Kembali ke Surat Al-Fatihah

الفاتحة (Al-Fatihah)

Surat ke-1, Ayat ke-4

مٰلِكِ يَوْمِ الدِّيْنِۗ

Pemilik hari pembalasan.

📚 Tafsir Al-Muyassar

Dialah Allah Subhanahu Wa Ta'ala Satu-satunya yang memiliki kekuasaan pada hari kiamat, yaitu hari pembalsan atas amal perbuatan. Dalam bacaan seorang muslim terhadap ayat ini dalam setiap rokaat dari shalat-salatnya, terkandung peringatan baginya akan datangnya hari akhir dan juga memberi motivasi kepadanya untuk mempersiapkan diri dengan amal Shalih dan menahan diri dari maksiat-maksiat dan keburukan keburukan.

Sumber: https://tafsirweb.com/53-surat-al-fatihah-ayat-4.html

📚 Tafsir as-Sa'di

Lafaz maliki yaumiddin (yang menguasai Hari pembalasan) maksudnya Allah memiliki sifat sebagai seorang raja yang dengan sifat raja tersebut Allah bisa memerintah dan melarang, bisa memberi pahala dan juga memberikan siksa, dan Allah bertindak berkehendak untuk melakukan apapun di wilayah kerajaan. Dia menyandarkan kalimat yang menguasai kepada Hari pembalasan yaitu hari kiamat hari dimana seluruh manusia akan ditagih atas semua perbuatan mereka baik dan buruknya Karena pada hari itu diperlihatkan kepada makhluk secara sempurna kesempurnaan Kerajaan Allah keadilan dan hikmahnya. Dan terputuslah segala kekuasaan makhluk sehingga pada hari itu semuanya menjadi sama derajatnya, baik seseorang raja dan rakyatnya atau seorang hamba sahaya dan orang merdeka. semuanya tertunduk di bawah keagungan Allah dan patuh terhadap kemuliaan Allah mereka menunggu balasan amalan dan mereka berharap pahala dari Allah serta takut terhadap siksa.

Karena itulah dikhususkan penyebutan kata “hari pembalasa” di sini karena jika tidak, akan berarti bahwa Allah penguasa Hari pembalasan dan hari- hari selainnya.

Sumber: https://tafsirweb.com/53-surat-al-fatihah-ayat-4.html

📚 Tafsir Al-Wajiz

Raja segala urusan pada hari perhitungan dan hari pembalasan; dan Dialah satu-satunya penguasa pada hari itu

Sumber: https://tafsirweb.com/53-surat-al-fatihah-ayat-4.html

📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas)

Beberapa ulama’ qiraah sab’ah membaca sebagai "Maliki yaumid diin" dan yang lainnya membaca “Maaliki” dan keduanya benar dan mutawatir dalam qiraah sab’ah. Ada yang membaca dengan pengucapan "مَلِكِ" dengan dikasrah pada huruf “lam” dan juga disukun. Ada pula yang membaca "Maliiki", lalu dilanjutkan dengan didikasroh huruf kafnya, sehingga dibaca "ملكي يوم الدين." Kedua bacaan ini kuat dalam makna dan keduanya adalah benar dan baik Pengkhususan kata “Yang Merajai” pada “Hari Pembalasan” tidak menafikanNya dari hal selain itu.

Karena telah didahului dengan pemberitahuan bahwa Dia adalah Tuhan semesta alam. Hal tersebut mencakup dunia dan akhirat. Adapun penambahan pada Hari Pembalasan itu karena pada hari itu tidak ada seorang pun yang dapat menyangkal apapun dan berbicara tanpa seizinNya.

Sebagaimana Allah berfirman: (Pada hari, ketika ruh dan para malaikat berdiri bershaf-shaf, mereka tidak berkata-kata, kecuali siapa yang telah diberi izin kepadanya oleh Tuhan Yang Maha Pemurah; dan ia mengucapkan kata yang benar (38)) (Surah An-Naba’) Allah SWT juga berfirman (dan merendahlah semua suara kepada Tuhan Yang Maha Pemurah, maka kamu tidak mendengar kecuali bisikan saja.) [Surah Taha: 108], serta berfirman (Di kala datang hari itu, tidak ada seorangun yang berbicara, melainkan dengan izin-Nya; maka di antara mereka ada yang celaka dan ada yang berbahagia. (105) Surah Hud].

Adapun “Ad-Din” adalah pembalasan dan perhitungan Allah SWT berfirman: (Di hari itu, Allah akan memberi mereka balasan yag setimpal menurut semestinya) [Surah An-Nur: 25].

Allah SWT juga berfirman (apakah sesungguhnya kita benar-benar (akan dibangkitkan) untuk diberi pembalasan?") [Surah As-Shaffat: 53], yaitu orang-orang yang diberi balasan dan dihitung amal perbuatannya.

Dalam hadis disebutkan "Orang yang cerdas adalah orang yang melakukan perhitungan atas dirinya dan bekerja untuk apa yang ada setelah kematian" yaitu menghitung amal perbuatannya sendiri

Sumber: https://tafsirweb.com/53-surat-al-fatihah-ayat-4.html

Informasi Tambahan

Juz

1

Halaman

1

Ruku

1

Apabila kamu membaca Al-Quran, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk

Surah An-Nahl: 98

Adab Membaca Al-Quran

1. Suci dari Hadats

Pastikan dalam keadaan suci dari hadats besar dan kecil sebelum memegang dan membaca Al-Quran. Berwudhu terlebih dahulu merupakan salah satu bentuk penghormatan kepada kitab suci Al-Quran.

2. Niat yang Ikhlas

Membaca Al-Quran dengan niat mencari ridha Allah SWT, bukan untuk pamer atau mencari pujian. Niat yang ikhlas akan membawa keberkahan dalam membaca Al-Quran.

3. Menghadap Kiblat

Diutamakan menghadap kiblat saat membaca Al-Quran sebagai bentuk penghormatan dan mengikuti sunnah Rasulullah SAW. Posisi duduk yang sopan dan tenang juga dianjurkan.

4. Membaca Ta'awudz

Memulai dengan membaca ta'awudz dan basmalah sebelum membaca Al-Quran. Ta'awudz merupakan permintaan perlindungan kepada Allah dari godaan syaitan yang terkutuk.

5. Khusyuk dan Tenang

Membaca dengan tenang dan penuh penghayatan, memahami makna ayat yang dibaca. Tidak tergesa-gesa dan memperhatikan tajwid dengan baik.

6. Menjaga Kebersihan

Membaca Al-Quran di tempat yang bersih dan suci, serta menjaga kebersihan diri dan pakaian. Hindari membaca Al-Quran di tempat yang tidak pantas.

7. Memperindah Suara

Membaca Al-Quran dengan suara yang indah dan tartil, sesuai dengan kemampuan. Tidak perlu memaksakan diri, yang terpenting adalah membaca dengan benar sesuai tajwid.

Masukan & Feedback:info@finlup.id
© 2025 quran.finlup.id - All rights reserved