Kembali ke Surat Ar-Rum

الرّوم (Ar-Rum)

Surat ke-30, Ayat ke-48

اَللّٰهُ الَّذِيْ يُرْسِلُ الرِّيٰحَ فَتُثِيْرُ سَحَابًا فَيَبْسُطُهٗ فِى السَّمَاۤءِ كَيْفَ يَشَاۤءُ وَيَجْعَلُهٗ كِسَفًا فَتَرَى الْوَدْقَ يَخْرُجُ مِنْ خِلٰلِهٖۚ فَاِذَآ اَصَابَ بِهٖ مَنْ يَّشَاۤءُ مِنْ عِبَادِهٖٓ اِذَا هُمْ يَسْتَبْشِرُوْنَۚ

Allah-lah yang mengirimkan angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang Dia kehendaki, dan menjadikannya bergumpal-gumpal, lalu engkau lihat hujan keluar dari celah-celahnya, maka apabila Dia menurunkannya kepada hamba-hamba-Nya yang Dia kehendaki tiba-tiba mereka bergembira.

📚 Tafsir Al-Muyassar

Allah, Dia-lah yang mengirimkan angin yang menggerakan awan yang berat karena mengandung air, lalu Allah menyebarkannya di langit sebagaimana Dia kehendaki, Dia menjadikan awan-awan itu potongan-potongan, maka kamu melihat hujan keluar dari celah-celah awan, bila Allah mengirimkan hujan itu kepada hamba-hambaNya, mereka pun berbahagia dan bersuka cita karena Allah telah memberikan hujan tersebut kepada mereka.

Sumber: https://tafsirweb.com/7412-surat-ar-rum-ayat-48.html

📚 Tafsir as-Sa'di

48-49. Allah mengabarkan tentang kesempurnaan-kesempurnaanNya dan kelengkapan nikmatNya, yaitu banhwasannya Dia, ”mengirim angin, lalu angin itu menggerakan awan,” dari bumi, “dan membentangkannya di langit,” yakni, membentangkan dan menjadikannya luas, “menurut yang dikehendakiNya,” menurut keadaan yang Dia kehendaki darinya, “kemudian menjadikannya,” maksudnya, menjadikan awan yang terbentang luas itu “bergumpal-gumpal.” Maksudnya, awan yang tebal, sebagianya menggumpali sebagian yang lain, “ lalu kamu lihat hujan keluar dari celah-celahnya,” maksudnya, dari celah-celah awan itu, sebagai tetesan-tetesan kecil yang bertebaran, ia tidak turun semuanya (sekaligus) karena akan membuat rusak apa yang ditimpanya “maka apabila dia mengenai,” maksudnya, dengan hujan itu,orang “yang dikendakiNya dari hamba-hambaNya tiba-tiba mereka menjadi gembira,” sebagian menyampaikan berita gembira pada sebagain yang sangat butuh dan sangat perlunya mereka kepadanya. Maka dari itu Allah berfirman,”dan sesungguhnya sebelum hujan diturunkan kepada mereka, mereka benar-benar telah berputus asa.” Maksudnya, berputus harapan karena keterlambatan waktu turunnya.

Maksudnya, setelah hujan itu turun dalam kondisi seperti itu, maka hujan benar-benar menjadi sangat berharga bagi mereka, dan menjadi kebahagiaan, dan kegembiraan.

Sumber: https://tafsirweb.com/7412-surat-ar-rum-ayat-48.html

📚 Tafsir Al-Wajiz

48. Allah adalah Dzat yang menggerakkan angin dan mengarahkannya pada suatu tujuan sehingga bisa menggerakkan awan dan menyebarkannya dalam keadaan terpisah-pisah satu sama lain di langit sesuai kehendakNya baik sedikit maupun banyak dan terkadang menjadikannya satu potongan yang terpisah, lalu kamu bisa melihat hujan keluar dari tengah-tengahnya. Ketika hujan itu mengenai hamba-hambaNya yang dikehendaki, maka mereka akan memberi kabar gembira satu sama lain tentang kebaikan dan kesuburan melalui hujan yang menjadi tanda-tandanya.

Idza (pada ayat ini) adalah huruf yang menunjukkan hasil dari sesuatu setelahnya yang diakibatkan oleh sesuatu sebelumnya dengan seketika

Sumber: https://tafsirweb.com/7412-surat-ar-rum-ayat-48.html

📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas)

Ayat 48-51 Allah SWT menjelaskan bagaimana Dia menciptakan awan yang menurunkan air darinya. Jadi Allah SWT berfirman: (Allah, Dialah yang mengirim angin, lalu angin itu menggerakkan awan) Baik datangnya dari laut, sebagaimana yang disebutkan oleh banyak ulama, atau dari tempat yang dikehendaki Allah SWT (dan Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendaki-Nya) yaitu Dia membentangkannya, menjadikannya banyak dan berkembang, lalu menjadikannya dari sedikit menjadi banyak. Pada mulanya Dia menjadikan awan yang terlihat di mata seperti perisai, kemudian Dia membentangkannya sehingga memenuhi cakrawala langit.

Terkadang awan datang dari arah laut yang penuh air, sebagaimana Allah SWT berfirman: (Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa kabar gembira, mendahului kedatangan rahmat-Nya (hujan), sehingga apabila angin itu membawa awan mendung, Kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu Kami turunkan hujan di daerah itu. Kemudian Kami tumbuhkan dengan hujan itu berbagai macam buah-buahan. Seperti itulah Kami membangkitkan orang yang telah mati, mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran (57)) (Surah Al-A'raf’) Demikian juga Allah berfirman di sini: (Allah, Dialah yang mengirim angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendaki-Nya dan menjadikannya bergumpal-gumpal) Mujahid, Abu Amr bin Al-’Ala’, Mathar Al-Warraq, dan Qatadah berkata bahwa maknanya adalah bergumpal-gumpal.

Firman Allah SWT: (lalu kamu lihat hujan keluar dari celah-celahnya) yaitu kamu akan melihat adanya air hujan yang keluar di antara celah-celah awan itu (maka apabila hujan itu turun mengenai hamba-hamba-Nya yang dikehendaki-Nya, tiba-tiba mereka menjadi gembira) yaitu karena kebutuhan mereka terhadap hal itu, maka mereka merasa gembira dengan turunnya dan sampainya hujan itu kepada mereka. Firman Allah SWT: (Dan sesungguhnya sebelum hujan diturunkan kepada mereka, mereka benar-benar telah berputus asa (49)) Maknanya adalah bahwa kaum yang mendapat hujan ini, sebelumnya merasa putus asa dari turunnya hujan kepada mereka. Lalu setelah hujan datang kepada mereka, maka itu datang kepada mereka membutuhkannya, sehingga hujan itu bertempat di antara mereka di tempat yang besar.

Ulama Nahwu berbeda pendapat tentang firmanNya: (sebelum hujan diturunkan kepada mereka, mereka benar-benar telah berputus asa) Ibnu Jarir berkata bahwa itu adalah sebagai penegasan. Dia meriwayatkannya dari sebagian ahli bahasa Arab Ulama lain berkata tentang firmanNya: (sebelum hujan diturunkan kepada mereka) yaitu hujan (sebelum itu) yaitu turunnya hujan itu (mereka benar-benar telah berputus asa) Bisa juga ditafsirkan bahwa hal ini menunjukkan makna ta’sis, yang maknannya,“Sebelum turunnya hujan, mereka sangat membutuhkannya, dan sebelum itu juga, hujan datang terlambat kepada mereka dari waktu ke waktu, yang selama itu mereka menunggu kedatangannya, lalu hujan itu terlambat. Kemudian berlalu beberapa waktu, mereka tetap menungguya, dan terlambat.

Kemudian hujan datang dengan tiba-tiba kepada mereka setelah berputus asa. Setelah tanah mereka menjadi gersang dan tandus, maka hiduplah bumi itu, lalu subur dan tumbuhlah berbagai macam tumbuhan yang indah. Oleh karena itu Allah SWT berfirman: (Maka perhatikanlah bekas-bekas rahmat Allah) yaitu hujan itu (bagaimana Allah menghidupkan bumi yang sudah mati) Kemudian Allah mengingatkan dengan hal itu bahwa Dia menghidupkan jasad-jasad setelah mati, tercabik-cabik, dan menjadi tulang belulang.

Jadi Allah SWT berfirman: (Sesungguhnya (Tuhan yang berkuasa seperti) demikian benar-benar (berkuasa) menghidupkan orang-orang yang telah mati) yaitu, Tuhan yang melakukan hal itu benar-benar Maha Kuasa menghidupkan orang-orang yang mati (Dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu) Kemudian Allah SWT berfirman: (Dan sungguh, jika Kami mengirimkan angin (kepada tumbuh-tumbuhan), lalu mereka melihat (tumbuh-tumbuhan itu) menjadi kuning (kering), benar-benar tetaplah mereka sesudah itu menjadi orang yang ingkar (51)) Allah SWT berfirman: (Dan sungguh, jika Kami mengirimkan angin) yang kering kepada tumbuh-tumbuhan yang mereka tanam yang telah tumbuh dengan subur dan tegak di atas bulir-bulirnya, lalu mereka melihatnya menjadi kuning, yaitu, telah kering dan mulai rusak (benar-benar tetaplah mereka sesudah itu) yaitu setelah melihat keadaan ini (menjadi orang yang ingkar) yaitu, mereka mengingkari nikmat-nikmat yang telah diberikan kepada mereka. Sebagaimana firmanNya SWT: (Pernahkah kamu perhatikan benih yang kamu tanam? (63) Kamukah yang menumbuhkannya ataukah Kami yang menumbuhkan? (64) Sekiranya Kami kehendaki, niscaya Kami hancurkan sampai lumat; maka kamu akan heran tercengang (65) (sambil berkata), "Sungguh, kami benar-benar menderita kerugian (66) bahkan kami tidak mendapat hasil apa pun." (67)) (Surah Al-Waqi'ah)

Sumber: https://tafsirweb.com/7412-surat-ar-rum-ayat-48.html

Informasi Tambahan

Juz

21

Halaman

409

Ruku

353

Apabila kamu membaca Al-Quran, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk

Surah An-Nahl: 98

Adab Membaca Al-Quran

1. Suci dari Hadats

Pastikan dalam keadaan suci dari hadats besar dan kecil sebelum memegang dan membaca Al-Quran. Berwudhu terlebih dahulu merupakan salah satu bentuk penghormatan kepada kitab suci Al-Quran.

2. Niat yang Ikhlas

Membaca Al-Quran dengan niat mencari ridha Allah SWT, bukan untuk pamer atau mencari pujian. Niat yang ikhlas akan membawa keberkahan dalam membaca Al-Quran.

3. Menghadap Kiblat

Diutamakan menghadap kiblat saat membaca Al-Quran sebagai bentuk penghormatan dan mengikuti sunnah Rasulullah SAW. Posisi duduk yang sopan dan tenang juga dianjurkan.

4. Membaca Ta'awudz

Memulai dengan membaca ta'awudz dan basmalah sebelum membaca Al-Quran. Ta'awudz merupakan permintaan perlindungan kepada Allah dari godaan syaitan yang terkutuk.

5. Khusyuk dan Tenang

Membaca dengan tenang dan penuh penghayatan, memahami makna ayat yang dibaca. Tidak tergesa-gesa dan memperhatikan tajwid dengan baik.

6. Menjaga Kebersihan

Membaca Al-Quran di tempat yang bersih dan suci, serta menjaga kebersihan diri dan pakaian. Hindari membaca Al-Quran di tempat yang tidak pantas.

7. Memperindah Suara

Membaca Al-Quran dengan suara yang indah dan tartil, sesuai dengan kemampuan. Tidak perlu memaksakan diri, yang terpenting adalah membaca dengan benar sesuai tajwid.

Masukan & Feedback:info@finlup.id
© 2025 quran.finlup.id - All rights reserved