Kembali ke Surat Yasin

يٰسۤ (Yasin)

Surat ke-36, Ayat ke-9

وَجَعَلْنَا مِنْۢ بَيْنِ اَيْدِيْهِمْ سَدًّا وَّمِنْ خَلْفِهِمْ سَدًّا فَاَغْشَيْنٰهُمْ فَهُمْ لَا يُبْصِرُوْنَ

Dan Kami jadikan di hadapan mereka sekat (dinding) dan di belakang mereka juga sekat, dan Kami tutup (mata) mereka sehingga mereka tidak dapat melihat.

📚 Tafsir Al-Muyassar

Dan Kami menjadikan dinding penghalang di depan orang-orang kafir dan juga di belakang mereka, sehingga mereka seperti orang yang dihalang-halangi jalannya dari depan kedua matanya dan dibelakangnya. Lalu Kami membutakan penglihatan mereka disebabkan oleh kekafiran dan kesombongan mereka. Mereka tidak melihat jalan lurus dan tidak mendapatkan petunjuk kepadanya.

Siapa pun yang berpaling dari dakwah Islam dan menentangnya, maka dia layak mendapatkan azab ini.

Sumber: https://tafsirweb.com/7965-surat-yasin-ayat-9.html

📚 Tafsir as-Sa'di

9. “Dan Kami adakan di hadapan mereka dinding dan di belakang mereka juga dinding.” Maksudnya, penghalang yang menghalangi mereka untuk beriman, “sehingga mereka tidak dapat melihat,” karena telah diliputi oleh kebodohan dan kesengsaraan dari segala arah mereka, maka peringatan sama sekali tidak berguna bagi mereka.

Sumber: https://tafsirweb.com/7965-surat-yasin-ayat-9.html

📚 Tafsir Al-Wajiz

9. Kami memberi batasan antara mereka dan keimanan menggunakan penghalang dari depan dan belakang akibat keangkuhan mereka. Lalu Kami menutup penglihatan mereka dengan suatu penutu.

Karena penutup itu, mereka tidak mampu melihat jalan petunjuk

Sumber: https://tafsirweb.com/7965-surat-yasin-ayat-9.html

📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas)

Ayat 8-12 Allah SWT berfirman,"Sesungguhnya Kami menjadikan mereka yang dipastikan kepada mereka sebagai orang-orang yang celaka itu perumpamaannya untuk sampai kepada petunjuk itu seperti orang yang lehernya dibelenggu, lalu kedua tangannya disatukan pada lehernya dalam belenggu itu sehingga kepalanya terangkat dan tidak dapat berbuat apa pun" Oleh karena itu Allah SWT berfirman: (maka karena itu mereka tertengadah) Al-muqmah adalah orang yang terangkat kepalanya, seperti yang dikatakan Ummu Zari' dalam ucapannya,"Saya minum dengan menengadahkan kepala" yaitu aku minum hingga kenyang dengan menengadahkan kepalaku agar air mudah masuk dan menyegarkan, dan cukup menyebut “belenggu pada leher” tanpa menyebut “kedua tangan”, sekalipun pada kedua tangan dibelenggu menjadi satu dengan leher. Sebagaimana seorang penyair berkata: “Aku mengetahui jika menuju suatu tempat untuk mencari kebaikan, “manakah di antara keduanya yang akan aku dapat” “Apakah kebaikan yang menjadi tujuanku yang akan aku dapatkan ataukah keburukan yang tidak ingin aku dapatkan?. Maka cukuplah menyebut kebaikan dari keburukan, ketika kalimat dan konteksnya sudah menunjukkan hal itu.

Demikian juga yang ada di sini, berdasarkan belenggu itu hanya dipakai untuk mengikat kedua tangan dengan leher, maka cukup hanya dengan menyebutkan leher tanpa kedua tangan. Mujahid berkata tentang firmanNya: (maka karena itu mereka tertengadah) dia berkata,”Mereka menengadahkan kepalanya, sedangkan tangan mereka diletakkan di mulut mereka dan mereka terbelenggu dari setiap kebaikan. Firman Allah SWT: (Dan Kami adakan di hadapan mereka dinding dan di belakang mereka dinding) Mujahid berkata bahwa maknannya adalah dari kebaikan. (dan di belakang mereka dinding) Mujahid berkata yaitu dari kebenaran. dari kebenaran sehingga mereka kebingungan, Qatadah berkata yaitu dalam kesesatan.

Firman Allah SWT: (dan kami tutup (mata) mereka) yaitu Kami menutup mata mereka dari kebenaran (sehingga mereka tidak dapat melihat) yaitu, tidak dapat mengambil manfaat dari kebaikan dan tidak mendapatkan petunjuk untuk menempuh hal itu. Abdurrahman bin Zaid bin Aslam berkata bahwa Allah SWT menjadikan dinding ini antara mereka dan Islam dan iman, karenanya mereka tidak dapat menembusnya. Lalu dia membaca firmanNya: (Sesungguhnya orang-orang yang telah pasti terhadap mereka kalimat Tuhanmu, tidaklah akan beriman (96) meskipun datang kepada mereka segala macam keterangan, hingga mereka menyaksikan azab yang pedih (97)) (Surah Yunus) Kemudian dia berkata bahwa orang yang telah dicegah oleh Allah SWT pasti tidak mampu.

Firman Allah: (Sama saja bagi mereka apakah kamu memberi peringatan kepada mereka ataukah kamu tidak memberi peringatan kepada mereka, mereka tidak akan beriman (10)) yaitu Allah telah memastikan kesesatan atas mereka, maka tidak ada manfaat lagi peringatan untuk mereka dan mereka tidak akan terpengaruh dengan itu. Hal yang semisal telah disebutkan di permulaan surah Al-Baqarah, sebagaimana Allah SWT berfirman: (Sesungguhnya orang-orang yang telah pasti terhadap mereka kalimat Tuhanmu, tidaklah akan beriman (96) meskipun datang kepada mereka segala macam keterangan, hingga mereka menyaksikan azab yang pedih (97)) (Surah Yunus) Firman Allah: (Sesungguhnya kamu hanya memberi peringatan kepada orang-orang yang mau mengikuti peringatan) yaitu, sesungguhnya orang-orang yang mengambil manfaat dari peringatanmu hanyalah orang-orang yang beriman, yang mengikuti peringatan itu yaitu Al-Qur'an yang agung (dan yang takut kepada Tuhan Yang Maha Pemurah, walaupun dia tidak melihat-Nya) yaitu manakala tidak ada seorangpun yang melihatnya selain hanya Allah SWT, karena dia mengetahui bahwa Allah SWT Maha Melihat kepadanya dan Maha Mengetahui apa yang dia perbuat (Maka berilah mereka kabar gembira dengan ampunan dan pahala yang mulia) yaitu untuk dosa-dosanya (dan pahala yang mulia) yaitu banyak, luas, baik, dan indah.

Sebagaimana Allah SWT berfirman: (Sesungguhnya orang-orang yang takut kepada Tuhannya Yang tidak tampak oleh mereka, mereka akan memperoleh ampunan dan pahala yang besar (12)) (Surah Al-Mulk) Kemudian Allah SWT: (Sesungguhnya Kami menghidupkan orang-orang mati) yaitu pada hari kiamat, di dalamnya terkandung isyarat yang menunjukkan bahwa Allah SWT dapat menghidupkan hati orang yang Dia kehendaki dari kalangan orang-orang kafir yang hati mereka telah mati karena kesesatan, maka Allah memberinya petunjuk kepada jalan yang benar setelah itu.

Sebagaimana Allah SWT berfirman setelah menyebutkan krasnya hati: (Ketahuilah olehmu bahwa sesungguhnya Allah menghidupkan bumi sesudah matinya. Sesungguhnya Kami telah menjelaskan kepadamu tanda-tanda kebesaran (Kami) supaya kamu memikirkannya (17)) (Surah Al-Hadid) Firman Allah SWT: (dan Kami menuliskan apa yang telah mereka kerjakan) yaitu semua amal perbuatan, dalam firmanNya SWT: (dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan) dua pendapat, yaitu yang pertama, bahwa Kami mencatat amal perbuatan yang mereka kerjakan dengan diri mereka sendiri, dan jejak-jejak mereka yang dijadikan suri teladan setelah mereka tidak ada, maka Kami membalas hal itu juga, jika kebaikan, maka balasannya kebaikan, dan jika keburukan, maka balasannya keburukan.

Pendapat kedua, mengatakan bahwa makna yang dimaksud adalah langkah-langkah mereka menuju kepada ketaatan atau kemaksiatan. Ibnu Abu Najih dan lainnya meriwayatkan dari Mujahid tentang firmanNya: (apa yang telah mereka kerjakan) amal perbuatan mereka (dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan) dia berkata yaitu langkah-langkah mereka dengan kaki-kaki mereka. Demikian juga dikatakan oleh Al-Hasan dan Qatadah tentang firmanNya (dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan) yaitu langkah-langkah mereka.

Pendapat ini tidak bertentangan antara pendapat ini dengan pendapat yang pertama, bahkan di dalamnya terdapat peringatan dan dalil yang menunjukkan kepada pendapat yang pertama dengan lebih utama. Sesungguhnya apabila langkah-langkah saja ditulis, maka terlebih lagi jejak-jejak kebaikan yang ditulis dijadikan suri teladan oleh mereka, baik berupa kebaikan atau keburukan dengan cara yang lebih utama. Hanya Allah yang lebih Mengetahui.

Firman Allah SWT: (Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam Kitab utama yang nyata) yaitu semua yang ada dicatat di dalam kitab secara rinci dan tepat, di Lauhil Mahfuz. dan “Imam Al-Mubin” di sini adalah induk dari kitab, Pendapat ini dikatakan Mujahid, Qatadah, dan Abdurrahman bin Zaid bin Aslam. Demikian juga disebutkan dalam firmanNya SWT: ((Ingatlah) suatu hari (yang di hari itu) Kami panggil tiap-tiap umat dengan pemimpinnya) (Surah Al-Isra’: 71) yaitu dengan kitab-kitab amal perbuatan mereka yang menjadi saksi atas mereka terhadap apa yang telah mereka kerjakan, berupa kebaikan dan keburukan.

Sebagaimana Allah SWT berfirman: (dan diberikanlah buku (perhitungan perbuatan masing-masing) dan didatangkanlah para nabi dan saksi-saksi) (Surah Az-Zumar: 69) dan (Dan diletakkanlah kitab, lalu kamu akan melihat orang-orang yang berdosa ketakutan terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya, dan mereka berkata, "Aduhai, celaka kami, kitab apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak (pula) yang besar, melainkan ia mencatat semuanya," dan mereka dapati apa yang telah mereka kerjakan ada (tertulis).

Dan Tuhanmu tidak menganiaya seorang pun” (49)) (Surah Al-Kahfi)

Sumber: https://tafsirweb.com/7965-surat-yasin-ayat-9.html

Informasi Tambahan

Juz

22

Halaman

440

Ruku

381

Apabila kamu membaca Al-Quran, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk

Surah An-Nahl: 98

Adab Membaca Al-Quran

1. Suci dari Hadats

Pastikan dalam keadaan suci dari hadats besar dan kecil sebelum memegang dan membaca Al-Quran. Berwudhu terlebih dahulu merupakan salah satu bentuk penghormatan kepada kitab suci Al-Quran.

2. Niat yang Ikhlas

Membaca Al-Quran dengan niat mencari ridha Allah SWT, bukan untuk pamer atau mencari pujian. Niat yang ikhlas akan membawa keberkahan dalam membaca Al-Quran.

3. Menghadap Kiblat

Diutamakan menghadap kiblat saat membaca Al-Quran sebagai bentuk penghormatan dan mengikuti sunnah Rasulullah SAW. Posisi duduk yang sopan dan tenang juga dianjurkan.

4. Membaca Ta'awudz

Memulai dengan membaca ta'awudz dan basmalah sebelum membaca Al-Quran. Ta'awudz merupakan permintaan perlindungan kepada Allah dari godaan syaitan yang terkutuk.

5. Khusyuk dan Tenang

Membaca dengan tenang dan penuh penghayatan, memahami makna ayat yang dibaca. Tidak tergesa-gesa dan memperhatikan tajwid dengan baik.

6. Menjaga Kebersihan

Membaca Al-Quran di tempat yang bersih dan suci, serta menjaga kebersihan diri dan pakaian. Hindari membaca Al-Quran di tempat yang tidak pantas.

7. Memperindah Suara

Membaca Al-Quran dengan suara yang indah dan tartil, sesuai dengan kemampuan. Tidak perlu memaksakan diri, yang terpenting adalah membaca dengan benar sesuai tajwid.

Masukan & Feedback:info@finlup.id
© 2025 quran.finlup.id - All rights reserved