يٰسۤ (Yasin)
Surat ke-36, Ayat ke-40
لَا الشَّمْسُ يَنْۢبَغِيْ لَهَآ اَنْ تُدْرِكَ الْقَمَرَ وَلَا الَّيْلُ سَابِقُ النَّهَارِ ۗوَكُلٌّ فِيْ فَلَكٍ يَّسْبَحُوْنَ
Tidaklah mungkin bagi matahari mengejar bulan dan malam pun tidak dapat mendahului siang. Masing-masing beredar pada garis edarnya.
📚 Tafsir Al-Muyassar
Masing-masing dari matahari, rembulan, malam dan siang, memiliki waktu yang telah Allah taala tetapkan yang tidak mereka lampaui. Maka tidak mungkin matahari menyusul rembulan lalu ia menghapus cahayanya atau orbit berputarnya berubah. malam juga tidak mungkin mendahului siang, lalu siang masuk ke dalam malam padahal malam belum habis. Masing-masing dari matahari, rembulan, bintang-bintang memiliki garis edar sendiri-sendiri yang padanya mereka berjalan.
Sumber: https://tafsirweb.com/7996-surat-yasin-ayat-40.html
📚 Tafsir as-Sa'di
40. masing-masing dari matahari, bulan, malam, dan siang telah ditetapkan oleh Allah pada ketetapan yang tidak akan dilampauinya, dan masing-masing mempunyai kekuatan dan waktu tertentu, yang apabila ia ada (muncul) , maka yang lain menjadi tiada. Maka dari itu berfirman, ”tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan,” yaitu yang di dalam kekuasaannya, yaitu malam. Maka tidak mungkin matahari ada di malam hari, “dan malampun tidak dapat mendahului siang,” lalu ia memasukinya sebelum kekuasaannya berakhir, “dan masing-masing,” dari matahari, bulan, dan bintang “beredar pada garis edarnya,” maksudnya, mereka sellau bergerak bolak-balik terus-menerus.
Semua ini adalah bukti nyata dan argument yang luar bisa atas keagungan sang pencipta dan keagungan sifat-sifatNya, terutama sifat (kuasa) qudrat, hikmah, dan ilmu pada tempat ini.
Sumber: https://tafsirweb.com/7996-surat-yasin-ayat-40.html
📚 Tafsir Al-Wajiz
40. Matahari tidak mungkin mengikuti peredaran bulan sehingga muncul bersama di malam hari. Malam juga tidak bisa mendahului siang sebelum dia berakhir.
Matahari, bulan dan bintang masing-masing berada di orbit tertentu yang digunakan untuk beredar dengan mudah saat dilihat oleh mata
Sumber: https://tafsirweb.com/7996-surat-yasin-ayat-40.html
📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas)
Ayat 37-40 Allah SWT berfirman bahwa di antara dalil-dalil mereka yang menunjukkan kekuasaanNya SWT yang agung, Dia menciptakan malam dan siang hari, malam hari dengan kegelapannya, dan siang hari dengan terangnya. Dia menjadikan keduanya silih berganti, jika yang ini datang maka yang itu pergi, dan jika yang ini pergi maka yang itu datang, sebagaimana Allah SWT berfirman: (Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat) (Surah Al-A'raf: 54) Oleh karena itu Allah SWT berfirman di sini: (Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah malam; Kami tinggalkan siang dari malam itu) yaitu Kami menyudahi siang dengan malam hari, maka siang hari pergi dan malam hari datang.
Oleh karena itu Allah SWT berfirman: (maka dengan serta merta mereka berada dalam kegelapan) sebagaimana yang disebutkan dalam hadits: (Apabila malam hari tiba dari arah ini dan siang hari pergi dari arah ini, dan matahari terbenam, maka waktu berbuka bagi orang yang berpuasa tiba” Demikianlah yang tampak dari ayat ini Firman Allah: (dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui (38)) tentang makna firmanNya (limustaqarril laha), ada dua pendapat. Pendapat pertama bahwa yang dimaksud adalah tempat menetapnya matahari, yaitu di bawah 'Arsy yang letaknya berhadapan dengan letak bumi dari arah itu. yaitu, di mana pun matahari berada, ia tetap berada di bawah 'Arsy; demikian juga semua makhluk, karena 'Arsy merupakan atap bagi semuanya. Bentuknya bukan bulat, seperti yang disangka oleh para ahli ilmu mengukur dan bentuk.
Sesungguhnya dia berbentuk seperti kubah yang mempunyai tiang-tiang, yang ditopang oleh para malaikat. letaknya di atas alam semesta, yaitu berada di atas manusia. Matahari itu apabila berada di tengah kubah edarnya di waktu zhuhur, maka saat itulah matahari berada paling dekat dengan 'Arsy, dan apabila berputar di garis edarnya sehingga letaknya berlawanan dengan kedudukan itu, yaitu jika berada di tengah malam, maka matahari berada di tempat yang paling jauh dengan 'Arsy. Pada saat itu matahari bersujud dan meminta izin untuk terbit, sebagaimana yang disebutkan di dalam banyak hadits.
Diriwayatkan dari Abu Dzar, dia berkata,”Aku sedang bersama Nabi SAW di dalam masjid saat waktu tenggelamnya matahari, maka Nabi SAW bertanya, "Wahai Abu Dzar, apakah kamu mengetahui ke manakah matahari itu terbenam?" aku menjawab.”Allah dan RasulNya lebih mengetahui." Nabi SAW bersabda: Sesungguhnya matahari itu pergi hingga sujud di bawah 'Arsy. Yang demikian itu dijelaskan dalam firmanNya, ("Dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Mahaperkasa lagi Maha Mengetahui” (38)) Pendapat yang kedua bahwa yang dimaksud dengan (mustaqarril laha) adalah batas terakhir perjalanannya, yaitu pada hari kiamat, yaitu perjalanannya terhenti, diam, dan tidak bergerak, serta digulung, maka alam semesta ini telah mencapai usianya. Ini adalah tempat berhenti yang berkaitan dengan waktu.
Qatadah berkata tentang firmanNya, (Limustaqarril laha) yaitu sampai batas waktunya yang telah ditentukan dan tidak dapat dilampaui Kemudian Allah SWT berfirman: (Dan telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah) yaitu Kami menjadikannya beredar pada garis edar yang lain, yang dengan itu dapat diketahui berlalunya bulan-bulan, sebagaimana bahwa matahari dapat diketahui berlalunya malam dan siang hari dengan itu. Sebagaimana Allah SWT berfirman: (Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah, "Bulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadah) haji” (Surah Al-Baqarah: 189) Allah SWT berfirman (Dialah Yang Menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu)) (Surah Yunus: 5) dan (Dan Kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda, lalu Kami hapuskan tanda malam dan Kami jadikan tanda siang itu terang, agar kamu mencari karunia dari Tuhanmu, dan supaya kamu mengetahui bilangan tahun-tahun dan perhitungan. Dan segala sesuatu telah Kami terangkan dengan jelas (12)) (Surah Al-Isra’) Maka Allah menjadikan matahari mempunyai sinar yang khusus baginya dan bulan mempunyai cahaya yang khusus baginya, dan Dia membedakan perjalanan antara yang ini dan itu.
Matahari terbit setiap hari dan tenggelam di penghujung harinya dengan cahaya yang sama. Akan tetapi tempat terbit dan tempat tenggelamnya berpindah-pindah dalam musim panas dan musim dingin, karena hal itu, maka siang menjadi panjang dan malam hari menjadi pendek, kemudian malam menjadi panjang dan siang hari menjadi pendek. Dan Allah menjadikan kemunculan matahari di siang hari, maka matahari adalah bintang siang.
Adapun bulan, Allah menetapkan baginya tempat-tempat bagi perjalanannya. Pada permulaan bulan ia muncul dalam bentuk yang kecil dan cahayanya redup, kemudian cahayanya bertambah pada malam yang kedua, dan tempatnya semakin tinggi. Kemudian setiap kali tempatnya bertambah tinggi, maka cahayanya bertambah terang, sekalipun itu pantulan dari sinar matahari, sehingga cahayanya menjadi sempurna di malam yang keempat belas.Kemudian mulai berkurang hingga akhir bulan hingga bentuknya seperti tandan yang tua.
Ibnu Abbas berkata itu adalah asal mula tandan kurma. Mujahid barkata bahwa “Al-’urjun Al-Qadim” adalah tandan yang kering. Ibnu Abbas bermaksud bahwa “Al-’urjun Al-Qadim” adalah asal mula tandan buah kurma apabila terbuka dan kering serta melengkung.
Firman Allah SWT: (Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan) Mujahid berkata bahwa masing-masing dari keduanya mempunyai batasan yang tidak dilampaui, dan tidak dapat dikurangi oleh selainnya. Apabila yang ini tiba, maka yang lainnya pergi, begitu juga ketika yang itu datang yang ini pergi. Firman Allah SWT: (dan malam pun tidak dapat mendahului siang) yaitu tidak pantas jika malam hari, lalu berikutnya adalah malam hari, baru ada siang hari, maka kekuasaan matahari di siang hari, dan kekuasaan bulan di malam hari.
Mujahid berkata tentang firmanNya: (dan malam pun tidak dapat mendahului siang) Keduanya saling mengejar satu sama lain dimana yang satu mengantikan yang lainnya. Makna yang dimaksud adalah bahwa tidak ada tenggang waktu antara malam dan siang hari, bahkan masing-masing dari keduanya menyusul kepergian yang lainnya tanpa tenggang waktu, karena keduanya ditundukkan untuk terus-menerus saling berganti dengan cepat. Firman Allah SWT (Dan masing-masing beredar pada garis edarnya) yaitu malam, siang, matahari, dan bulan, semuanya beredar di cakrawala langit.
Pendapat ini dikatakan Ibnu Abbas, Adh-Dhahhak, dan Qatadah.
Sumber: https://tafsirweb.com/7996-surat-yasin-ayat-40.html
Informasi Tambahan
Juz
23
Halaman
442
Ruku
383