Kembali ke Surat Al-Ahzab

الاحزاب (Al-Ahzab)

Surat ke-33, Ayat ke-38

مَا كَانَ عَلَى النَّبِيِّ مِنْ حَرَجٍ فِيْمَا فَرَضَ اللّٰهُ لَهٗ ۗسُنَّةَ اللّٰهِ فِى الَّذِيْنَ خَلَوْا مِنْ قَبْلُ ۗوَكَانَ اَمْرُ اللّٰهِ قَدَرًا مَّقْدُوْرًاۙ

Tidak ada keberatan apa pun pada Nabi tentang apa yang telah ditetapkan Allah baginya. (Allah telah menetapkan yang demikian) sebagai sunnah Allah pada nabi-nabi yang telah terdahulu. Dan ketetapan Allah itu suatu ketetapan yang pasti berlaku,

📚 Tafsir Al-Muyassar

Nabi Muhammad tidak memikul dosa karena melakukan apa yang Allah halalkan, yaitu menikahi mantan istri anak angkatnya setelah dia diceraikan, sebagaimana Allah menghalalkannya untuk nabi-nabi sebelumnya. Ini adalah Sunnah Allah dalam agama pada orang-orang yang terdahulu dan perkara Allah adalah sesuatu yang telah ditakdirkan dan pasti akan terlaksana.

Sumber: https://tafsirweb.com/7650-surat-al-ahzab-ayat-38.html

📚 Tafsir as-Sa'di

38. Ini adalah sanggahan terhadap tuduhan miring dari orang yang mencela Rasulullah dalam masalah banyaknya istri beliau, dan bahwa sesungguhnya tuduhan miring tersebut adalah tuduhan yang tidak pada tempatnya. Maka Allah berfirman, “TIdak ada suatu keberatan pun atas Nabi,” maksudnya, kesalahan dan dosa, “tentang sesuatu yang telah Allah tetapkan baginya,” yakni tentang istri-istri yang telah Allah tetapkan baginya.

Sebab hal ini telah diperbolehkan oleh Allah kepadanya, sebagaimana telah diperbolehkan kepada para nabi sebelumnya. Maka dari itu Allah berfirman, “(Allah telah menetapkan yang demikian) sebagai sunnahNya pada nabi-nabi yang telah berlalu dahulu.

Dan ketetapan Allah itu adalah suatu ketetapan yang pasti berlaku,” maksudnya, pasti harus terjadi.

Sumber: https://tafsirweb.com/7650-surat-al-ahzab-ayat-38.html

📚 Tafsir Al-Wajiz

38. Tidak ada dosa atas apa yang telah Allah halalkan kepada Nabi, yaitu menikahi bekas istri putra angkatnya. Allah telah menetapkannya sebagai kesunnahan sebagaimana sunnah-sunnah lainnya seperti yang sudah diberlakukan kepada umat-umat dan nabi-nabi terdahulu.

Sesuatu yang awalnya menjadi beban kemudian Allah menghalalkannya seperti pada kasus masalah pernikahan dan lainnya. Sesungguhnya ketetapan Allah itu pasti. Takdir telah ditulis sesuai kehendak Allah sejak zaman azali.

Kalimat maqduran sebagai penekanan

Sumber: https://tafsirweb.com/7650-surat-al-ahzab-ayat-38.html

📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas)

Allah SWT berfirman: (Tidak ada suatu keberatan pun atas Nabi tentang apa yang telah ditetapkan Allah baginya) yaitu tentang apa yang dihalalkan bagi beliau dan apa yang Dia perintahkan kepada beliau berupa mengawini Zainab yang telah diceraikan anak angkat beliau, Zaid bin Haritsah. Firman Allah SWT: ((Allah telah menetapkan yang demikian itu) sebagai sunnah-Nya pada nabi-nabi yang telah berlalu dahulu) Ini merupakan hukum Allah pada nabi-nabi sebelumnya. Allah tidak sekali-kali memerintahkan kepada mereka untuk melakukan sesuatu yang menyebabkan dosa.

Ini merupakan sanggahan terhadap sebagian orang dari kalangan orang-orang munafik yangg menduga terkait berkurangnya martabat beliau karena mengawini bekas istri Zaid yang merupakan maula dan anak angkat beliau (Dan adalah ketetapan Allah itu suatu ketetapan yang pasti berlaku) yaitu, perkara yang telah ditetapkan itu pasti terjadi dan tidak akan bisa dielakkan dan dihalangi, karena apa yang Dia kehendaki pasti terjadi dan apa yang tidak Dia kehendaki pasti tidak terjadi.

Sumber: https://tafsirweb.com/7650-surat-al-ahzab-ayat-38.html

Informasi Tambahan

Juz

22

Halaman

423

Ruku

365

Apabila kamu membaca Al-Quran, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk

Surah An-Nahl: 98

Adab Membaca Al-Quran

1. Suci dari Hadats

Pastikan dalam keadaan suci dari hadats besar dan kecil sebelum memegang dan membaca Al-Quran. Berwudhu terlebih dahulu merupakan salah satu bentuk penghormatan kepada kitab suci Al-Quran.

2. Niat yang Ikhlas

Membaca Al-Quran dengan niat mencari ridha Allah SWT, bukan untuk pamer atau mencari pujian. Niat yang ikhlas akan membawa keberkahan dalam membaca Al-Quran.

3. Menghadap Kiblat

Diutamakan menghadap kiblat saat membaca Al-Quran sebagai bentuk penghormatan dan mengikuti sunnah Rasulullah SAW. Posisi duduk yang sopan dan tenang juga dianjurkan.

4. Membaca Ta'awudz

Memulai dengan membaca ta'awudz dan basmalah sebelum membaca Al-Quran. Ta'awudz merupakan permintaan perlindungan kepada Allah dari godaan syaitan yang terkutuk.

5. Khusyuk dan Tenang

Membaca dengan tenang dan penuh penghayatan, memahami makna ayat yang dibaca. Tidak tergesa-gesa dan memperhatikan tajwid dengan baik.

6. Menjaga Kebersihan

Membaca Al-Quran di tempat yang bersih dan suci, serta menjaga kebersihan diri dan pakaian. Hindari membaca Al-Quran di tempat yang tidak pantas.

7. Memperindah Suara

Membaca Al-Quran dengan suara yang indah dan tartil, sesuai dengan kemampuan. Tidak perlu memaksakan diri, yang terpenting adalah membaca dengan benar sesuai tajwid.

Masukan & Feedback:info@finlup.id
© 2025 quran.finlup.id - All rights reserved