Kembali ke Surat Ali 'Imran

اٰل عمران (Ali 'Imran)

Surat ke-3, Ayat ke-103

وَاعْتَصِمُوْا بِحَبْلِ اللّٰهِ جَمِيْعًا وَّلَا تَفَرَّقُوْا ۖوَاذْكُرُوْا نِعْمَتَ اللّٰهِ عَلَيْكُمْ اِذْ كُنْتُمْ اَعْدَاۤءً فَاَلَّفَ بَيْنَ قُلُوْبِكُمْ فَاَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهٖٓ اِخْوَانًاۚ وَكُنْتُمْ عَلٰى شَفَا حُفْرَةٍ مِّنَ النَّارِ فَاَنْقَذَكُمْ مِّنْهَا ۗ كَذٰلِكَ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اٰيٰتِهٖ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُوْنَ

Dan berpegangteguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliah) bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu, sehingga dengan karunia-Nya kamu menjadi bersaudara, sedangkan (ketika itu) kamu berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari sana. Demikianlah, Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu mendapat petunjuk.

📚 Tafsir Al-Muyassar

Dan berpegang teguhlah kalian semua kepada kitab suci Tuhan kalian dan petunjuk Nabi kalian, dan jangan melakukan hal-hal yang mendorong kalian kepada perpecahan. Dan ingatlah nikmat besar yang telah Allah limpahkan pada kalian, tatkala kalian di masa dahulu (wahai kaum mukminin), sebelum islam, saling bermusuhan. Kemudian Allah menyatukan hati kalian di atas cinta kepadaNya dan cinta kepada RasulNya, dan meletakkan pada hati kalian rasa saling mencintai sebagian kalian kepada sebagian yang lain, sehingga kalian dengan karunia Allah menjadi orang-orang bersaudara yang saling mencintai.

Padahal dahulu kalian sudah berada di tepi jurang Neraka Jahanam, lalu Allah memberi kalian hidayah kepada islam dan menyelamatkan kalian dari neraka. Dan sebagaimana Allah telah menjelaskan kepada kalian simbol-simbol iman yang benar, maka begitu juga Dia telah menjelaskan kepada kalian segala yang mendatangkan kemaslahatan bagi kalian, agar kalian mendapat hidayah menuju jalan yang lurus dan menapakinya, sehingga kalian pun tidak tersesat darinya.

Sumber: https://tafsirweb.com/1235-surat-ali-imran-ayat-103.html

📚 Tafsir as-Sa'di

102-105. Ayat-ayat ini mengandung anjuran Allah kepada hamba-hambaNya, kaum Mukminin agar mendirikan syukur atas nikmat-nikmatNya yang besar yaitu dengan bertakwa kepadaNya dengan sebenar-benar takwa, dan agar mereka menaatiNya dan meninggalkan kemaksiatan terhadapNya secara tulus ikhlas untukNya, dan agar mereka menegakkan agama mereka dan berpegang teguh kepada tali itu (yaitu agama dan kitabNya) sebagai sebab antara mereka denganNya, serta bersatu dengan berpedoman pada agama dan kitabNya dan tidak saling bercerai berai, dan agar mereka selalu konsisten atas hal itu hingga mereka meninggal. Lalu Allah menyebutkan kondisi mereka yang dahulu sebelum adanya nikmat tersebut, yaitu bahwasanya mereka dahulu saling bermusuhan dan bercerai berai.

Kemudian Allah menyatukan mereka dengan agama ini dan merekatkan hati-hati mereka, serta menjadikan mereka sebagai saudara. Padahal mereka dahulu berada di pinggir jurang api neraka, lalu Allah menyelamatkan mereka dari kesengsaraan, dan memberikan jalan kebahagiaan bagi mereka. “Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayatNya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk” untuk bersyukur kepada Allah dan berpegang teguh kepada tali agamaNya. Dan Allah memerintahkan mereka untuk menyempurnakan kondisi seperti ini, dan sebab terkuat yang membantu mereka menegakkan agama mereka adalah keberadaan sekelompok dari mereka yang bergerak dengan jumlah yang cukup, “yang menyeru kepada kebajikan,” yaitu berupa pokok-pokok agama, cabang-cabang, dan syariat-syariatnya, “menyuruh kepada yang ma’ruf,” yaitu sesuatu yang diketahui nilai buruknya secara syariat maupun akal, “dan mencegah dari yang mungkar,” yaitu sesuatu yang diketahui nilai buruknya secara syariat maupun akal, “dan merekalah orang-orang yang beruntung,” orang-orang yang mendapatkan segala yang diinginkan dan selamat dari segala yang dikhawatirkan.

Termasuk dalam kelompok tersebut adalah para ulama dan para pendidik, orang-orang yang bergerak dengan berkhutbah, berceramah, dan memberikan nasihat kepada manusia secara umum ataupun khusus serta orang-orang yang mengingatkan orang lain, yang bertugas mengontrol manusia dalam pelaksanaan shalat lima waktu, penunaian zakat dan penegakan syariat-syariat agama, serta melarang mereka dari segala kemungkaran. Oleh karena itu, setiap orang yang menyeru manusia kepada kebaikan secara umum atau secara khusus, atau dia memberikan nasihat kepada masyarakat umum atau kelompok khusus, maka dia termasuk dalam ayat yang mulia tersebut. Kemudian Allah melarang mereka dari menempuh jalan orang-orang yang bercerai berai yang mana agama dan keterangan-keterangan yang jelas telah mendatangi mereka yang mengharuskan mereka untuk melaksnakannya dan bersatu karenanya, namun mereka bercerai berai dan berselisih, hingga mereka menjadi kelompok-kelompok, dan itu tidaklah muncul akibat dari kebodohan maupun kesesatan, akan tetapi muncul dari pengetahuan dan tujuan yang buruk, serta kesewenang-wenangan sebagian mereka atas sebagian yang lain.

Karena itulah Allah berfirman, “Dan mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat.” Kemudian Allah menjelaskan tentang kapan terjadinya siksaan yang berat tersebut dan (kapan) mereka merasakan siksaan yang pedih tersebut seraya berfirman,

Sumber: https://tafsirweb.com/1235-surat-ali-imran-ayat-103.html

📚 Tafsir Al-Wajiz

103 Berpegang teguhlah kamu semuanya kepada Alquran dan tali agama Allah yaitu Islam, dan janganlah kamu bercerai berai seperti saat zaman Jahiliyyah, seperti memusuhi sesama kalian. Jangan bercerai-berai dalam hal agama. Ingatlah wahai suku Aus dan Khazraj atas anugerah nikmat Allah kepada kalian berupa kerja sama dan persatuan dalam kalimat Islam, padahal kalian sebelumnya pada masa Jahiliyyah adalah saling bermusuhan.

Kalian saling merampok dan membunuh satu sama lain, hingga sekarang kalian menjadi saudara yang saling mencintai karena Allah. Bersama-sama taat dan beribadah kepada Allah. Padahal kalian telah berada di tepi jurang neraka Jahannam, kalian akan berada di dalamnya jika kalian mati dalam keadaan kafir, lalu Allah menyelamatkan kamu dari jurang neraka Jahannam dengan anugerah keimanan atau Islam dan diutusnya nabi Muhammad.

Juga berbagai penjelasan dan bukti serta tanda dari Allah yang menunjukkan kebaikan dan persatuan, dan peringatan dari tipu daya orang-orang Yahudi. Itu semua agar kalian mendapat petunjuk menuju jalan kebenaran untuk selamanya. Sehingga tidak kembali lagi kepada kesesatan Jahiliyyah berupa perpecahan dan permusuhan, serta penyembahan berhala

Sumber: https://tafsirweb.com/1235-surat-ali-imran-ayat-103.html

📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas)

Ayat 102-103 Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas'ud, terkait firman Allah (bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya) Dia berkata yaitu taat tanpa melakukan maksiat, mengingat Allah tanpa melupakanNya, bersyukur tanpa mengingkari nikmatNya. Said bin Jubair, Abu Al-Aliyah, Ar-Rabi' bin Anas, Qatadah, Muqatil bin Hayyan, Zaid bin Aslam, As-Suddi, dan yang lainnya berpendapat bahwa ayat ini telah dinasakh dengan firman Allah SWT: (Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu) (Surah At-Taghabun: 16).

Ali bin Abi Thalhah meriwayatkan dari Ibnu Abbas mengenai ayat ini: (bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya) Dia berkata,”Ayat ini tidak dinasakh, tetapi (sebenar-benar takwa kepada-Nya) bahwa mereka berjuang di jalanNya dengan sungguh-sungguh, tidak ada celaan terhadap mereka dalam hal ini. Mereka berlaku adil, bahkan terhadap diri sendiri, orang tua, atau anak-anak mereka.” Firman Allah: (dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam) yaitu tetaplah berpegang teguh pada Islam dalam keadaan sehat dan selamat kalian, sehingga kalian mati dalam keadaan Muslim, karena sesungguhnya Allah yang Maha Mulia telah mengatur kebiasaanNya dengan kemuliaanNya bahwa siapa saja yang hidup atas sesuatu, maka dia akan mati dalam keadaan tersebut, dan siapa saja yang mati dalam suatu keadaan, dia akan dibangkitkan dalam keadaan tersebut. Maka berlindunglah kepada Allah dari keadaan itu.

Dikatakan, bahwa maknanya adalah bahwa tidak ada kematian kecuali dalam keadaan muslim. Dikatakan juga bahwa aku tidak akan mati kecuali tanpa diatur, hal ini merujuk kepada sesuatu yang pertama. Firman Allah: (Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai) Dikatakan bahwa, (tali (agama) Allah) adalah perjanjian Allah, sebagaimana yang ifirmankan dalam ayat berikutnya: (Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusi) (Surah Ali 'Imran: 112) yaitu dengan janji dan celaannya.

Dikatakan (tali dari Allah) yaitu Al-Qur’an sebagaimana yang disebutkan dalam hadits Al-Harits Al-A’war dari Ali yang merupakan hadits marfu’ tentang sifat Al-Qur’an, “Itu adalah tali Allah yang kuat dan jalanNya yang lurus”. Firman Allah: (dan janganlah kamu bercerai berai) Dia memerintahkan mereka untuk berkumpul dalam kebersamaan dan melarang mereka berpecah belah. Telah disebutkan dalam banyak hadits dengan melarang untuk berpecah belah dan perintah untuk berkumpul dan bersatu, sebagaimana dalam hadits shahih Muslim dari hadits Suhail bin Abu Shalih, dari ayahnya, dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah meridhai kalian pada tiga perkara dan membenci kalian pada tiga perkara (di dalam riwayat yang lain: dan murka kepada kalian pada tiga perkara); Allah Ridha kepada kalian (ketika kalian) beribadah hanya kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya sedikitpun, (dan meridhai ketika kalian semua) berpegang teguh kepada tali agama Allah dan janganlah kalian bercerai berai, (Allah subhanahu wa ta’ala meridhai ketika kalian) saling nasehat menasehati kepada pemimpin-pemimpin kalian.

Dan Allah subhanahu wa ta’ala membenci desas-desus, dan membenci banyak bertanya dan menghambur-hamburkan harta” Allah telah memasukkan perlindungan terhadap mereka dari kesalahan ketika mereka sepakat, sebagaimana disebutkan dalam banyak hadits juga. Mereka khawatir tentang perpecahan dan perselisihan, dan hal ini terjadi dalam umat ini, sehingga mereka terpecah menjadi tujuh puluh tiga bagian, di antaranya bagian yang selamat sampai ke surga dan terbebas dari siksa neraka, yaitu mereka yang berpegang teguh pada apa dilakukan oleh Nabi SAW dan sahabat-sahabatnya. Firman Allah SWT: (ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya).

Konteks ini berkaitan dengan suku Aus dan Khazraj, di mana sebelumnya mereka terlibat dalam banyak peperangan di zaman Jahiliyyah dan memiliki permusuhan yang kuat, dendam, dan kedengkian yang mendalam. Panjangnya hal itu menyebabkan peperangan antara mereka. Ketika Allah mendatangkan Islam kepada mereka, sebagian dari mereka memeluknya, dan mereka menjadi saudara-saudara yang saling mencintai karena Allah dan terhubung dalam keyakinan kepada Allah.

Mereka bekerja sama dalam kebaikan dan ketakwaan. Allah SWT berfirman: (Dialah yang memperkuatmu dengan pertolonganNya dan dengan para mukmin, dan Yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman). Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka) (Surah Al-Anfal: 62) Mereka sebelumnya berada di tepi jurang neraka karena kekufuran mereka.

Lalu Allah menyelamatkan mereka dari neraka dengan memberikan petunjuk kepada iman. Rasulullah SAW juga memberikan karunia kepada mereka pada hari pembagian rampasan perang Hunain. Lalu orang di antara mereka ada yang mengeluh dengan karunia yang diberikan kepada mereka berupa pembagian sesuai dengan yang disampaikan oleh Allah, lalu beliau bersabda, “Wahai kaum Anshar, bukankah aku telah menemukan kalian dalam kesesatan lalu Allah memberikan petunjuk kepada kalian melalui diriku? dahulu kalian terpecah-belah dan Allah mempersatukan kalian melalui aku? kalian dahulu menderita kemiskinan dan Allah memberi kekayaan kepada kalian melalui aku?” Setiap kali beliau menyebutkan hal ini, mereka menjawab, “Allah dan RasulNya telah memberi.

Sumber: https://tafsirweb.com/1235-surat-ali-imran-ayat-103.html

Informasi Tambahan

Juz

4

Halaman

63

Ruku

52

Apabila kamu membaca Al-Quran, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk

Surah An-Nahl: 98

Adab Membaca Al-Quran

1. Suci dari Hadats

Pastikan dalam keadaan suci dari hadats besar dan kecil sebelum memegang dan membaca Al-Quran. Berwudhu terlebih dahulu merupakan salah satu bentuk penghormatan kepada kitab suci Al-Quran.

2. Niat yang Ikhlas

Membaca Al-Quran dengan niat mencari ridha Allah SWT, bukan untuk pamer atau mencari pujian. Niat yang ikhlas akan membawa keberkahan dalam membaca Al-Quran.

3. Menghadap Kiblat

Diutamakan menghadap kiblat saat membaca Al-Quran sebagai bentuk penghormatan dan mengikuti sunnah Rasulullah SAW. Posisi duduk yang sopan dan tenang juga dianjurkan.

4. Membaca Ta'awudz

Memulai dengan membaca ta'awudz dan basmalah sebelum membaca Al-Quran. Ta'awudz merupakan permintaan perlindungan kepada Allah dari godaan syaitan yang terkutuk.

5. Khusyuk dan Tenang

Membaca dengan tenang dan penuh penghayatan, memahami makna ayat yang dibaca. Tidak tergesa-gesa dan memperhatikan tajwid dengan baik.

6. Menjaga Kebersihan

Membaca Al-Quran di tempat yang bersih dan suci, serta menjaga kebersihan diri dan pakaian. Hindari membaca Al-Quran di tempat yang tidak pantas.

7. Memperindah Suara

Membaca Al-Quran dengan suara yang indah dan tartil, sesuai dengan kemampuan. Tidak perlu memaksakan diri, yang terpenting adalah membaca dengan benar sesuai tajwid.

Masukan & Feedback:info@finlup.id
© 2025 quran.finlup.id - All rights reserved