Kembali ke Surat Al-Ahzab

الاحزاب (Al-Ahzab)

Surat ke-33, Ayat ke-39

ۨالَّذِيْنَ يُبَلِّغُوْنَ رِسٰلٰتِ اللّٰهِ وَيَخْشَوْنَهٗ وَلَا يَخْشَوْنَ اَحَدًا اِلَّا اللّٰهَ ۗوَكَفٰى بِاللّٰهِ حَسِيْبًا

(yaitu) orang-orang yang menyampaikan risalah-risalah Allah, mereka takut kepada-Nya dan tidak merasa takut kepada siapa pun selain kepada Allah. Dan cukuplah Allah sebagai pembuat perhitungan.

📚 Tafsir Al-Muyassar

Kemudian Allah menyebutkan para nabi terdahulu dan menyanjung mereka, bahwa mereka telah menyampaikan risalah-risalah Allah kepada manusia dan mereka takut kepada Allah semata dan tidak takut kepada siapa pun selainNya. Dan cukuplah Allah sebagai yang memperhitungkan segala amal perbuatan hamba-hambaNya seluruhnya dan pengawas atas mereka.

Sumber: https://tafsirweb.com/7651-surat-al-ahzab-ayat-39.html

📚 Tafsir as-Sa'di

39. Kemudian Allah menjelaskan, siapa gerangan mereka yang terdahulu, dan ini adalah sunnah dan tradisi mereka. Sesungguhnya mereka adalah “orang-orang yang menyampaikan risalah-risalah Allah.” Mereka membacakan ayat-ayat Allah, hujjah-hujjah dan argument-argumenNya kepada manusia, dan mengajak mereka kepada Allah, “dan mereka takut kepadaNya,” semata, tiada sekutu bagiNya “dan mereka tiada merasa takut kepada seorang pun,” kecuali kepada Allah.

Apabila yang demikian itu adalah sudah menjadi sunnah pada para nabi yang ma’shum, yang tugas mereka telah mereka laksanakan dan mereka kerjakan sebaik-baiknya, yaitu berdakwah, mengajak manusia kepada Allah dan hanya takut kepadaNya semata, yang menuntut untuk melaksanakan segala yang diperintahkanNya dan meninggalkan segala laranganNYa, [maka hal ini membuktikan bahwa yang demikian itu tidak mengandung aib (cela) dari sudut mana pun]. “Dan cukuplah Allah sebagai pembuat Perhitungan,” yang memperhitungkan hamba-hambaNya dan selalu mengawasi amal perbuatan mereka. Dengan demikian dapat diketahui bahwa menikah itu termasuk salah satu sunnah (tradisi) para utusan Allah.

Sumber: https://tafsirweb.com/7651-surat-al-ahzab-ayat-39.html

📚 Tafsir Al-Wajiz

39. Para nabi terdahulu yang telah menyampaikan risalah Allah kepada manusia. Mereka hanya takut kepada Allah dan tidak takut siapapun kecuali Allah.

Begitu juga engkau wahai Muhammad, cukup engkau menyampaikan hukum dan syariat Allah, Allahlah Yang akan menghitung dan menjaga amal-amal mereka. Maka tidak ada yang harus ditakuti kecuali Allah

Sumber: https://tafsirweb.com/7651-surat-al-ahzab-ayat-39.html

📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas)

Ayat 39-40 Allah SWT memuji ((yaitu) orang-orang yang menyampaikan risalah-risalah Allah) kepada makhlukNya dan menunaikan amanat yang diberikan kepada mereka (mereka takut kepada-Nya) yaitu, mereka hanya takut kepada Allah, dan tidak takut kepada seorangpun selain Dia. Maka tidak ada kekuasaan seorang pun yang dapat mencegah mereka untuk menyampaikan risalah-risalah Allah SWT (Dan cukuplah Allah sebagai Pembuat Perhitungan) yaitu cukuplah Allah sebagai Penolong dan Pembantu. Pemimpinmanusia dalam menegakkan hal ini, bahkan dalam semua kedudukan, adalah nabi Muhammad, Rasulullah SAW, karena sesungguhnya beliau telah menunaikan dan menyampaikan risalah itu kepada semua penduduk di belahan bumi timur dan barat, sehingga kepada semua anak cucu nabi Adam.

Allah memenangkan kalimat, agama, dan syariat­Nya atas semua agama dan syariat. Dan sesungguhnya nabi-nabi sebelumnya hanya diutus khusus kepada kaumnya, sedangkan beliau SAW diutus kepada semua makhluk, baik yang Arab maupun non Arab (Katakanlah, "Hai manusia, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua”) (Surah Al-A'raf: 158) Kemudian tugas penyampaian itu diwarisi oleh umat setelah beliau.

Orang yang paling berjasa dalam hal ini adalah para sahabat beliau. Mereka menyampaikan dari beliau sebagaimana apa yang telah beliau sampaikan kepada mereka dalam semua perkataan, perbuatan, dan keadaan beliau di malam dan siang hari, dalam keadaan di tempat dan dalam perjalanan, dalam keadaan sembunyi dan terang-terangan. Semoga Allah meridhai mereka.

Kemudian diwarisi oleh pengganti setelah mereka sampai kepada masa kita ini. Maka dengan cahaya merekalah, orang-orang yang mendapat petunjuk mengikuti jejak mereka, dan hanya orang-orang yang mendapat taufiklah yang menempuh jalan mereka. Maka kita memohon kepada Allah SWT untuk menjadikan kita termasuk orang-orang yang dapat menggantikan mereka.

Firman Allah SWT: (Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu) Setelah ini ini dilarang menyebutkan Zaid bin Muhammad. yaitu, bahwa nabi Muhammad SAW bukan ayah Zaid, sekalipun Nabi SAW telah mengangkatnya sebagai anak, karena sesungguhnya tidak ada seorang anak lelaki pun bagi Nabi SAW yang hidup sampai mencapai usia balihg. Sesungguhnya Nabi SAW mempunyai anak laki-laki dari Khadijah, yaitu Al-Qasim, Ath-Thayyib, dan Ath-Thahir yang semuanya meninggal dunia ketika masih kecil. Beliau mempunyai anak laki-laki dari Mariyah Al-Qibtiyyah, yaitu Ibrahim, tetapi dia juga meninggal dunia saat di usia penyusuan.

Nabi SAW mempunyai empat anak perempuan dari Khadijah, yaitu Zainab, Ruqayyah, Ummu Kaltsum, dan Fathimah. Tetapi tiga anak perempuan beliau wafat di masa beliau SAW masih hidup. Sedangkan Fatimah adalah yang terakhir sampai dia merasa kehilangan Nabi SAW saat beliau wafat.

Kemudian dia wafat pula enam bulan setelahnya. Firman Allah SWT: (tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu) sebagaimana firmanNya: (Allah lebih mengetahui di mana Dia menempatkan tugas kerasulan) (Surah Al-An'am: 124) Ayat ini menunjukkan bahwa tidak ada nabi sesudah beliau, dan jika sudah tidak ada nabi lagi setelah beliau, maka tidak pula ada seorang rasul setelah beliau, dengan penyebutan yang yang pertama adalah yang lebih kuat.

Karena kedudukan rasul lebih khusus daripada kedudukan nabi. Maka setiap rasul pasti nabi, tetapi tidak sebaliknya. Demikian itu disebutkan oleh banyak hadits mutawatir dari Rasulullah SAW melalui riwayat sejumlah sahabat.

Diriwayatkan dari Abu Hurairah, dia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Aku dianugerahi keutamaan di atas para nabi dengan enam perkara: “Aku diberi semua kalam, aku diberi pertolongan dengan rasa gentar, dihalalkan bagiku harta rampasan, bumi ini dijadikan bagiku sebagai masjid yang suci, aku diutus kepada semua makhluk, dan para nabi ditutup olehku”

Sumber: https://tafsirweb.com/7651-surat-al-ahzab-ayat-39.html

Informasi Tambahan

Juz

22

Halaman

423

Ruku

365

Apabila kamu membaca Al-Quran, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk

Surah An-Nahl: 98

Adab Membaca Al-Quran

1. Suci dari Hadats

Pastikan dalam keadaan suci dari hadats besar dan kecil sebelum memegang dan membaca Al-Quran. Berwudhu terlebih dahulu merupakan salah satu bentuk penghormatan kepada kitab suci Al-Quran.

2. Niat yang Ikhlas

Membaca Al-Quran dengan niat mencari ridha Allah SWT, bukan untuk pamer atau mencari pujian. Niat yang ikhlas akan membawa keberkahan dalam membaca Al-Quran.

3. Menghadap Kiblat

Diutamakan menghadap kiblat saat membaca Al-Quran sebagai bentuk penghormatan dan mengikuti sunnah Rasulullah SAW. Posisi duduk yang sopan dan tenang juga dianjurkan.

4. Membaca Ta'awudz

Memulai dengan membaca ta'awudz dan basmalah sebelum membaca Al-Quran. Ta'awudz merupakan permintaan perlindungan kepada Allah dari godaan syaitan yang terkutuk.

5. Khusyuk dan Tenang

Membaca dengan tenang dan penuh penghayatan, memahami makna ayat yang dibaca. Tidak tergesa-gesa dan memperhatikan tajwid dengan baik.

6. Menjaga Kebersihan

Membaca Al-Quran di tempat yang bersih dan suci, serta menjaga kebersihan diri dan pakaian. Hindari membaca Al-Quran di tempat yang tidak pantas.

7. Memperindah Suara

Membaca Al-Quran dengan suara yang indah dan tartil, sesuai dengan kemampuan. Tidak perlu memaksakan diri, yang terpenting adalah membaca dengan benar sesuai tajwid.

Masukan & Feedback:info@finlup.id
© 2025 quran.finlup.id - All rights reserved