Kembali ke Surat Yasin

يٰسۤ (Yasin)

Surat ke-36, Ayat ke-69

وَمَا عَلَّمْنٰهُ الشِّعْرَ وَمَا يَنْۢبَغِيْ لَهٗ ۗاِنْ هُوَ اِلَّا ذِكْرٌ وَّقُرْاٰنٌ مُّبِيْنٌ ۙ

Dan Kami tidak mengajarkan syair kepadanya (Muhammad) dan bersyair itu tidaklah pantas baginya. Al-Qur'an itu tidak lain hanyalah pelajaran dan Kitab yang jelas,

📚 Tafsir Al-Muyassar

69-70. Dan Kami tidak mengajarkan syair kepada hamba kami, Muhammad, dan tidak patut baginya untuk menjadi penyair, apa yang dia bawa adalah dzikir (peringatan) dimana orang-orang yang berakal mengambil nasihat darinya. dan al-quran membedakan dengan terang antara yang haq dengan yang batil, hokum-hukumnya jelas, hikmah-hikmah dan nasihat-nasiahnya juga jelas. Agar dia memberi peringatan kepada orang yang hatinya hidup dan bashirahnya bercahaya, sedangkan azab berhak dipikul oleh orang-orang yang ingkar kepada Allah, karena al-quran telah menegakkan hujjah Allah yang mendalam atas mereka.

Sumber: https://tafsirweb.com/8025-surat-yasin-ayat-69.html

📚 Tafsir as-Sa'di

69. Allah menyucikan NabiNya, Muhammad dari tuduhan yang dialamatkan oleh kaum Musyrikin kepadanya, yaitu bahwa dia adalah seorang penyihir, dan apa yang ia bawa (alqur’an) itu adalah syair. Maka Allah berfirman ”dan kami tidak mengajarkan syair kepadanya (nabi Muhammad), dan tidaklah layak baginya,” menjadi seorang penyair.

Maksudnya, ini termasuk kategori mustahil kalau beliau menjadi seorang penyair, sebab beliau adalah orang yang cerdas dan mendapat petunjuk, sedangkan para penyair itu sesat dan diikuti oleh orang-orang yang sesat; dan juga karena sesungguhnya Allah telah melumpuhkan semua syubhat (tuduhan-tuduhan miring,) dari Rasulullah yang dihembuskan oleh orang-orang yang sesat. Allah membantah kalau Nabi itu bisa membaca atau menulis dan Dia menginformasikan bahwa Dia tidak pernah mengajarkan syair kepadanya dan itu tidak pantas baginya. ”alquran itu tidak lain hanyalah pelajaran yang kitabnya yang memberi penerangan,” maksudnya, tidaklah apa yang dibawa oleh Muhammad ini melainkan pelajaran yang dapat dipelajari oleh orang-orang yang berakal mengenai tuntutan-tuntutan agama, ia mencakup semuanya dengan sempurna, dan ia juga mengingatkan akal kepada apa yang telah Allah pusatkan dalam fitrahnya, yaitu perintah kepada segala yang baik dan larangan dari segala yang buruk “kitab yang memberi penerangan,” maksudnya, menerangkan segala yang dibutuhkan penjelasannya. Maka dari itu ma’mul (objek penderita) nya tidak disebutkan, agar menunjukkan bahwa alquran itu menjelaskan seluruh yang haq dan yang batil. yaitu dalilnya yang terperinci dan global, dan yang batil dengan dalil-dalil kebatilannya, Allah menurunkan yang demikian juga kepada para rosulNya.

Sumber: https://tafsirweb.com/8025-surat-yasin-ayat-69.html

📚 Tafsir Al-Wajiz

69. Dan Kami tidak mengajarkan syair kepada utusan Kami Muhammad. Dia juga tidak dibenarkan untuk menjadi penyair.

Al-Qur’an ini tidak lain hanyalah pelajaran, pengingat dan kitab nyata yang menampakkan hukum-hukum, syariat dan lainnya yang berasal dari Allah, Tuhan semesta alam, bukan syair sebagaimana yang kalian reka-reka.

Sumber: https://tafsirweb.com/8025-surat-yasin-ayat-69.html

📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas)

Ayat 68-70 Allah SWT memberitahukan tentang anak cucu nabi Adam, bahwa setaip kali usianya dipanjangkan, maka dia dikembalikan kepada keadaan lemah setelah kuat dan lelah setelah semangat. Sebagaimana Allah SWT berfirman: (Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa (54)) (Surah Ar-Rum) dan (dan di antara kamu ada yang dikembalikan kepada umur yang paling lemah (lanjut dan pikun) supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatu pun yang pernah diketahuinya) (Surah Al-Hajj: 5) Makna yang dimaksud (hanya Allah yang lebih Mengetahui) memberitahukan tentang keadaan dunia ini, bahwa dia adalah negeri yang lenyap dan tempat persinggahan, bukan negeri yang abadi, dan tempat menetap.

Oleh karena itu Allah SWT berfirman: (Maka apakah mereka tidak memikirkan?) yaitu apakah mereka tidak berpikir dengan akal mereka tentang permulaan kejadian mereka, kemudian perjalanan hidup mereka yang berakhir di usia tua, lalu usia pikunnya agar mereka mengetahui bahwa mereka itu diciptakan untuk negeri lain bukan untuk menetap negeri yang fana, tempat berpindah, dan melarikan diri, yaitu negeri akhirat. Firman Allah: (Dan Kami tidak mengajarkan syair kepadanya (Muhammad) dan bersyair itu tidaklah layak baginya) Allah SWT berfirman seraya memberitahukan tentang NabiNya, Muhammad SAW bahwa Dia tidak mengajarkan syair kepadanya (dan bersyair itu tidak layak baginya) yaitu beliau wataknya tidak diciptakan tidak untuk itu, maka beliau tidak baik, tidak menyukainya, dan tidak menciptakannya, Oleh karena itu disebutkan bahwa beliau SAW tidak menghafal suatu bait pun dengan wazan yang teratur, karena saat itu mereka mendendangkan syair tersebut sambil menggali parit, lalu mereka berkata: “Ya Allah, sekiranya bukan karena Engkau, tentulah kami tidak mendapat petunjuk, dan tidak bersedekah serta tidak shalat” “Maka turunkanlah ketenangan kepada kami, dan teguhkanlah kaki kami saat menghadapi musuh” “Sesungguhnya mereka telah berbuat melampaui batas terhadap kami. Apabila mereka menghendaki fitnah terhadap diri kami, maka kami menolaknya” Nabi SAW mengucapkan kalimat “abaina” dengan suara keras dan nada yang panjang.

Hal ini diriwayatkan dalam hadits shahih Bukhari Muslim juga. Demikian juga dibuktikan bahwa Nabi SAW bersabda dalam hari perang Hunain yaitu ucapan seorang penyair yang menunggangi baghal maju menguak barisan musuh: “Aku adalah nabi, tidak pernah dusta; aku adalah putra Abdul Muthalib” Akan tetapi, mereka berkata bahwa hal ini terjadi secara kebetulan tanpa sengaja bertepatan dengan wazan syair, bahkan tanpa sengaja Nabi SAW mengucapkannya. Demikian juga yang disebutkan dalam hadits shahih Bukhari Muslim dari Jundub bin Abdullah, dia berkata bahwa ketika kami bersama Rasulullah SAW dalam sebuah gua, tiba-tiba jari telunjuk beliau terluka hingga berdarah.

Maka Nabi SAW bersabda: “Tidaklah engkau ini selain jari telunjuk yang terluka padahal dalam perang di jalan Allah engkau tidak mengalami hal ini” Semuanya ini tidak bertentangan dengan kenyataan bahwa beliau SAW adalah seorang yang tidak mengenal syair dan itu tidak layak baginya, karena sesungguhnya Allah SWT hanya mengajarkan kepadanya Al-Qur'an: (yang tidak datang kepadanya kebatilan, baik dari depan maupun dari belakangnya, yang diturunkan dari Tuhan Yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji (42)) (Surah Fushshilat) Al-Qur'an bukanlah syair, sebagaimana yang disangka segolongan orang-orang bodoh dari kalangan orang-orang Quraisy, bukan ilmu dukun, bukan buat-buatan, dan bukan sihir yang dipelajari, seperti yang diduga oleh pendapat-pendapat sesat dan pendapat-pendapat orang-orang yang bodoh.

Sungguh Rasulullah SAW secara fitrah menolak syair, dan beliau bukan diciptakan sebagai penyair. Oleh karena itu Allah SWT berfirman: (Dan Kami tidak mengajarkan syair kepadanya) yaitu, Allah tidak mengajarkan syair kepada nabi Muhammad (dan bersyair itu tidak layak baginya) yaitu tidak pantas bagi beliau (Al-Qur’an itu tidak lain hanyalah pelajaran dan kitab yang memberi penerangan) yaitu apa yang Kami ajarkan kepadanya (tidak lain hanyalah pelajaran dan kitab yang memberi penerangan) yaitu yang jelas dan gamblang bagi orang yang mau merenungkan dan memikirkannya. Oleh karena itu Allah SWT berfirman: (supaya dia (Muhammad) memberi peringatan kepada orang-orang yang hidup) yaitu, supaya dengan Al-Qur'an yang memberi penjelasan itu dia memberi peringatan kepada semua makhluk hidup di muka bumi ini.

Sebagaimana firmanNya: (supaya dengan Al-Qur’an ini aku memberi peringatan kepadamu dan kepada orang-orang yang sampai Al-Qur’an (kepadanya)) (Surah Al-An'am: 19) dan (Dan barangsiapa di antara mereka (kaum Quraisy) dan sekutu-sekutunya yang kafir kepada Al-Qur’an, maka nerakalah tempat yang diancamkan baginya) (Surah Hud: 17) dan sesungguhnya orang yang mengambil manfaat dengan peringatannya hanya orang yang hidup hatinya dan terang pandangannya, sebagaimana yang dikatakan Qatadah,”Hidup hatinya dan hidup pandangannya. (supaya pastilah ketetapan (azab) terhadap orang-orang kafir) yaitu, rahmat bagi orang-orang mukmin dan hujjah terhadap orang-orang kafir

Sumber: https://tafsirweb.com/8025-surat-yasin-ayat-69.html

Informasi Tambahan

Juz

23

Halaman

444

Ruku

385

Apabila kamu membaca Al-Quran, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk

Surah An-Nahl: 98

Adab Membaca Al-Quran

1. Suci dari Hadats

Pastikan dalam keadaan suci dari hadats besar dan kecil sebelum memegang dan membaca Al-Quran. Berwudhu terlebih dahulu merupakan salah satu bentuk penghormatan kepada kitab suci Al-Quran.

2. Niat yang Ikhlas

Membaca Al-Quran dengan niat mencari ridha Allah SWT, bukan untuk pamer atau mencari pujian. Niat yang ikhlas akan membawa keberkahan dalam membaca Al-Quran.

3. Menghadap Kiblat

Diutamakan menghadap kiblat saat membaca Al-Quran sebagai bentuk penghormatan dan mengikuti sunnah Rasulullah SAW. Posisi duduk yang sopan dan tenang juga dianjurkan.

4. Membaca Ta'awudz

Memulai dengan membaca ta'awudz dan basmalah sebelum membaca Al-Quran. Ta'awudz merupakan permintaan perlindungan kepada Allah dari godaan syaitan yang terkutuk.

5. Khusyuk dan Tenang

Membaca dengan tenang dan penuh penghayatan, memahami makna ayat yang dibaca. Tidak tergesa-gesa dan memperhatikan tajwid dengan baik.

6. Menjaga Kebersihan

Membaca Al-Quran di tempat yang bersih dan suci, serta menjaga kebersihan diri dan pakaian. Hindari membaca Al-Quran di tempat yang tidak pantas.

7. Memperindah Suara

Membaca Al-Quran dengan suara yang indah dan tartil, sesuai dengan kemampuan. Tidak perlu memaksakan diri, yang terpenting adalah membaca dengan benar sesuai tajwid.

Masukan & Feedback:info@finlup.id
© 2025 quran.finlup.id - All rights reserved