Kembali ke Surat Luqman

لقمٰن (Luqman)

Surat ke-31, Ayat ke-32

وَاِذَا غَشِيَهُمْ مَّوْجٌ كَالظُّلَلِ دَعَوُا اللّٰهَ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ ەۚ فَلَمَّا نَجّٰىهُمْ اِلَى الْبَرِّ فَمِنْهُمْ مُّقْتَصِدٌۗ وَمَا يَجْحَدُ بِاٰيٰتِنَآ اِلَّا كُلُّ خَتَّارٍ كَفُوْرٍ

Dan apabila mereka digulung ombak yang besar seperti gunung, mereka menyeru Allah dengan tulus ikhlas beragama kepada-Nya. Tetapi ketika Allah menyelamatkan mereka sampai di daratan, lalu sebagian mereka tetap menempuh jalan yang lurus. Adapun yang mengingkari ayat-ayat Kami hanyalah pengkhianat yang tidak berterima kasih.

📚 Tafsir Al-Muyassar

Bila orang-orang Musyrik naik kapal, lalu ombak mengepung kapal itu dari segala arah seperti awan dan gunung, lalu menimpa mereka rasa cemas dan takut tenggelam, mereka berdoa kepada Allah dan mengikhlaskannya untukNya semata, namun setelah Allah menyelamatkan mereka ke darat, maka diantara mereka ada yang bersikap pertengahan dengan tidak bersyukur kepada Allah secara sempurna, dan diantara mereka ada ingkar dan kafir kepada nikmat-nikmat Allah. dan tidak ada yang kafir kepada ayat-ayat dan hujjah-hujjah Kami yang menunjukkan kesempurnaan kodrat dan keesaan Kami kecuali setiap pengkhianat yang suka membatalkan perjanjian, dan pengingkar nikmat-nikmat Allah atasnya.

Sumber: https://tafsirweb.com/7516-surat-luqman-ayat-32.html

📚 Tafsir as-Sa'di

32. Allah menjelaskan kondisi manusia pada saat mereka mengarungi lautan dan berkecamuknya ombak seperti gunung berada di atas mereka, yaitu mereka menuluskan doa dan ibadah hanya kepada Allah, “lalu tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai di daratan,” mereka terbagi menjadi dua kelompok. Satu kelompok muqtashidah.

Maksudnya, tidak bersukur kepada Allah dengan sempurna, malah mereka adalah orang-orang yang melakukan dosa dan zhalim terhadap diri mereka sendiri; dan satu kelompok lagi kafir terhadap nikmat Allah dan mengingkarinya. Maka dari itu, Dia berfirman, “Dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami kecuali orang-orang yang mengkhianati,” yaitu para pengkhianat. Di antara pengkhianatannya adalah bbahwa sebelumnya dia telah berjanji kepada Allah, jika Engkau menyelamatkan kami dari lautan dan kesengsaraannya, maka kami akan menjadi orang-orang yang bersyukur.

Namun dia merusak janjinya dan dia tidak memenuhinya, “lagi ingkar” terhadap nikmat-nikmat Allah. Tidaklah pantas bagi orang yang telah diselamatkan oleh Allah dari kesengsaraan (kesempitan) itu melainkan tindakan penuh bersyukur atas nikmat-nikmatNya.

Sumber: https://tafsirweb.com/7516-surat-luqman-ayat-32.html

📚 Tafsir Al-Wajiz

32. Apabila mereka digulung oleh ombak yang besar seperti gunung, yang menyapu mereka dari bawah mereka. Berupa gunung-gunung, atau awan dan lain-lainnya, mereka bermunajat kepada Allah dengan penuh keikhlasan, kekhusyuan dan dengan penuh kerendahan diri.

Namun sesudah mereka diselamatkan sampai ke darat, mereka justru terbagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama menepati apa yang telah mereka perjanjikan kepada Allah dengan didasari keikhlasan dalam beragama. Namun kelompok yang kedua berkhianat dan tidak menepati janji mereka.

Tidak ada yang menginglngkari ayat Kami kecuali merekalah para pengkhianat yang tidak berterimakasih atas nikmat Allah kepada mereka

Sumber: https://tafsirweb.com/7516-surat-luqman-ayat-32.html

📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas)

Ayat 31-32 Allah SWT memberitahukan bahwa Dia telah menundukkan laut agar bahtera dapat berlayar di permukaannya dengan izinNya, yaitu berkat kelembutan dan penundukanNya, karena sesungguhnya seandainya Allah tidak menciptakan kekuatan pada laut untuk menahan beban batera-bahtera dengannya, maka bahtera tidak dapat berlayar. Oleh karena itu Allah SWT berfirman: (supaya diperlihatkan-Nya kepadamu sebagian dari tanda-tanda (kekuasaan)-Nya) yaitu, sebagian dari kekuasaanNya (Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi semua orang yang sangat sabar lagi banyak bersyukur) yaitu sabar dalam penderitaan dan bersyukur dalam kemakmuran. Kemudian Allah SWT berfirman: (Dan apabila mereka dilamun ombak yang besar seperti gunung) yaitu sebagaimana gunung dan awan (mereka menyeru Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya) sebagaimana Allah SWT berfirman: (Dan apabila kamu ditimpa bahaya di lautan, niscaya hilanglah siapa yang kamu seru kecuali Dia) (Surah Al-Isra’: 67) dan Allah SWT: (Maka apabila mereka naik kapal, mereka berdoa kepada Allah dengan penuh rasa pengabdian (ikhlas) kepada-Nya) (Surah Al-'Ankabut: 65).

Kemudian Allah SWT berfirman: (maka tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai di daratan, lalu sebagian mereka tetap menempuh jalan yang lurus) Mujahid berkata bahwa maknanya adalah kafir, seakan-akan dia menafsirkan “AL-Muqtashid” di sini sebagai ingkar, sebagaimana Allah SWT berfirman: (maka tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai ke darat, tiba-tiba mereka (kembali) menyekutukan (Allah)) (Surah Al-'Ankabut: 65) Ibnu Zaid berkata bahwa makna yang dimaksud adalah pertengahan dalam beramal.

Apa yang dikatakan oleh Ibnu Zaid ini semakna dengan apa yang disebutkan dalam firmanNya: (lalu di antara mereka ada yang menzalimi diri sendiri, ada yang pertengahan dan ada (pula) yang berlomba dalam berbuat kebaikan) (Surah Fathir: 32) makna Al-muqtasid di sini adalah pertengahan dalam beramal.

Bisa juga maknanya adalah yang ada dalam ayat ini juga. Hal ini juga termasuk dalam sikap ingkar dari orang yang menyaksikan pemandangan yang mengerikan dan kejadian yang agung serta tanda-tanda kekuasaanNya yang jelas di laut. Kemudian setelah Allah memberikan keselamatan dari bahaya itu, maka seharusnya dia merespon hal itu dengan mengerjakan amal yang sempurna, terus dalam beribadah, dan bersegera mengerjakan kebaikan.

Barangsiapa yang hanya bersikap pertengahan setelah itu, maka dia termasuk dalam orang-orang yang berpikir pendek. Hanya Allah yang lebih Mengetahui. Firman Allah SWT: (Dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami selain orang-orang yang tidak setia lagi ingkar) Makna “Al-khattar” adalah pengkhianat.

Pendapat ini dikatakan Mujahid, Al-Hasan, Qatadah, dan Malik, dari Zaid bin Aslam. yaitu orang yang setiap kali berjanji selalu mengkhianati janjinya. Dan “al-khatr” adalah pengkhianatan berat. Hal itu dikatakan Amr bin Ma'di Yakrib: “Dan sesungguhnya kamu bila melihat Abu Umair, maka kamu akan menyaksikan kecurangan dan pengkhianatan yang banyak” Firman Allah: (lagi ingkar) yaitu, sangat ingkar kepada nikmat-nikmat dan tidak mensyukurinya, bahkan sengaja melupakan dan tidak mengingatnya

Sumber: https://tafsirweb.com/7516-surat-luqman-ayat-32.html

Informasi Tambahan

Juz

21

Halaman

414

Ruku

357

Apabila kamu membaca Al-Quran, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk

Surah An-Nahl: 98

Adab Membaca Al-Quran

1. Suci dari Hadats

Pastikan dalam keadaan suci dari hadats besar dan kecil sebelum memegang dan membaca Al-Quran. Berwudhu terlebih dahulu merupakan salah satu bentuk penghormatan kepada kitab suci Al-Quran.

2. Niat yang Ikhlas

Membaca Al-Quran dengan niat mencari ridha Allah SWT, bukan untuk pamer atau mencari pujian. Niat yang ikhlas akan membawa keberkahan dalam membaca Al-Quran.

3. Menghadap Kiblat

Diutamakan menghadap kiblat saat membaca Al-Quran sebagai bentuk penghormatan dan mengikuti sunnah Rasulullah SAW. Posisi duduk yang sopan dan tenang juga dianjurkan.

4. Membaca Ta'awudz

Memulai dengan membaca ta'awudz dan basmalah sebelum membaca Al-Quran. Ta'awudz merupakan permintaan perlindungan kepada Allah dari godaan syaitan yang terkutuk.

5. Khusyuk dan Tenang

Membaca dengan tenang dan penuh penghayatan, memahami makna ayat yang dibaca. Tidak tergesa-gesa dan memperhatikan tajwid dengan baik.

6. Menjaga Kebersihan

Membaca Al-Quran di tempat yang bersih dan suci, serta menjaga kebersihan diri dan pakaian. Hindari membaca Al-Quran di tempat yang tidak pantas.

7. Memperindah Suara

Membaca Al-Quran dengan suara yang indah dan tartil, sesuai dengan kemampuan. Tidak perlu memaksakan diri, yang terpenting adalah membaca dengan benar sesuai tajwid.

Masukan & Feedback:info@finlup.id
© 2025 quran.finlup.id - All rights reserved