فَاَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّيْنِ حَنِيْفًاۗ فِطْرَتَ اللّٰهِ الَّتِيْ فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَاۗ لَا تَبْدِيْلَ لِخَلْقِ اللّٰهِ ۗذٰلِكَ الدِّيْنُ الْقَيِّمُۙ وَلٰكِنَّ اَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُوْنَۙ

Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Islam); (sesuai) fitrah Allah disebabkan Dia telah menciptakan manusia menurut (fitrah) itu. Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui,

📚 Tafsir Al-Muyassar

Tegakkanlah wajahmu (wahai Rasul dan orang-orang yang mengikutimu) dan berjalanlah terus di atas agama yang Allah syariatkan untukmu, yaitu Islam dimana Allah telah memfitrahkan manusia di atasnya. Keberadaan kalian di atasnya dan berpegangnya kalian kepadanya adalah berpegang kepada fitrah Allah dalam bentuk iman hanya kepadaNya semata, tiada pergantian bagi ciptaan dan agama Allah. Inilah jalan lurus yang menyampaikan kepada ridha Allah, Tuhan semesta alam dan surgaNya.

Akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui bahwa apa yang diperintahkan kepadamu (wahai rasul) adalah agama yang haq, bukan selainnya.

Sumber: https://tafsirweb.com/7394-surat-ar-rum-ayat-30.html

📚 Tafsir as-Sa'di

30. Allah memerintahkan untuk ikhlas kepadaNya dalam seluruh keadaan dan menegakkan agamaNya, seraya berfirman, ”maka hadapkanlah wajahmu,” maksudnya, pusatkan dan hadapkanlah ia, “kepada agama,” yaitu islam, iman dan ihsan, dengan cara menghadap dengan hati, niat dan jasadmu untuk menegakkan ajaran-ajaran agama yang nampak, seperti shalat, zakat, puasa, haji dan yang serupa dengannya, dan ajaran-ajarannya yang batin (tidak tampak) seperti cinta, rasa takut, berharap, berinabah; dan bersikap ihsan dalam seluruh ajaran yang lahir dan yang batin, yaitu dengan cara beribadah kepada Allah hingga seakan-akan anda melihatnya; dan jika anda tidak bisa melihatNya, maka (dengan keyakinan) bahwa Dia melihatmu. Allah mengkhususkan penegakan wajah, sebab menghadapnya wajah itu mengikuti konsentrasinya hati, dan usaha badan yang melahirkan dua hal tersebut.

Maka dari itu Dia berfirman, “dengan lurus,” maksudnya, menghadap sepenuhnya kepada Allah dalam hal itu dalam keadaan berpaling drai selainNya. Perkara yang diperintahkan kepada kita ini adalah, “fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu,” dan Allah telah menempatkan keindahan ajaran-ajaran agama tersebut di dalam akal mereka, dan pandangan buruk kepada yang lain. Karena sesungguhnya seluruh hukum syariat yang lahir dan yang batin, telah ditempatkan oleh Allah kecenderungan padanya di dalam hati seluruh manusia.

Allah meletakkan di dalam hati mereka kecintaan kepada yang benar dan sikap mengutamakan yang benar. Inilah hakikat fitrah. Siapa saja yang keluar dari prinsip ini, maka sungguh dia menentang sesuatu yang menimpa fitrahnya, kemudian yang membuatnya rusak, seperti yang disabdakan oleh nabi, “setiap anak yang dilahirkan itu dilahirkan atas fitrah, maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya yahudi, atau menjadikannya nasrani, atau menjadikannya majusi,” “tidak ada perubahan pada fitrah Allah,” maksudnya, tidak seorangpun dapat merubah ciptaan Allah sehingga menjadikan makhluk tidak pada tempat (keadaan) yang telah ditetapkan oleh Allah. “itulah” yang kami perintahkan kepadamu, “agama yang lurus,” maksudnya, jalan yang lurus yang dapat mengantar kepada Allah dan kepada kemuliaanNya.

Maka sesungguhnya siapa saja yang menegakkan wajahnya kepada agama dengan tulus, maka sesungguhnya dia adalah orang yang berjalan di atas jalan yang lurus dalam seluruh syariat-syariatNya dalan jalan-jalanNya, “tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui,” maka mereka tidak mau mengenal agama yang lurus ini, dan jikapun mereka mengetahuinya, maka mereka tidak akan menelusurinya.

Sumber: https://tafsirweb.com/7394-surat-ar-rum-ayat-30.html

📚 Tafsir Al-Wajiz

30. Tetaplah berpegang teguh wahai nabi dan orang yang mengikutimu kepada agama Islam. Murnikanlah pandangan dan tujuanmu hanya kepadaNya seraya berpaling dari setiap agama lain dan menuju jalan lurus serta mengikuti fitrah yaitu suatu keadaan yang mana Allah menciptakan manusia sesuai keadaan itu yaitu tunduk kepada Tuhan yang Maha Kuasa, Maha Bijaksana dan Maha Esa yang mana tidak ada sekutu bagiNya.

Tidak ada satupun yang mampu mengubah fitrah ketuhanan, yaitu dari fitrah bertauhid menjadi fitrah untuk syirik. Kelaziman fitrah itu adalah agama yang lurus yang tidak ada penyimpangan di dalamnya. Akan tetapi kebanyakan manusia seperti orang-orang kafir Mekah tidak mengetahui kebenaran dan ilmu Tauhid karena mereka tidak mau berpikir.

Sumber: https://tafsirweb.com/7394-surat-ar-rum-ayat-30.html

📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas)

Ayat 30-32 Allah SWT berfirman,”Luruskanlah wajahmu dan teruslah berada pada agama yang telah disyariatkan Allah bagimu, yaitu agama yang lurus, agama nabi Ibrahim, yang telah ditunjukkan Allah kepadamu dan Dia sempurnakan bagimu dengan sangat sempurna. Bersamaan dengan semua itu kamu adalah orang yang tetap berada pada fitrahmu yang suci yang telah dibekalkan Allah kepada semua makhlukNya. Karena sesungguhnya Allah membekalkan kepada semua makhlukNya pengetahuan tentang keesaanNya bahwa tidak ada Tuhan selain Dia, sebagaimana yang telah dijelaskan pembahasannya dalam firmanNya: (dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman), "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab, "Betul (Engkau Tuhan kami)") (Surah Al-A'raf: 172) Disebutkan dalam hadits:”Sesungguhnya Aku menciptakan hamba-hambaKu dalam keadaan lurus kemudian setan-setan menyesatkan mereka dari agama mereka” Firman Allah SWT: (Tidak ada perubahan pada fitrah Allah) Sebagian mereka berkata bahwa maknanya adalah “janganlah mengubah ciptaan Allah, sehingga kalian mengubah manusia dari fitrah mereka yang telah dibekalkan Allah kepada mereka” Sehingga ini merupakan berita yang mengandung makna perintah, sebagaimana firmanNya: (barang siapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia) (Surah Ali-Imran: 97) Ini merupakan pendapat yang baik dan benar.

Ulama lainnya berkata bahwa ini adalah berita sesuai dengan apa adanya, yaitu bahwa Allah SWT memberikan secara rata di antara semua makhlukNya fitrah yang lurus. Tidak ada seorangpun yang dilahirkan melainkan dibekali dengan fitrah itu dan tidak ada perbedaan di antara manusia dalam hal itu. Oleh karena itu Ibnu Abbas, Ibrahim An-Nakha'i, Sa'id bin Jubair, Mujahid, Ikrimah, Qatadah, Ad-Dhahhak, dan Ibnu Zaid berkata tentang firmanNya: (Tidak ada perubahan pada fitrah Allah) yaitu pada agama Allah.

Imam Bukhari berkata tentang firmanNya: (Tidak ada perubahan pada fitrah Allah) yaitu untuk agama Allah. Dia menciptakan orang-orang terdahulu pada agama orang-orang terdahulu, agama dan fitrahnya adalah Islam Diriwayatkan dari Az-Zuhri,”Telah bercerita kepadaku Abu Salamah bin Abdurrahman, bahwa Abu Hurairah berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda:”Tidak ada seorang pun yang dilahirkan melainkan atas dasar fitrah, maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya seorang Yahudi, Nasrani, atau Majusi. Sebagaimana dengan hewan ternak yang melahirkan anaknya dalam keadaan sempurna, maka apakah kalian melihat adanya kecacatan pada anak hewan itu?” Kemudian Nabi SAW membacakan: ((tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu.

Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus) Firman Allah SWT: ((Itulah) agama yang lurus) yaitu berpegang kepada syariat dan fitrah yang utuh merupakan agama yang tegak dan lurus (tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui) Oleh karena itu maka kebanyakan orang tidak mengetahuinya, dan mereka berpaling darinya, sebagaimana Allah SWT berfirman: (Dan sebagian besar manusia tidak akan beriman, walaupun kamu sangat menginginkannya (103)) (Surah Yusuf) dan (Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah) (Surah Al-An'am: 116).

Firman Allah SWT: (dengan kembali bertaubat kepadaNya) Ibnu Zaid dan Ibnu Juraij berkata bahwa maknanya adalah kembali kepadaNya. (dan bertakwalah kepada-Nya) yaitu, takutlah kepadaNya dan merasa diawasi oleh­Nya (serta dirikanlah shalat) yaitu ketaatan yang agung (dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang menyekutukan Allah) yaitu jadilah orang-orang yang mengesakanNya, mengikhlaskan diri hanya kepadaNya dalam beribadah, dan tidak menghendaki kepada selainNya dalam peribadatan itu. Firman Allah SWT: (yaitu orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka (32)) yaitu Janganlah menjadi orang-orang musyrik yang telah memecah belah agama mereka, yaitu mereka mengganti dan mengubahnya. Mereka beriman kepada sebagiannya dan ingkar kepada sebagian lainnya.

Sebagian mereka membacanya (wa faaraquu diinahum) yaitu mereka meninggalkan agamanya di belakang mereka. Mereka seperti orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani, orang-orang Majusi, para penyembah berhala dan para pemeluk agama-agama bathil lainnya, selain agama Islam. Sebagaimana Allah SWT berfirman: (Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agamanya dan mereka (terpecah) menjadi beberapa golongan, tidak ada sedikit pun tanggung jawabmu terhadap mereka.

Sesungguhnya urusan mereka hanyalah (terserah) kepada Allah, Kemudian Dia akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka perbuat (159)) (Surah Al-An'am) Agama-agama lain sebelum agama kita itu berselisih pendapat di antara mereka berpegang kepada pendapat-pendapat dan prinsip-prinsip yang bathil.

Setiap golongan menyangka bahwa merekalah yang benar atas sesuatu. Umat ini juga berselisih pendapat di antara mereka sehingga menjadi beberapa golongan. Semuanya sesat kecuali satu golongan, mereka adalah ahlussunnah wal jama'ah yang berpegang teguh kepada kitab Allah dan sunnah RasulNya SAW, serta apa yang biasa diamalkan di abad pertama Islam dari kalangan para sahabat, para tabi'in, dan para Imam orang-orang muslim, sejak zaman dahulu hingga sekarang.

Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Al-Hakim dalam kitab Mustadraknya, bahwa Rasulallah SAW ditanya tentang golongan yang selamat di antara mereka. Maka beliau bersabda:”Apa yang biasa diamalkan olehku dan juga para sahabatku"

Sumber: https://tafsirweb.com/7394-surat-ar-rum-ayat-30.html

Informasi Tambahan

Juz

21

Halaman

407

Ruku

352

Apabila kamu membaca Al-Quran, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk

Surah An-Nahl: 98

Adab Membaca Al-Quran

1. Suci dari Hadats

Pastikan dalam keadaan suci dari hadats besar dan kecil sebelum memegang dan membaca Al-Quran. Berwudhu terlebih dahulu merupakan salah satu bentuk penghormatan kepada kitab suci Al-Quran.

2. Niat yang Ikhlas

Membaca Al-Quran dengan niat mencari ridha Allah SWT, bukan untuk pamer atau mencari pujian. Niat yang ikhlas akan membawa keberkahan dalam membaca Al-Quran.

3. Menghadap Kiblat

Diutamakan menghadap kiblat saat membaca Al-Quran sebagai bentuk penghormatan dan mengikuti sunnah Rasulullah SAW. Posisi duduk yang sopan dan tenang juga dianjurkan.

4. Membaca Ta'awudz

Memulai dengan membaca ta'awudz dan basmalah sebelum membaca Al-Quran. Ta'awudz merupakan permintaan perlindungan kepada Allah dari godaan syaitan yang terkutuk.

5. Khusyuk dan Tenang

Membaca dengan tenang dan penuh penghayatan, memahami makna ayat yang dibaca. Tidak tergesa-gesa dan memperhatikan tajwid dengan baik.

6. Menjaga Kebersihan

Membaca Al-Quran di tempat yang bersih dan suci, serta menjaga kebersihan diri dan pakaian. Hindari membaca Al-Quran di tempat yang tidak pantas.

7. Memperindah Suara

Membaca Al-Quran dengan suara yang indah dan tartil, sesuai dengan kemampuan. Tidak perlu memaksakan diri, yang terpenting adalah membaca dengan benar sesuai tajwid.

Masukan & Feedback:info@finlup.id
© 2025 quran.finlup.id - All rights reserved