Kembali ke Surat Saba'

سبأ (Saba')

Surat ke-34, Ayat ke-16

فَاَعْرَضُوْا فَاَرْسَلْنَا عَلَيْهِمْ سَيْلَ الْعَرِمِ وَبَدَّلْنٰهُمْ بِجَنَّتَيْهِمْ جَنَّتَيْنِ ذَوَاتَيْ اُكُلٍ خَمْطٍ وَّاَثْلٍ وَّشَيْءٍ مِّنْ سِدْرٍ قَلِيْلٍ

Tetapi mereka berpaling, maka Kami kirim kepada mereka banjir yang besar dan Kami ganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah pahit, pohon Atsl dan sedikit pohon Sidr.

📚 Tafsir Al-Muyassar

16-17. Namun mereka berpaling dari perintah Allah, tidak bersyukur kepadaNya dan mendustakan utusan-utusan Allah, akibatnya kami mengirimkan banjir bandang yang dahsyat yang menghancurkan bendungan dan menenggelamkan kebun-kebun. Kami mengganti dua kebun mereka yang berbuah lebat itu dengan dua kebun buah-buahan yang buruk dan terasa pahit, yaitu buah yang pahit dan rasanya yang tidak enak, pohon Atsl, yaitu sejenis cemara yang tidak berbuah, dan sedikit pohon bidara yang berduri.

Pergantian dari yang baik kepada yang buruk adalah karena kekafiran mereka dan tidak bersyukurnya mereka kepada nikmat-nikmat Allah. dan Kami tidak menimpakan hukuman yang keras ini kecuali kepada orang yang sangat ingkar lagi kafir dengan kekafiran yang mendalam. Dia membalas perbuatannya dengan balasan yang setimpal.

Sumber: https://tafsirweb.com/7774-surat-saba-ayat-16.html

📚 Tafsir as-Sa'di

15-19. Saba’ adalah satu kabilah (suku bangsa) yang sangat populer yang terletak di pesisir negeri Yaman, dan daerah tempat tinggal mereka disebut Ma’rib. Di antara karunia Allah dan kemurahanNya kepada manusia secara umum dan kepada bangsa Arab khususnya adalah bahwasanya Allah menceritakan di dalam al-Quran sejarah-sejarah orang-orang yang dibinasakan dan di azab dari kalangan penduduk yang bertetangga dengan bangsa Arab, dan sisa-sisanya masih bisa disaksikan dan sejarahnya dipindah dari mulut ke mulut agar hal itu lebih mudah untuk membenarkan dan mudah untuk menerima nasihat, seraya berfirman, “Sungguh bagi kaum Saba’, di tempat kediaman mereka” maksudnya, di daerah tempat mereka tinggal “ada tanda.” Tanda di sini adalah nikmat yang berlimpah ruah yang Allah limpahkan kepada mereka, dan dijauhkannya mereka dari berbagai bencana, yang sebenarnya (hal ini) menuntut mereka untuk beribadah kepada Allah dan bersyukur kepadaNya.

Kemudian ayat ini dijelaskan dengan FirmanNYa, “Yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri.” Mereka memiliki lembah air yang sangat besar yang selalu di aliri air hujan, dan mereka membuat bendungan yang sangat kuat yang menjadi tempat penampungan air. Aliran air hujan selalu mengalir kepadanya hingga terbendunglah di sana air yang sangat besar. Dari bendungan itu mereka mengalirkannya ke kebun-kebun yang berada di sebelah kanan dan kiri bendungan itu; dan kebun-kebun itu mendatangkan buah-buahan yang mencukupi kebutuhan mereka sehingga mereka merasa senang dan bahagia.

Kemudian Allah memerintahkan kepada mereka untuk mensyukuri nikmatNya yang telah Dia limpahkan kepada mereka dari berbagai sisi: 1. Kedua kebun itulah yang menjadi pokok mata pencaharian mereka. 2. Allah menjadikan negeri (daerah) mereka sebagai negeri yang baik karena cuacanya yang sangat baik, minimnya area perkebunan yang jelek dan berlimpah ruahnya rizki di dalamnya. 3.

Allah menjanjikan kepada mereka jika mereka bersyukur kepadaNya, bahwa Dia akan mengampuni dan merahmati mereka; maka dari itu Allah berfirman, “(Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Rabbmu) adalah Rabb Yang Maha Pengampun.” 4.

Ketika Allah mengetahui kebutuhan mereka kepada tanah (negeri) yang diberkahi dalam perniagaan dan usaha mereka, (secara zhahir bahwa negeri ini adalah kota di Shan’a, sebagaimana dikatakan oleh banyak kaum salaf. Ada yang berpendapat bahwa negeri tersebut adalah negeri Syam), maka Allah menyediakan untuk mereka segala fasilitas yang dengannya mereka mudah untuk sampai kepadanya dengan sangat mudah, seperti adanya rasa aman, tidak ada rasa takut dan berentetannya perkampungan penghubung antara mereka dengan negeri tersebut sehingga mereka tidak merasakan adanya kesulitan dalam membawa bekal dan barang-barang perniagaan. maka dari itu Allah berfirman, “Dan Kami jadikan antara mereka dan antara negeri-negeri yang Kami limpahkan berkat kepadanya, beberapa negeri yang berdekatan dan Kami tetapkan padanya perjalanan,” maksudnya, perjalanan yang bisa diprediksikan kadarnya, mereka mengenalnya dan menguasainya hingga mereka tidak tersesat darinya, siang dan malam hari. “Dengan aman,” maksudnya dengan tenang dalam perjalanan pada malam dan siang hari tanpa ada rasa takut.

Ini merupakan kesempurnaan nikmat Allah terhadap mereka, yaitu Allah memberikan rasa aman dari rasa takut. Namun kemudian mereka berpaling dari Sang Pemberi nikmat dan dari beribadah kepadaNya, mereka mengingkari nikmat dan merasa jemu hingga mereka menuntut dan berangan-angan agar perjalanan –perjalanan jauh (safar) mereka menjadi semakin jauh dari perkampungan yang di sana sebenarnya perjalanan sudah menjadi mudah; “dan mereka menganiaya diri mereka sendiri,” dengan mengingkari Allah dan nikmatNya. Oleh karena itu, mereka disiksa oleh Allah karena nikmat yang telah membuat mereka congkak ini.

Maka Allah membinasakan mereka dan menimpakan terhadap mereka “banjir bandang.” Maksudnya, banjir bandang yang sangat kuat yang memporak porandakan bendungan mereka dan merusak kebun-kebun yang penuh dengan tanaman yang sangat menakjubkan dan pohon-pohon yang berbuah, dan sebagai gantinya adalah pohon-pohon yang tidak ada gunanya. Maka dari itu Allah berfirman, “Dan Kami ganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi tumbuhan yang berbuah,” maksudnya, sesuatu yang sedikit dari makanan yang tidak menggembirakan mereka, yaitu “(tumbuhan yang berbuah) pahit, pohon Atsl (sejenis cemara), dan sedikit pohon Sidr (sejenis bidara).” Ini semua adalah pohon yang sudah dikenal; dan ini berasal dari salah satu jenis perbuatan mereka, sebagaimana mereka menukar kesyukuran yang baik dengan kekufuran yang busuk; maka mereka mengganti kenikmatan tersebut dengan apa yang disebutkan tadi.

Maka dari itu Allah berfirman, “Demikianlah Kami memberi balasan kepada mereka karena kekafiran mereka, dan Kami tidak menjatuhkan azab, melainkan hanya kepada orang-orang yang sangat kafir.” Maksudnya, tidaklah Kami membalas dengan balasan siksaan –berdasarkan susunan kalimat- kecuali kepada orang yang kafir kepada Allah dan mengingkari nikmat.

Setelah musibah melanda mereka, maka mereka tercerai-berai dan tercabik-cabik setelah dahulu mereka bersatu, dan Allah menjadikan mereka sebagai bahan pembicaraan yang dibicarakan manusia dan menjadi dongeng masyarakat di malam hari, dan mereka dijadikan pribahasa: “bercerai-berailah seperti tangan-tangan kaum Saba’.” Jadi, setiap orang membicarakan apa yang terjadi terhadap mereka, akan tetapi tidaklah mengambil pelajarannya dari mereka “Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi setiap orang yang sabar lagi bersyukur,” sabar dalam menghadapi hal-hal yang dibenci dan berbagai cobaan, ia mengembannnya untuk mendapat ridha Allah, tidak menggerutu karenanya, akan tetapi dia sabar menghadapinya; lagi bersyukur atas nikmat Allah dan mengakuinya, dan memuji Allah yang telah mengaruniakannya, serta menggunakannya dalam ketaatan kepadaNYa. Orang seperti itu, apabila dia mendengar sejarah mereka dan apa yang mereka lakukan dan apa yang menimpa mereka, maka ia tahu bahwa siksaan (hukuman) itu adalah sebagai balasan atas kekafiran mereka terhadap nikmat Allah; dan siapa yang berbuat seperti perbuatan mereka, niscaya akan diperlakukan seperti apa yang diperlakukan terhadap mereka, dan bahwa bersyukur kepada Allah itu memelihara nikmat dan menolak bencana, serta bahwa para utusan Allah itu benar dalam apa yang mereka sampaikan, dan bahwa sesungguhnya balasan itu adalah haq sebagaimana dia telah melihat contohnya di dunia ini.

Sumber: https://tafsirweb.com/7774-surat-saba-ayat-16.html

📚 Tafsir Al-Wajiz

16. Namun mereka ingkar untuk bersyukur atas nikmat itu dan mereka mengingkari Allah. Maka Kami datangkan kepada mereka banjir besar yang seukuran dengan dua gunung yang dapat menampung air hujan tersebut, semisal dam.

Air itu menenggelamkan dua kebun dan negeri mereka. Membinasakan segala tanaman dan manusia. Sailul ‘aram adalah banjir yang besarnya tidak dapat didefinisikan karena sangat besar dan deras.

Kami ganti dua kebun mereka dengan kebun yang menumbuhkan tanaman atau pohon yang berbuah sangat pahit yaitu pohon tharfa’ yang ukurannya sangat besar. Juga ditumbuhi sedikit pohon Nabq yang buahnya dapat dimakan. Kami gantikan pepohonan yang berbuah dengan pohon arok, tharfa’ dan sidr.

Sumber: https://tafsirweb.com/7774-surat-saba-ayat-16.html

📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas)

Ayat 15-17 Saba adalah raja-raja negeri Yaman dan penduduknya, dan Tababi'ah itu berasal dari mereka, dan Balqis teman wanita nabi Sulaiman termasuk salah seorang dari mereka. Dahulu mereka memiliki kenikmatan dan kesenangan di negeri dan kehidupan mereka, dan keluasan rezeki, tanam-tanaman dan buah-buahan mereka. Kemudian Allah SWT mengutus kepada mereka para rasul yang memerintahkan mereka untuk memakan rezeki Allah, bersyukur kepadaNya dengan mengesakan dan menyembahNya.

Lalu mereka tetap demikian selama masa yang dikehendaki Allah SWT. Kemudian mereka berpaling dari apa yang diperintahkan kepada mereka. Maka mereka diazab dengan didatangkan kepada mereka banjir besar yang memporak-porandakan seluruh negeri Saba’ sampai hancur lebur Allah SWT berfirman: (Sesungguhnya bagi kaum Saba ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman mereka) Kemudian Dia menjelaskannya dengan firmanNya: (yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri) yaitu dari di kedua sisi bukit itu, dan negeri itu di di antara itu ((kepada mereka dikatakan), "Makanlah olehmu dari rezeki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Maha Pengampun”) yaitu Maha Pengampun kepada kalian jika kalian tetap mengesakanNya.

Firman Allah SWT: (Tetapi mereka berpaling) yaitu dari mengesakan Allah, menyembahNya, dan bersyukur kepadaNya atas nikmat-nikmat yang telah Dia berikan kepada mereka. Mereka berpaling kepada menyembah matahari, bukan Allah. Sebagaimana yang dikatakan oleh burung Hud-hud kepada nabi Sulaiman: (dan aku bawa kepadamu dari negeri Saba suatu berita penting yang diyakini (22) Sesungguhnya aku menjumpai seorang wanita yang memerintah mereka, dan dia dianugerahi segala sesuatu serta mempunyai singgasana yang besar (23) Aku mendapati dia dan kaumnya menyembah matahari, selain Allah; dan setan telah menjadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan mereka, lalu menghalangi mereka dari jalan (Allah), sehingga mereka tidak dapat petunjuk (24)) (Surah An-Naml) Firman Allah SWT: (maka Kami datangkan kepada mereka banjir yang besar) yang dimaksud dengan “al-’arim” adalah air.

Dikatakan bahwa itu adalah lembah. Dikatakan bahwa itu adalah tikus, Dikatakan juga bahwa itu adalah air bah. Jadi ini termasuk dalam Bab mengidhafahkan isim kepada sifatnya seperti “Masjid Al-Jami'” dan “Sa'id Kurzi.

Demikianlah yang diriwayatkan As-Suhailiy. Firman Allah SWT: (yang berbuah pahit) yaitu pohon siwak yang buahnya pahit, yaitu buah dari pohon siwak itu. Ibnu Abbas, Mujahid, Ikrimah,, Al-Hasan dan Qatadah berkata bahwa yang dimaksud adalah pohon siwak yang rasanya pahit Firman Allah: (dan sedikit dari pohon sidr) Pohon pengganti yang terbaik dari pepohonan tersebut adalah pohon sidr (dan sedikit dari pohon sidr).

Demikianlah perkara dari kedua kebun itu, setelah buah-buahan sangat subur, pemandangannya indah, rimbun, dan sungai yang mengalir, kemudian diganti dengan pohon siwak, tharfa’, dan sidr yang semuanya berduri dan berbuah sedikit. Demikian itu karena kekafiran dan tindakan syirik terhadap Allah serta mendustakan kebenaran, lalu memilih kebathilan. Oleh karena itu Allah SWT berfirman: (Demikianlah Kami memberi balasan kepada mereka karena kekafiran mereka. Dan Kami tidak menjatuhkan azab (yang demikian itu), melainkan hanya kepada orang-orang yang sangat kafir (17)) yaitu Kami menghukum mereka karena kekafiran mereka.

Mujahid berkata bahwa dia tidak disiksa melainkan hanya orang-orang kafir.

Sumber: https://tafsirweb.com/7774-surat-saba-ayat-16.html

Informasi Tambahan

Juz

22

Halaman

430

Ruku

371

Apabila kamu membaca Al-Quran, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk

Surah An-Nahl: 98

Adab Membaca Al-Quran

1. Suci dari Hadats

Pastikan dalam keadaan suci dari hadats besar dan kecil sebelum memegang dan membaca Al-Quran. Berwudhu terlebih dahulu merupakan salah satu bentuk penghormatan kepada kitab suci Al-Quran.

2. Niat yang Ikhlas

Membaca Al-Quran dengan niat mencari ridha Allah SWT, bukan untuk pamer atau mencari pujian. Niat yang ikhlas akan membawa keberkahan dalam membaca Al-Quran.

3. Menghadap Kiblat

Diutamakan menghadap kiblat saat membaca Al-Quran sebagai bentuk penghormatan dan mengikuti sunnah Rasulullah SAW. Posisi duduk yang sopan dan tenang juga dianjurkan.

4. Membaca Ta'awudz

Memulai dengan membaca ta'awudz dan basmalah sebelum membaca Al-Quran. Ta'awudz merupakan permintaan perlindungan kepada Allah dari godaan syaitan yang terkutuk.

5. Khusyuk dan Tenang

Membaca dengan tenang dan penuh penghayatan, memahami makna ayat yang dibaca. Tidak tergesa-gesa dan memperhatikan tajwid dengan baik.

6. Menjaga Kebersihan

Membaca Al-Quran di tempat yang bersih dan suci, serta menjaga kebersihan diri dan pakaian. Hindari membaca Al-Quran di tempat yang tidak pantas.

7. Memperindah Suara

Membaca Al-Quran dengan suara yang indah dan tartil, sesuai dengan kemampuan. Tidak perlu memaksakan diri, yang terpenting adalah membaca dengan benar sesuai tajwid.

Masukan & Feedback:info@finlup.id
© 2025 quran.finlup.id - All rights reserved