Kembali ke Surat Al-Ahzab

الاحزاب (Al-Ahzab)

Surat ke-33, Ayat ke-32

يٰنِسَاۤءَ النَّبِيِّ لَسْتُنَّ كَاَحَدٍ مِّنَ النِّسَاۤءِ اِنِ اتَّقَيْتُنَّ فَلَا تَخْضَعْنَ بِالْقَوْلِ فَيَطْمَعَ الَّذِيْ فِيْ قَلْبِهٖ مَرَضٌ وَّقُلْنَ قَوْلًا مَّعْرُوْفًاۚ

Wahai istri-istri Nabi! Kamu tidak seperti perempuan-perempuan yang lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk (melemah lembutkan suara) dalam berbicara sehingga bangkit nafsu orang yang ada penyakit dalam hatinya, dan ucapkanlah perkataan yang baik.

📚 Tafsir Al-Muyassar

Wahai istri-istri Nabi, kalian dalam perkara keutamaan dan kedudukan tidak seperti wanita-wanita lain, jika kalian menaati Allah dan RasulNya, serta menjauhi kemaksiatan kepadaNya. Jangan berbicara dengan orang-orang asing dengan suara lemah lembut yang membuat orang-orang yang berhati sakit berharap melakukan perbuatan haram. Ini adalah adab wajib atas setiap wanita yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, dan ucapkanlah kata-kata yang jauh dari kecurigaan yang diingkari oleh syariat.

Sumber: https://tafsirweb.com/7644-surat-al-ahzab-ayat-32.html

📚 Tafsir as-Sa'di

32. Allah berfirman, “Hai istri-istri Nabi,” satu sapaan (khithab) untuk mereka semua, “kalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kalian bertakwa” kepada Allah.

Karena sesungguhnya kalian dengan begitu mengungguli seluruh kaum wanita dan tidak satu pun wanita bisa menyamai kalian. Maka sempurnakanlah takwa dengan seluruh sarana (wasilah) dan tujuan-tujuannya. Maka dari itu mereka dibimbing untuk memutus segala sarana yang diharamkan, seraya berfirman, “Maka janganlah kalian tunduk dalam berbicara,” maksudnya, dalam berbicara kepada kaum laki-laki, atau pembicaraan yang mana mereka dapat mendengarnya, lalu kalian bersikap halus dan berbicara dengan perkataan lembut yang dapat merangsang, sehingga berkeinginanlah “orang yang ada penyakit dalam hatinya,” maksudnya, penyakit birahi zina.

Sebab, orang seperti itu selalu siap mengintai perangsang apa pun yang dapat merangsangnya, karena hatinya tidak tidak sehat. Sedangkan hati yang sehat tidak mempunyai syahwat (ketertarikan) kepada segala sesuatu yang Allah haramkan. Sebba, hati seperti itu hampir tidak dapat dirangsang dan digerakkan oleh sebab-sebab (yang merangsang) karena kesehatan dan kebersihannya dari penyakit.

Sangat berbeda dengan orang yang hatinya sakit yang tidak sanggup menahan godaan yang bisa ditahan oleh orang yang berhati sehat, dan tidak bisa sabar atas sesuatu yang mana orang yang berhati sehat bisa sabar. Jadi, pemicu sekecil apa pun yang ada dan merangsangnya untuk melakukan yang haram, maka ia akan memenuhi rangsangannya dan langsung melakukannya. Ini membuktikan “Bahwa faktor (penyebab dan) sarana mempunyai hukum-hukum menurut tujuannya,” Sebab hukum asal sikap tunduk dan sikap lembut dalam berbicara itu mubah (boleh).

Akan tetapi karena ia bisa menjadi sarana (penyebab) kepada hal yang diharamkan, maka ia tidak diperbolehkan. Maka dari itu, hendaknya seorang perempuan tidak melembutkan suaranya dalam berbicara kepada laki-laki. Dan ketika Allah melarang mereka bersikap lembut dalam berkata, maka bisa jadi muncul dugaan salah bahwa mereka diperintah untuk memperkasar perkataan.

Hal ini disingkirkan dengan FirmanNya, “Dan ucapkanlah perkataan yang baik,” maksudnya, tidak kasar dan tidak kering, sebagaimana (perintah untuk) tidak lembut lagi tunduk. Cobalah perhatikan bagaimana Allah berfirman, “Maka janganlah kalian tunduk dalam berbicara,” Allah tidak mengatakan , “Maka janganlah lembut dalam berbicara.” Hal tersebut karena yang dilarang adalah pembicaraan lembut yang di situ terkandung sikap tunduknya seorang wanita kepada laki-laki dan salah tingkah di hadapannya.

Dan orang yang tunduk adalah orang membuat orang lain ingin padanya. Berbeda dengan orang yang berbicara dengan pembicaraan lembut yang tidak mengandung sikap tunduk, bahkan terkadang bisa mengandung sikap keras dan mampu mengalahkan lawan. Maka orang yang seperti ini, lawan jenisnya tidak berkeinginan padanya.

Maka dari itu Allah memuji RasulNya karena kelembutan beliau, seraya berfirman, "Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu" (Ali Imran:159). Dan Dia berfirman kepada Musa dan Harun, "Pergilah kamu berdua kepada Firaun, sesungguhnya dia telah melampaui batas; maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut". (Thaha:43-44).

Dan Firman Allah, “Sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya,” padahal Dia memerintahkan supaya menjaga kemaluan dan Dia memuji laki-laki dan perempuan yang memelihara kemaluannya, serta Dia melarang perbuatan mendekati zina. Ini menunjukkan bahwa sepantasnya seorang hamba apabila merasakan pada dirinya ada kondisi seperti ini, dan dia merasa berhasrat untuk melakukan yang diharamkan saat melihat atau mendengar pembicaraan orang yang dia suka, dan dia merasakan adanya motivator (syahwat) keinginannya telah tertuju kepada yang haram, maka hendaknya dia mengetahui bahwa itu adalah penyakit, dan hendaklah dia bersungguh-sungguh dalam upaya melemahkan penyakit ini dan menumpas bisikan-bisikan rendahan itu, serta bermujahadah melawan nafsu untuk menyelamatkan diri dari penyakit yang sangat berbahaya ini, dan memohonlah kepada Allah perlindungan dan taufikNya; dan (hendaklah dia mengetahui) bahwa upaya yang demikian ini termasuk dalam kategori memelihara kemaluan (kehormatan) yang diperintahkan.

Sumber: https://tafsirweb.com/7644-surat-al-ahzab-ayat-32.html

📚 Tafsir Al-Wajiz

32. “Wahai para istri Nabi, keutamaan dan derajat kalian bukanlah seperti perempuan lain. - Kata ahad dalam susunan negatif (laisa) menunjukkan makna laki-laki dan perempuan, juga itu tunggal dan jamak. - Jika kalian (para istri Nabi) senantiasa sibuk dalam ketaqwaan, dengan mengerjakan perintah dan menjauhi segala larangan. Jangan lemahkan suara kalian untuk menunjukkan kelembutan dan sifat keperempuanan kepada para lelaki, berkatalah dengan baik tanpa harus melembutkan suara, agar tidak terjadi kesalahpahaman dan keraguan dari para lelaki.” Qaul ma’ruf: kata-kata yang moderat, tidak menyinggung

Sumber: https://tafsirweb.com/7644-surat-al-ahzab-ayat-32.html

📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas)

Ayat 32-34 Ini merupakan etika yang diperintahkan Allah SWT kepada istri-istri Nabi SAW, dan kaum wanita umatnya mengikut mereka dalam hal itu. Oleh karena itu Allah SWT berfirman kepada istri-istri Nabi SAW bahwa apabila mereka bertakwa kepada Allah SWT sesuai dengan yang Dia perintahkan kepada mereka, maka sesungguhnya tidak ada seorang wanita pun yang setara dengan mereka dan tidak ada seorang wanita pun yang dapat menyusul keutamaan dan kedudukan mereka. Kemudian Allah SWT berfirman: (Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara) As-Suddi dan lainnya mengatakan berkata makna yang dimaksud adalah mereka istri-istri Nabi SAW tidak boleh bertutur kata dengan lemah lembut jika berbicara dengan lelaki.

Hal itu karena Allah SWT berfirman: (sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya) yaitu rasa khianat (dan ucapkanlah perkataan yang baik) Ibnu Zaid berkata bahwa makna yang dimaksud adalah ucapan yang baik, pantas, dan tegas. Maknannya adalah bahwa seorang wanita itu jika berbicara dengan lelaki lain hendak tidak memakai suara yang lemah lembut, yaitu janganlah seorang wanita berbicara dengan lelaki lain seperti dia berbicara kepada suaminya. Firman Allah SWT: (dan hendaklah kamu tetap di rumahmu) yaitu, diamlah di rumahmu dan janganlah keluar rumah kecuali karena suatu keperluan.

Termasuk keperluan yang diakui oleh syariat adalah menunaikan shalat di masjid dengan semua persyaratan­nya, sebagaimana Rasulullah SAW bersabda,”Janganlah melarang hamba-hamba perempuan Allah dari masjid-masjidNya, dan hendaklah mereka keluar dalam keadaan berpakaian yang tertutup rapi” Qatadah berkata tentang firmanNya: (dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliah yang dahulu) yaitu jika kalian keluar dari rumah kalian. Dahulu wanita jika berjalan berlenggak-lenggok dengan langkah yang merusak dan memikat, lalu Allah SWT melarang hal itu. Muqatil bin Hayyan berkata tentang firmanNya: (dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliah yang dahulu) “At-Tabarruj” maknannya adalah mengenakan kain kerudung di kepalanya tanpa mengikatnya, lalu mengikatnya untuk menutupi kalung, antingnya dan lehernya.

Jika tidak maka semuanya itu terlihat, yang demikian itu adalah tabarruj. Kemudian ini berlaku menyeluruh untuk semua kaum wanita mukmin dari melakukan tabarruj. Firman Allah SWT: (dan dirikanlah salat, tunaikanlah zakat, dan taatilah Allah dan Rasul-Nya) Pada mulanya Allah melarang mereka dari perbuatan buruk, kemudian memerintahkan mereka untuk berbuat kebaikan seperti mendirikan shalat, yaitu menyembah hanya kepada Allah, tidak ada sekutu bagiNya dan menunaikan zakat yaitu artinya berbuat baik kepada makhluk (dan taatilah Allah dan Rasul-Nya) Ini termasuk ke dalam bagian Athaf 'Am 'Ala Khas.

Firman Allah SWT: (Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai Ahlul Bait, dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya) Ini memasukkan istri-istri Nabi SAW ke dalam pengertian ahlul bait di sini, karena mereka adalah yang menjadi penyebab turunnya ayat ini. Dan penyebab turunnya ayat itu termasuk ke dalamnya berdasarkan suatu ungkapan, tetapi adakalanya hanya berdasarkan suatu ungkapan saja, atau beserta yang lainnya menurut pendapat yang shahih. Kemudian termasuk hal yang tidak diragukan lagi bagi orang yang merenungkannya bahwa istri-istri Nabi SAW termasuk dalam firmanNya: (Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai Ahlul Bait, dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya) Karena sesungguhnya konteks ayat ini berkaitan dengan mereka, Oleh karena itu Allah SWT berfirman setelah semua ini: (Dan ingatlah apa yang dibacakan di rumahmu dari ayat-ayat Allah dan hikmah (sunnah Nabimu)) yaitu, ketahuilah apa yang diturunkan Allah SWT kepada Rasulallah SAW di dalam rumah kalian berupa Al-Qur'an dan sunnah.

Pendapat ini dikatakan Qatadah dan lainnya. Ingatlah nikmat yang dikhususkan Allah bagi kalian di antara semua manusia, bahwa wahyu ada yang diturunkan di rumah-rumah kalian, bukan rumah orang lain. Aisyah binti Abu Bakr Ash-Shiddiq adalah istri Nabi SAW yang paling utama mendapat nikmat ini, paling beruntung, dan paling khusus di antara istri-istri beliau yang lainnya dalam mendapatkan rahmat yang melimpah ini.

Karena sesungguhnya belum pernah diturunkan kepada Rasulullah SAW suatu wahyu pun di atas tempat tidur seorang istri selain dari tempat tidurnya, sebagaimana yang pernah disebutkan sabda Nabi SAW yang menceritakan hal itu. Ibnu Jarir berkata,”Ingatlah kalian atas nikmat Allah atas kalian, yaitu Allah telah menjadikan ayat-ayatNya dan hikmah dibacakan di dalam rumah-rumah kalian. Maka bersyukurlah kepada Allah atas hal itu dan memujilah kepadaNya. (Sesungguhnya Allah adalah Maha Lembut lagi Maha Mengetahui) yaitu Dzat yang memiliki kelembutan kepada kalian karena Dia telah menjadikan di rumah-rumah kalian ayat-ayat Allah dan hikmah selalu dibacakan.

Dia Maha Mengetahui tentang kalian, karena memilih kalian sebagai istri-istri Rasulullah SAW. Qatadah berkata tentang firmanNya: (Dan ingatlah apa yang dibacakan di rumahmu dari ayat-ayat Allah dan hikmah (sunnah Nabi)) Allah menyebut nikmat kepada mereka dalam hal itu.

Sumber: https://tafsirweb.com/7644-surat-al-ahzab-ayat-32.html

Informasi Tambahan

Juz

22

Halaman

422

Ruku

364

Apabila kamu membaca Al-Quran, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk

Surah An-Nahl: 98

Adab Membaca Al-Quran

1. Suci dari Hadats

Pastikan dalam keadaan suci dari hadats besar dan kecil sebelum memegang dan membaca Al-Quran. Berwudhu terlebih dahulu merupakan salah satu bentuk penghormatan kepada kitab suci Al-Quran.

2. Niat yang Ikhlas

Membaca Al-Quran dengan niat mencari ridha Allah SWT, bukan untuk pamer atau mencari pujian. Niat yang ikhlas akan membawa keberkahan dalam membaca Al-Quran.

3. Menghadap Kiblat

Diutamakan menghadap kiblat saat membaca Al-Quran sebagai bentuk penghormatan dan mengikuti sunnah Rasulullah SAW. Posisi duduk yang sopan dan tenang juga dianjurkan.

4. Membaca Ta'awudz

Memulai dengan membaca ta'awudz dan basmalah sebelum membaca Al-Quran. Ta'awudz merupakan permintaan perlindungan kepada Allah dari godaan syaitan yang terkutuk.

5. Khusyuk dan Tenang

Membaca dengan tenang dan penuh penghayatan, memahami makna ayat yang dibaca. Tidak tergesa-gesa dan memperhatikan tajwid dengan baik.

6. Menjaga Kebersihan

Membaca Al-Quran di tempat yang bersih dan suci, serta menjaga kebersihan diri dan pakaian. Hindari membaca Al-Quran di tempat yang tidak pantas.

7. Memperindah Suara

Membaca Al-Quran dengan suara yang indah dan tartil, sesuai dengan kemampuan. Tidak perlu memaksakan diri, yang terpenting adalah membaca dengan benar sesuai tajwid.

Masukan & Feedback:info@finlup.id
© 2025 quran.finlup.id - All rights reserved