Kembali ke Surat Yasin

يٰسۤ (Yasin)

Surat ke-36, Ayat ke-82

اِنَّمَآ اَمْرُهٗٓ اِذَآ اَرَادَ شَيْـًٔاۖ اَنْ يَّقُوْلَ لَهٗ كُنْ فَيَكُوْنُ

Sesungguhnya urusan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu Dia hanya berkata kepadanya, “Jadilah!” Maka jadilah sesuatu itu.

📚 Tafsir Al-Muyassar

sesungguhnya urusan Allah saat Dia menghendaki sesuatu adalah hanya dengan mengatakan, ”jadilah” maka iapun jadi, termasuk dalam hal ini mematikan, menghidupkan, membangkitkan dan mengumpulkan.

Sumber: https://tafsirweb.com/8038-surat-yasin-ayat-82.html

📚 Tafsir as-Sa'di

82. maka dari itu Dia berfirman, ”sesungguhnya perintahNya apabila Dia menghendaki sesuatu,” adalah kata nakirah (indifinit) dalam konteks syarat, maka maknanya mencakup segala sesuatu. “hanyalah berkata kepadanya,’jadilah!’ maka terjadilah ia,” maksudnya: terjadi pada saat itu juga tanpa ada jeda waktu atau penghalang.

Sumber: https://tafsirweb.com/8038-surat-yasin-ayat-82.html

📚 Tafsir Al-Wajiz

82. Sesungguhnya perintah Allah saat berkehendak menciptakan sesuatu itu hanya berkata kepadanya: Jadilah, maka terjadilah wujud ciptaan itu. Maknanya jika Dia menentukan sesuatu maka Dia akan memberlakukannya dengan sangat cepat.

Sumber: https://tafsirweb.com/8038-surat-yasin-ayat-82.html

📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas)

Ayat 81-83 Allah SWT berfirman seraya memberitahukan dan mengingatkan atas kekuasaanNya yang agung dalam menciptakan langit yang berlapis tujuh dengan semua bintang yang ada padanya, baik yang tetap maupun beredar, dan bumi yang berlapis tujuh dengan gunung, padang pasir, laut, hutan dan apa saja yang ada di antaranya. dan memberi petunjuk melalui hal tersebut yang menunjukkan atas kekuasaanNya, bahwa Dzat yang Menciptakan segala sesuatu yang agung itu mampu menghidupkan kembali jasad-jasad. Sebagaimana firman Allah SWT: (Sesungguhnya penciptaan langit dan bumi lebih besar daripada penciptaan manusia) (Surah Ghafir: 57) dan di sini Allah SWT berfirman: (Dan tidakkah Tuhan yang menciptakan langit dan bumi itu berkuasa menciptakan yang serupa dengan itu?) yaitu serupa dengan manusia, maka Dia mengembalikan mereka menjadi sebagaimana Dia memulai penciptaan mereka.

Pendapat ini dikatakan Ibnu Jarir. Ayat ini sebagaimana firman Allah SWT: (Dan apakah mereka tidak memperhatikan, bahwa sesungguhnya Allah yang menciptakan langit dan bumi dan Dia tidak merasa payah karena menciptakannya, kuasa menghidupkan orang-orang mati? Ya (bahkan) sesungguhnya Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu (33)) (Surah Al-Ahqaf) dan di sini Allah SWT berfirman: (Benar, Dia berkuasa. Dan Dialah Maha Pencipta lagi Maha Mengetahui (81) Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya, "Jadilah!" Maka terjadilah ia (82)) yaitu sesungguhnya Dia hanya memerintahkan kepada sesuatu dengan sekali perintah, tidak perlu diulangi atau ditegaskan Firman Allah SWT: (Maka Maha Suci (Allah) yang ditangan-Nya kekuasaan atas segala sesuatu dan kepada-Nyalah kamu dikembalikan (83)) yaitu menyucikan, dan membersihkan dari keburukan Dzat yang Maha Hidup, Dzat yang Maha terus menerus mengatur makhlukNya yang di tanganNyalah semua kekuasaan langit dan bumi, dan hanya kepadaNyalah semua utusan dikembalikan.

MilikNyalah semua makhluk dan semua perkara, dan hanya kepadaNyalah semua hamba dikembalikan pada hari kebangkitan, lalu Dia membalas setiap orang sesuai dengan amal perbuatannya. Dia Maha Adil, Pemberi Nikmat dan Pemberi Karunia. Makna firman Allah SWT: (Maka Maha Suci (Allah) yang di tangan-Nya kekuasaan atas segala sesuatu) sebagaimana firman: (Katakanlah, "Siapakah yang di tangan-Nya berada kekuasaan atas segala sesuatu ?”) (Surah Al-Mu’minun: 88) dan (Maha suci Allah yang di tangan-Nyalah segala kerajaan) (Surah Al-Mulk: 1) Kala “al-mulk” dan “al-malakut” itu sama, sebagaimana kata “rahmah” dan “rahamut”, “rahbah” dan “rahabut”, serta “jabar” dan “jabarut”.

Di antara ulama ada yang menduga bahwa “al-mulk” adalah alam jasad, sedangkan “al-malakut” adalah alam ruh. Pendapat yang benar adalah yang pertama, pendapat itulah yang dipegang oleh mayoritas mufasir dan lainnya.

Sumber: https://tafsirweb.com/8038-surat-yasin-ayat-82.html

Informasi Tambahan

Juz

23

Halaman

445

Ruku

385

Apabila kamu membaca Al-Quran, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk

Surah An-Nahl: 98

Adab Membaca Al-Quran

1. Suci dari Hadats

Pastikan dalam keadaan suci dari hadats besar dan kecil sebelum memegang dan membaca Al-Quran. Berwudhu terlebih dahulu merupakan salah satu bentuk penghormatan kepada kitab suci Al-Quran.

2. Niat yang Ikhlas

Membaca Al-Quran dengan niat mencari ridha Allah SWT, bukan untuk pamer atau mencari pujian. Niat yang ikhlas akan membawa keberkahan dalam membaca Al-Quran.

3. Menghadap Kiblat

Diutamakan menghadap kiblat saat membaca Al-Quran sebagai bentuk penghormatan dan mengikuti sunnah Rasulullah SAW. Posisi duduk yang sopan dan tenang juga dianjurkan.

4. Membaca Ta'awudz

Memulai dengan membaca ta'awudz dan basmalah sebelum membaca Al-Quran. Ta'awudz merupakan permintaan perlindungan kepada Allah dari godaan syaitan yang terkutuk.

5. Khusyuk dan Tenang

Membaca dengan tenang dan penuh penghayatan, memahami makna ayat yang dibaca. Tidak tergesa-gesa dan memperhatikan tajwid dengan baik.

6. Menjaga Kebersihan

Membaca Al-Quran di tempat yang bersih dan suci, serta menjaga kebersihan diri dan pakaian. Hindari membaca Al-Quran di tempat yang tidak pantas.

7. Memperindah Suara

Membaca Al-Quran dengan suara yang indah dan tartil, sesuai dengan kemampuan. Tidak perlu memaksakan diri, yang terpenting adalah membaca dengan benar sesuai tajwid.

Masukan & Feedback:info@finlup.id
© 2025 quran.finlup.id - All rights reserved